ZIZI 02- Hari Pertama

1.6K 119 25
                                    

02- Hari Pertama

Sebenarnya Zia sudah lama penasaran dengan Zidan. Bisa dikatakan Zia ingin mengenal lebih jauh lantaran cowok itu bisa memainkan segala macam alat musik. Zia ingin sekali menguasai alat musik, terutama gitar. Meskipun saat kelas sepuluh Zia pernah memainkan alat musik itu. Namun kata Salza, Zia belum bisa nyambung ke instrumen.

Niat tersebut belum pernah terealisasikan lantaran sudah tahu sifat Zidan yang seperti itu. Jujur saja Zia tidak tahan bertatap muka dengan cowok pendiam setingkat Zidan. Apalagi jika dia duluan yang selalu memulai percakapan. Zia lebih suka cowok yang humoris.

Akan tetapi demi tas impiannya, Zia harus kuat menghadapi Zidan. Zia harus bisa membuat Zidan bertekuk lutut padanya.

❤❤❤

Tiba di sekolah, Zia langsung pergi ke kantin karena tadi tidak sarapan. Maminya sudah berangkat ke tempat kerja, sementara katering langganannya sedang libur. Zia sendiri tidak bisa masak.

Rupanya Sherly dan Aura sudah ada di kantin. Makanan keduanya sudah tandas.

Usai memesan makanan, Zia mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Sosok Zidan yang ia cari tidak ada di sudut mana pun.

"Zidan kalo pagi nggak pernah ke kantin, ya?" tanya Zia entah kepada siapa.

"Menurut sumber yang gue percaya, Zidan tuh nyaris nggak pernah ke kantin. Dia selalu bawa bekal dari rumah," jawab Sherly.

"Terus kalo jam istirahat atau jam kosong, dia di kelas aja gitu? Apa nggak bosen?"

"Zidan anaknya kutu buku, Zi. Paling keluar kelas kalo mau buang hajat doang." Kali ini giliran Salza yang bersuara. Saat SMP, Salza pernah satu kelas dengan Zidan.

Salza dan Sherly memang sudah berteman sejak SMP dan baru bertemu Zia saat SMA. Sedangkan dengan Zidan, hanya sekadar teman sekelas.

"Tapi apa nggak bosen baca buku terus?"

"Tiap orang kan beda-beda, Zi," sahut Salza.

"Dan gue harus deketin cowok kayak gitu? Apa nggak ada cowok lain di sekolah ini?"

Sherly meletakkan ponselnya di meja. "Justru cowok tipe Zidan yang menantang. Kalo lo berhasil, lo akan disebut primadona."

Zia mendengkus.

"Mumpung masih ada waktu lima belas menit, lo ke kelasnya Zidan, gih," kata Sherly.

"Makanan gue belum nyampe kali, udah disuruh pergi aja."

Beberapa detik kemudian, mie ayam pesanan Zia datang. Dengan cepat Zia melahap makanan tersebut meski masih panas. Dalam waktu tujuh menit, Zia menandaskan semangkuk mie ayam.

"Gila lo, Zi. Lo makan apa kesurupan?" cetus Salza.

"Itu namanya seni makan yang cepet."

Zia bangkit. Lantas pamit pada kedua temannya. Langkahnya mantap keluar dari kantin, menuju kelas XII IPS 4, tempat Zidan berada.

Sesampainya di sana, Zia mengatur napasnya terlebih dulu. Kemudian merapalkan doa dalam hati. Setelah itu baru Zia mantap memasuki ruang kelas Zidan.

ZIZI - [Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang