Seorang siswi turun dari bus dan berjalan cepat menuju gerbangnya, jarak halte bus dan sekolahnya lumayan jauh, belum lagi dari pintu gerbang sekolah menuju gedung sekolah. Dirinya membenci 2 hal disekolah ini, siswa yang sombong dengan hartanya dan pintu gerbang yang jauh dari gedung sekolah. Dia seorang siswi kelas 2 SMA di salah satu sekolah elit menengah atas international, sekolah termasuk sekolah 1% di korea, yang susah untuk masuk menjadi siswa disana. Bukan, karena kepintarannya akan tetapi biaya sekolah yang hanya bisa dilakukan oleh kaum kelas atas. Mungkin hanya dia yang mengomel tentang jarak gerbang menuju gedung karena semua siswa masuk ke dalam kawasan sekolah menggunakan mobil.
Terkadang dirinya menganggap sekolahnya kenapa menjadi sekolah 1% karena bayaran sekolahnya yang sangat sangat sangat mahal. Jessica mulai terengah dan berjalan pelan, dia bahkan baru setengah jalan. Orang-orang menyebut sekolah ini seperti kota tersendiri, jalan yang begitu panjang, tak usah dia bicarakan gedung sekolahnya, setiap tempat mempunyai gedungnya masing-masing, bahkan dirinya tidak bisa menghitung berapa banyak gedung disekolahnya dan gedung yang cukup luas.
"Masih zaman jalan jess?" teriak siswa pria yang papasan dengannya dirinya di lobby
Jessica tidak mempedulikan, teriakan siswa itu dan berjalan menuju kekelasnya. Jessica sering menjadi ejekan dan gangguan orang lain. Ah ya, siswa kaya raya yang hidupnya dibawah bayangan kekayaan orang tua memang membuatnya dirinya muak. Siswa-siswa yang seharinya diberikan orang tua setara dengan gaji pegawai selama sebulan, bahkan lebih, memang sering berbuat seenaknya.
Dirinya? Dia bukan siswa kurang mampu yang sekolah disini karena mendapatkan beasiswa berprestasi. Ah ya, dirinya berprestasi tidak pernah keluar dari rangking 3 besar. Dirinya adalah orang kaya raya -maaf memamerkan kelebihan-- , ayahnya pemilik perusahaan otomotif dikorea bahkan diasia selatan, ibunya pemilik departement store terbesar di korea dan sedang menjajah banyak di berbagai negara diasia dan eropa dan amerika.
Dia bukan termasuk orang kurang mampu, tapi dia hanya tidak ingin terlihat seperti itu. Tidak banyak yang tau, bahkan tidak ada yang tau kecuali sahabat terbaiknya Tiffany dan Siwon dan musuh sekaligus temannya Donghae.
Berbicara tentang orang-orang yang mengetahuinya, Jessica sudah berteman dengan Tiffany, Siwon dan Donghae semenjak TK, ah, dia sebenarnya tidak berteman dengan Donghae tapi dia hanya terpaksa berteman dengan Donghae. Donghae adalah rekan bisnis, ayahnya dan tetangga rumahnya. Jadi mau tidak mau, dia berteman dengan Donghae.
Donghae bukan orang yang buruk untuk dijadikan teman, ya walau berinteraksi dengan Donghae membuat petaka untuknya. Pria tampan, keren, sangat kaya siapa yang tidak menyukainya? Walaupun cewe-cewe juga sangat kaya, tapi untuk bahan pamer sah-sah saja bukan? Oleh karena itu, dia tidak pernah terlihat berteman baik disekolah. Siswa lain menganggap mereka adalah musuh besar padahal dia dan Donghae sering berbicara dan mengobrol dengan baik dilingkungan luar sekolah.
Sedikit informasi tentang Donghae, dia punya mantan yang tidak bisa terhitung jari. Rekornya paling sebentar adalah satu kali pertandingan penuh basket, berpacaran sebelum bertanding dan putus setelah pertandingan selesai. Percayalah itu benar terjadi.
Jessica sampai dikelasnya, muridnya hanya 15 orang. Ya tidak banyak memang, siswa disini hanya ada 150 orang perangkatan. Duduk paling depan adalah kebiasaan Jessica, selambat apa pun dirinya, kursi terdepan adalah tempat yang selalu kosong.
Sebuah ketukan dimejanya, membuat dirinya mengadah dan melihat siapa orang tersebut. Perempuan cantik dengan full make up yang sudah menempel diwajahnya meski baru pagi.
"Kau sudah mengerjakan pr?" tanya Hyeri, suaranya angkuh dan wajahnya yang diangkat setinggi mungkin.
"Hah, aku tidak akan berbagi denganmu" Jessica segera memalingkan wajahnya ke novel yang ia baca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Something Between Us [HAESICA]
Fanfiction"Hanya karena hubungan kita tidak diketahui, bukan berarti tidak ada apa-apa" - Donghae