10- TertohokKemarin pagi bahasa Inggris, sekarang ulangan matematika mendadak. Zia yang semalam tidak menyentuh buku pelajaran sama sekali kualahan menjawab 50 pertanyaan essai dengan batas waktu 45 menit.
Zia pusing. Hingga di menit-menit terakhir, Zia hanya bisa menjawab lima soal. Masa bodo nanti dia akan mendapat nilai D. Siapa suruh ulangan mendadak?
Tidak berhenti sampai di situ. Setelah ulangan matematika, kelas Zia kembali riuh karena hari ini juga ada praktik olahraga. Sudah kelas dua belas dan sebentar lagi ujian nasional. Rasanya Zia ingin menangis saat guru tanpa ampun memberikan tugas.
***
Hari ini hari yang melelahkan bagi Zia. Bahkan seharian ini Zia tidak datang ke kelas Zidan. Alasannya bukan gara-gara dia lagi hectic aja, tapi karena sengaja tidak menampakkan diri. Zia pengen tahu reaksi Zidan kalau dia tidak muncul.
Paling Zidan tidak peduli mau Zia ada atau tidak. Pikir Zia.
Di luar dugaan, kedua mata Zia menangkap sosok Zidan yang berdiri di depan loker miliknya. Zia ingin putar balik, tapi tidak bisa karena Zidan sudah melihatnya.
Zia akhirnya memilih mendekati cowok itu.
"Lo ngapain berdiri di depan loker gue? Mau maling, ya?"
"Emang ada benda berharga apa di dalam loker lo? Paling cuma buku sama kertas ulangan yang nilainya D."
Zia tersenyum kikuk. Anjir, dia cenayang apa peramal sih?
"Kenapa lo gak dateng ke kelas gue?"
Zia mengerjap tak percaya. Malvino Zidan Geovandika bertanya mengapa Zia tidak datang ke kelasnya? Sepertinya Zidan salah makan hari ini.
"Gue ada ulangan."
"Terus sekarang lo mau ngajakin gue ke mana?"
PD banget nih anak. Zia mulai berpikir tempat apa yang cocok untuk Zidan. Asal jangan kantin lagi, mood Zia lagi gak bagus untuk berdebat dengan Zidan.
"Ke tukang mie ayam yang ada di seberang sekolah, gimana?"
"Oke."
***
"Ini gak bakalan ada drama kursi kependekan, kan?"
"Nggak."
Diam-diam Zia menghela napas lega. Ia dan Zidan duduk di bangku masing-masing. Setelah itu Zia memesan dua mangkuk mie ayam dan dua gelas es teh.
"Zia, kenapa lo akhir-akhir ini deketin gue?"
Demi Tuhan. Di antara ratusan anak SMA Aksara, kenapa harus Zidan yang nanya?
Zia memilin ujung rok seragamnya. Otaknya sibuk memikirkan jawaban yang tepat untuk Zidan.
"Kok lo nanyain itu?" Zia malah balik tanya.
"Pengen tau aja."
"Ya kalo ada cewek yang deketin elo, berarti cewek itu lagi suka sama lo lah!"
"Oh."
Zia terbelalak. Cuma oh? Baiklah.
Karena Zidan diam saja setelah itu, Zia mengeluarkan ponselnya. Sambil menunggu pesanannya jadi, Zia membuka aplikasi olshop yang biasa ia kunjungi. Mood Zia seketika membaik begitu melihat sepatu, tas, baju, dan make up yang masih ready.
"Silakan, Neng, Akang."
Zia mengacuhkan penjual mie ayam saking asyiknya dengan ponsel. Sampai akhirnya Zidan merampas benda tersebut dari tangan Zia.
"Zidan! Sini hp gue!" Zia ingin merebut kembali ponselnya, tapi tidak bisa.
"Bokap lo kerja apa?"
"Bokap gue udah meninggal, Zidan!" Zia jengkel Zidan menanyakan papinya. Topik yang sangat sensitif baginya.
"Oh, nyokap lo nikah lagi apa single parent?"
"Ngapain sih lo nanya-nanya? Mami single parent!" Suara Zia meninggi.
"Berarti nyokap lo kerja sendirian, kan?"
"Iya!"
"Nyokap lo kerja banting tulang buat mencukupi kebutuhan lo. Terus ini balasan lo? Lo foya-foya dari hasil keringat nyokap lo. Sumpah, yang lo lakuin tuh sampah tau nggak."
Dengan cepat, Zia merampas ponselnya yang masih berada di tangan Zidan. Zia benar-benar kesal, atau lebih tepatnya Zia merasa kalah telak. Kalimat Zidan yang terakhir menusuk tepat di ulu hatinya.
"Lo emang gak punya hati!"
Zia mengangkat ranselnya. Kemudian meninggalkan Zidan beserta mie ayam dan es tehnya yang belum tersentuh sedikit pun.
***
"Muka lo kenapa sih jutek amat?"
Salza dan Sherly heran karena sejak kedatangannya di kafe setengah jam yang lalu wajah Zia kusut dan tidak bersemangat. Zia bahkan ogah-ogahan meminum sirupnya.
"Zidan tuh ngeselin tau gak sih?! Omongan dia tuh bukannya bikin happy, malah bikin kesel terus."
"Tapi gue lihat, Zidan udah mulai tertarik sama lo. Gue rasa sebentar lagi lo berhasil, Zi," ujar Sherly.
"Iya sih, dia emang udah mulai deketin gue duluan. Tapi kalo dia lagi ngomong tuh rasanya gue pengen lakban mulut dia."
"Yaaa lo gimana sih? Zidan diem aja lo uring-uringan, Zidan banyak ngomong lo kesel," sahut Salza.
"Gue rasa Zidan udah mulai luluh deh sama lo. Itu artinya bentar lagi gue bakalan beli tasnya buat elo."
Mata Zia membulat sempurna. "Serius lo?"
"Iya. Kemarin nyokap gue udah transfer duitnya, mungkin besok baru gue pesen tas itu."
"Aaaaa makasih Sherly!" Zia memeluk sahabatnya itu. Dalam sekejap Zia melupakan kekesalannya terhadap Zidan.
"Tas Hermes, i'm coming!"
❤❤❤
Done
280919Published
300919***
Next part ....
"Lo kemarin bilang gue gak punya hati, pada kenyataannya, elo yang gak punya hati!"
***
A/N
Zidan: Aku udh ijin sama Emak. Sekarang kita langsung ke kuisnya ya teman-teman. Hadiahnya pulsa @10.000 untuk dua orang yang beruntung.
Kuisnya ini khusus followers Emak Nis, ya. Yang belum silakan follow. Terus habis itu tag tiga orang teman kalian di sini.
Pertanyaannya adalah: apa alasan Sherly sebenarnya nyuruh Zia deketin aku?
Yang jawabannya 85% mendekati kebenaran, berarti dia yang dianggap beruntung.
Hasil kuisnya bakal dikasih tau di ZIZI 15.
Jangan sampai gak ikutan, ya!
KAMU SEDANG MEMBACA
ZIZI - [Terbit]
Teen Fiction[SEBAGIAN PART DIHAPUS. BUKUNYA BISA KAMU BELI DI TOKBUK ONLINE KESAYANGAN KAMU] "Lo harus bisa menaklukan hati Zidan dalam waktu empat belas hari." Petualangan Zia dimulai. Ia pun rela jatuh bangun demi hadiah yang dijanjikan temannya. Empat belas...