Hari Sabtu. Hari yang paling ku tunggu.
Aku mendaftarkan diri untuk menjadi pengurus sebuah organisasi islam di sekolahku.
Ada beberapa seleksi yang harus aku lalui. Sebelumnya aku telah bergabung dalam sebuah kelompok mentoring yang itu merupakan kegiatan yang harus dilaksanakan oleh calon pengurus organisasi islam tersebut.
Hari ini adalah seleksi tertulis.
Aku sangat-sangat excited sekali. Aku memperdalam pengetahun ku tentang agama islam. Tak ada salahnya kan?Aku bangun di pagi buta. Jam wekerku membangunkan aku tepat pukul dua pagi.
Ku ambil air wudhu dan aku melaksanakan sunnah-Nya. Selesai sholat, aku tak pernah lupa untuk berdoa.
Aku selalu mendoakan kedua orangtuaku. Ya, ayah dan ibuku.
Aku berdoa agar Allah selalu menempatkan Ayah di sisi terbaik-Nya.Ibuku juga selalu ku doakan. Teman-teman ku. Semuanya aku doakan.
Termasuk dia.
Aku adalah anak yatim. Aku hanya tinggal bersama ibuku. Tinggal di rumah yang tidak begitu besar. Hanya ada aku dan ibuku.
Ayahku meninggal saat umurku 3 tahun. Saat itu, ayahku sedang di rawat di rumah sakit. Ayah sakit darah tinggi.
Suatu ketika Ayahku ingin buang air kecil. Ia tidak di temani oleh perawat. Ia sendiri.
Tak lama kemudian terdengar suara gubrakkkk dari dalam kamar mandi.
Ternyata Ayahku terpeleset dan dia tak sadarkan diri.Ibuku yang saat itu sedang mengambil baju bersih di rumah tiba tiba di telpon pihak Rumah Sakit
Rumah Sakit : " Selamat Pagi.
Apakah ini dengan Keluarga Pak Abdul?Ibu :"Iya Benar. Ada apa ya?
Rumah Sakit :" Maaf Bu, Tadi Pak Abdul terpeleset di kamar mandi. Kami sudah berusaha menolong nya.
Ibu :"Maksutnya bagaimana?
Rumah Sakit :"Pak Abdul meninggal dunia Bu."
Ibuku terkejutnya bukan main. Ia meninggalkan aku yang masih tertidur lelap.
Saat itu masih pagi sekali. Ibuku menitipkan aku ke rumah nenek ku yang jaraknya hanya 5 rumah.
Padahal, hari itu aku dan ibuku mempunyai rencana untuk menengok ayah. Tapi, Allah sudah memanggil ayah dulu.
Mataku berlinang air mata. Aku selalu ingat cerita itu. Cerita yang ibu ceritakan kepadaku saat aku berumur 12 tahun.
Aku sudah cukup mengerti tentang apa itu kehilangan.
Saat aku berumur 3 tahun, yang aku ingat tentang kepergian ayahku tidaklah banyak.
Aku hanya ingat jika saat itu rumah ramai sekali dan ada bendera warna putih terpasang di dekat rumah.
Semua saudaraku datang. Ah senang sekali kalau banyak saudara yang datang. Tapi ternyata kedatangan mereka untuk melayat.
Pukul tiga pagi. Satu jam aku sujud menghadap illahi.
Ah sudahlah. Aku tahu, Allah memang lebih sayang dengan Ayah.
Aku melepas mukenaku lalu melipatnya dan aku menaruhnya diatas meja belajarku. Aku teringat lagi jika hari ini adalah seleksi tes tertulis.
Ku baca lagi materi yang aku pelajari tadi malam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirius
Teen FictionCover by @ranita_kd Tentang segala rasa yang pernah ada. Aku tahu rasa itu juga ada di kamu. Karena aku bisa merasakannya lewat cahaya yang bersinar dari dalam dirimu. Dan hanya aku yang tahu tentang itu. Kamu bersinar saat yang lain redup. Satu hal...