ZIZI 08- Perubahan

1.1K 109 26
                                    


08- Perubahan

Seingat Zia, dia tidak pernah terlibat urusan apapun dengan Ulil maupun Zidan. Hanya sekali sih Zia satu tim dengan Ulil, itupun hanya membahas event saja dan berakhir saling follow di instagram, tidak ada unsur pribadi di dalamnya.

Lantas, mengapa hanya Zia yang diperingati?

Zia mulai berpikiran, kalau Ulil juga memiliki niat yang sama seperti dirinya. Atau jangan-jangan Ulil sudah tau maksud Zia mendekati Zidan.

Kalau sudah begini, Zia hanya bisa waspada. Semoga saja apa yang dipikirkannya tidak akan pernah terjadi. Kan gak lucu senjata makan tuannya.

Bukan hanya itu saja, Zia juga mengubah penampilannya, sesuai dengan apa yang dikatakan Ulil kemarin. Zia menggantikan rok span ketatnya dengan rok yang lebih longgar, tentu dengan panjang sampai bawah lutut. Atasannya juga Zia ganti dengan yang lebih longgar dan tidak transparan. Tidak tanggung-tanggung, Zia bahkan memangkas sendiri rambut panjangnya yang sudah ia rawat bertahun-tahun sampai sebahu supaya nanti tidak kena teguran guru. Peraturan di SMA Aksara, bagi siswi yang memiliki rambut panjang harus diikat. Lipstik yang biasanya merah menyala Zia ganti dengan warna yang kalem.

Zia ingin tahu reaksi apa yang akan Zidan tunjukkan, apakah sama seperti maminya tadi–kaget bahkan sampai cuci muka tiga kali–atau justru sebaliknya, memaki Zia dengan kata-kata yang tidak bisa diprediksi.

Zia mantap keluar dari mobilnya. Sesuai dengan dugaannya, siswa atau siswi yang melihatnya pasti akan memandang aneh. Zia tahu, dandanan seperti dirinya pasti akan dicap cupu. Apalagi untuk Zia yang notabene seorang selebgram.

Zia melangkah menuju kantin sekolah. Sepanjang jalan Zia mendapat tatapan aneh dari para siswa. Zia tidak peduli. Yang dia inginkan reaksi Zidan, bukan para siswa di sini.

Masuk ke kantin, Zia menghampiri meja yang ditempati Sherly dan Salza.

"Pagi gaes!"

Mendengar sambutan Zia, Sherly dan Salza menoleh. Sambutan pertama datang dari Sherly, dia berjalan mengitari tubuh Zia. Sedangkan Salza yang tadinya sedang menatap layar hp langsung melongo melihat Zia.

"Ini beneran elo, Zia?" Sherly meraba rambut baru Zia. "Lo sehat, kan? gak salah makan semalem?"

"Gak lah. Gue sehat wal afiat."

"Terus kenapa style lo kayak gini? Bukan Zia yang gue kenal?" Kali ini Salza yang bertanya.

"Ya gue pengen ganti suasana aja, sekaligus menarik hati Zidan. Kata Ulil, Zidan suka sama cewek yang kayak gini."

"Totalitas," tukas Salza, yang kemudian beralih menatap layar hpnya lagi.

"Yakin Ulil bilang begitu? Kapan lo ketemu dia?" Sherly bertanya setengah tidak percaya.

"Kemarin pas gue nganterin nasi goreng ke Zidan. Kata Ulil, Zidan gak suka nasi goreng."

"Dia emang gak suka nasi goreng."

"Lo tau dari mana?" tanya Zia curiga.

"Gue sama Zidan kan satu sekolah pas SMP, jadi tau. Ya kan, Sal?"

Zia menatap Salza, anak itu hanya menganggukkan kepalanya.

"Oh gitu. Ya udah deh kalo gitu gue naroh buku di loker dulu, ya. Sekalian ke kelasnya Zidan." Zia pamit.

"Good luck, Zia."

***

Tiba di loker, Zia celingak-celinguk ke pintu kelas Zidan. Dari tempatnya sekarang, posisi tempat duduk Zidan memang kelihatan.

