AUTHOR POV
ASYA mengerjapkan matanya beberapa kali untuk menyadarkannya. Silaunya sinar matahari yang menembus kaca jendela kamarnya, membuat matanya menyipit.
Pastinya sekarang sudah pagi dan sebaiknya Asya bangun. Namun betapa terkejutnya ia pada saat matanya turun melihat tangan yang melingkar pada perutnya. ketika Asya mendongak, dan ia melihat wajah tampan milik seseorang yang tentunya masih memejamkan matanya.
Betapa Asya terhipnotis melihat ciptaan tuhan yang kini tepat berapa di depan matanya. Begitu dekat, sehingga tanpa sadar sebelah tangannya terangkat untuk menyentuh pahatan wajah lelaki itu. Namun belum sampai menyentuh, tangan seseorang sudah terlebih dahulu menahannya.
Asya tersentak, betapa terkejutnya ia ketika mata Fano tiba tiba terbuka dan menatapnya datar. Tangan Fano menarik tangan Asya sampai menyentuh bibirnya. Ia mengecup tangan Asya sebentar, lalu melepaskannya.
"Morning kiss." Ucapnya.
Asya mengerjapkan matanya, dengan cepat ia melepaskan diri dari Fano lalu bangkit.
Fano yang masih berbaring hanya menatapnya datar. Asya tersenyum canggung.
"Hm..maafin..." ucap asya pelan.
Fano memutar bola matanya malas,
"Gue gak butuh maaf lo." Tandasan kesal keluar dari mulut Fano dengan mulusnya. Asya mengatakan maaf yang jelas jelas dia tidak melakukan kesalahan apapun. Menyebalkan bukan?
Asya hanya menunduk. Lalu ia mendongak lagi.
"Fano masih sakit?" Tanya Asya dengan nada khawatir, Fano menaikkan sebelah alisnya. Lalu perlahan tangannya melipat di depan dada bidangnya dan pura pura menatap sekitar.
"Kenapa nggak lo cek aja sendiri." Ucap Fano acuh tak acuh.
Sedangkan asya yang memang tidak pekaan, melongo bingung lalu menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Hm..ma-maksud fano apa ya?"
Jederrrr
Mood Fano ancur seketika. Fano menatap asya garang, kenapa gadis di depannya ini mudah sekali mengubah moodnya.
Dengan sigap Fano menarik lengan Asya membuat asya limbung dan akhirnya kembali terjatuh di atas kasur.
"Cek.pake.tangan.lo." ucap Fano memberitahu dengan penekanan di setiap katanya. Dengan ragu Asya menunduk lalu mengangkat tangannya perlahan menuju dahi Fano, belum sampai, tangan Fano sudah menghentikannya.
Asya menoleh penuh tanya membuat Fano bersuara.
"Ceknya di leher. Bukan di jidat." Beritahu Fano.
"Biasanya kan orang di jidat Fan." Cibir Asya membuat Fano menggeleng.
"Lah bodo amat. Gue mah nggak mau di bilang plagiat. Kalo gue mah cek suhu badan lewat leher, bukan jidat. Nggak kreatif amat kalo gue ngikutin orang lain." Mendengar itu Asya menatap Fano tidak percaya. Lelaki dingin yang amat sangat cuek mengatakan suatu hal yang bisa dibilang sangat bodoh? Astaga...
Baru kali ini Asya mendengar itu. Teori Fano mengenai pengecekan suhu badan seseorang ketika demam. Sial, mau tidak mau Asya mengembangkan senyumnya membuat alis Fano tertaut.
"Nggak usah senyum senyum. Tar gue terkam, baru tahu rasa." Senyum Asya langsung memudar. Menggantikan ekspresi bodohnya.
"Fano mau makan aku?" Melihat raut Asya membuat fano berdecih.
"Iya, ampe lo nggak bisa bangun." Balas Fano.
"Mati dong?"
Bukan mati, tapi nikmat. Ahahaha anjing! Sialan ngapa gue jadi mesum. Batin Fano merutuki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Asya Story (SELESAI)
Teen FictionSudah di terbitkan oleh penerbit Rainbookpublishing (FOLLOW SEBELUM BACA!) TERSEDIA DI SELURUH TOKO BUKU INDONESIA (offline maupun online) Rank #1 teenfiction 25/05/2019 Rank #1 Romance 05/06/2019 Rank #1 fiksiremaja 05/06/2019 Kisahku bermula keti...