Orang yang Zia cari ternyata tidak ada. Ulil juga tidak kelihatan batang hidungnya. Apa jangan-jangan Zidan tidak masuk sekolah?

Zia menutup pintu lokernya setelah memasukkan buku yang ia bawa dari rumah. Ketika Zia hendak pergi ke kelasnya, Zidan dan Ulil datang.

Zia memasang senyum terbaik yang ia punya.

"Pagi, Zidan!"

Dua lelaki di hadapan Zia mendadak kaku, kedua matanya menatap Zia dari ujung rambut sampai ujung kaki.

"Wow! Style baru nih?" Ulil yang membuka suara duluan.

Zia tersenyum lebar, hingga menampilkan gigi putihnya yang rapi. "Hehehe. Iya."

"Cantik sih. Sayang aja kemaren lo udh bikin gue sakit perut gara-gara nasi goreng lo yang keasinan."

Senyum Zia langsung pudar. "Itu kan salah lo gak mau nurut sama gue. Derita ditanggung sendiri."

"Oh iya, lo kan tadi nyapa Zidan, ya. Kenapa jadi gue yang nyerocos?"

"Nah, sadar diri."

"Ya udah, gue cabut deh."

Ulil pergi menuju kelasnya. Pandangan Zia beralih ke Zidan. Cowok itu masih terpaku di tempatnya tanpa bicara satu kata pun. Zia mulai memasang alarm waspada, jangan-jangan Zidan diam karena sedang menyusun kalimat untuk mengutuknya.

Tunggu, bukannya selama ini Zia memang irit bicara. Baiklah, Zia akan memancing Zidan bicara.

"Zidan, lo–"

"Gue mau ke kelas."

Hanya itu yang Zidan katakan. Setelah itu dengan kepala tertunduk Zidan melewati Zia. Zia memutar tubuhnya, menatap punggung Zidan yang mulai menjauh.

Kenapa Zidan diam saja?

***

Apes, pelajaran pertama jam-nya Miss Elena. Sangat tidak cocok pagi-pagi mendengarkan dongeng yang sudah diceritakan berulang kali. Zia menghabiskan waktu 45 menit pelajaran pertamanya dengan tidur. Kalau ada pr, tinggal minta salinan ke Salza.

Zia merasakan bahunya diguncang seseorang. Siapa lagi kalo bukan Salza. Sebagai pertanda bahwa waktu istirahat sudah tiba.

Zia menegakkan tubuhnya. Kursi di sampingnya sudah kosong. Pasti Salza langsung lari ke toilet. Zia bangkit, hendak menyusul Salza sekaligus cuci muka.

Melintasi pintu kelasnya, Zia melihat Zidan berdiri di depan kelasnya. Gadis itu terperanjat. Refleks Zia mengucek kedua matanya, bahkan mencubit pipinya kencang. Sakit. Berarti ini bukan mimpi.

"Zidan, ini beneran elo?" Zia bahkan melihat ke bawah. Tepatnya di kaki Zidan. Takutnya orang yang ada di hadapannya sekarang adalah hantu berwujud wajah Zidan.

"Sejak kapan lo berdiri di sini?"

"Sepuluh menit yang lalu."

Luar biasa. Nggak ada angin, nggak ada hujan, cowok aneh ini sudah berdiri di depan kelasnya selama sepuluh menit.

"Lo mau ke kantin, kan? Gue ikut."

Wahai pembaca, bangunkan Zia dan katakan kalau ini hanya mimpi.

❤❤❤

Done
210919

Published
220919

***

Next part ....

"Lo pikir ini pasar malam? Ini kantin, woy!"

***

A/N

Zidan: kata emak Nis, kuis yang diomongin bab lalu beneran ada kok. Tapi karena jawabannya ada di bab jauuuuuh banget, jadi ditunda dulu.

Hai readers, bujuk emak dong biar aku boleh ngomong. Mulut aku udh gatel nih pengen cincang-cincang seseorang.

ZIZI - [Terbit] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang