⭐19⭐ Bicara

34 2 0
                                    

Nggak kerasa, PAS udah selesai. Rasanya aku bisa bernafas lega. Tapi sayang, aku nggak terlalu excited sama PAS kali ini. Soalnya, PAS ini barengan sama kondisi hatiku yang lagi ambyar.

Gimana rasanya liat orang yang di sayang dipeluk-peluk sama orang lain? Jalan sama orang lain? Sampai digandeng-gandeng lagi!

Supek banget rasanya. Aku pengen banget keluar dari lingkaran ini, tapi nggak bisa.

Pas aku berusaha buat keluar, tiba-tiba aja Mas Resi chat aku. Nyemangatin aku tes.

Iya. Ini lingkaran antara aku dan Mas Resi.

Andai aja, kalau kondisinya nggak kaya gini. Aku pasti langsung balas chat dia. Tapi yang aku lakukan cuma read pesan dia. Itu aja, gara-gara kepencet. Coba kalau nggak kepencet. Pasti sampai sekarang masih centang dua abu-abu.

Nggak cuma read dong. Aku juga sempet blok whattsap dia!
Gara-gara dia itu ....

Tunggu.

Tadi aku bilang apa?

Sayang?

Apa iya aku sayang sama Mas Resi?

Kata "sayang" terus saja menari-nari dalam benakku. Aku belum bisa menghilangkannya.

"Awwwww!" Pekikku.

Aku berhenti sebentar. Nggak tahu kenapa, kakiku tiba-tiba jadi nyeri. Saat aku lihat, ternyata ada sebuah paku yang menembus sepatuku dan sekarang menancap di telapak kakiku.

Yang lebih parahnya lagi, paku itu cukup besar dan karatan!

Setelah itu, aku jongkok lalu mencabut paku itu.

Siapa sih yang naruh paku di jalan? Batinku.

Aku lalu membuang paku itu di semak-semak. Karena kakiku nyeri banget, maka aku putuskan buat istirahat. Aku juga udah capek, 5 kali muter lapangan bola ini.

Aku mencari tempat teduh untuk beristirahat. Saat aku mau minum, tiba-tiba ponselku berdering. Ternyata, ada panggilan masuk dari Mas Resi

Awalnya aku nggak pengen ngangkat telpon dia. Tapi, karena lagi gabut aja, aku ngangkat telponnya. Daripada duduk sendiri kaya orang ilang kan? Nggak berapa lama kemudian, aku mendengar suaranya.

"Assalamualaikum Sara." Sapanya.

"Waalaikumsalam. Ada apa Mas?".

"Nanti sore kamu sibuk nggak?"

"Enggak. Kenapa?"

"Nanti sore aku pengen ketemu sama kamu. Ada yang pengen aku omongin."

"Nggak bisa ya ngomong sekarang aja?"

"Enggak."

"Kenapa?"

"Aku pengen ngomong langsung."

Deg.

Ngomongin apa ya kira-kira?

"Kalau aku nggak bisa?"

"Ini menyangkut kita."

Hah?

Kita?

Maksudnya?

Aku sempat diam beberapa detik.

"Kalau kamu pengen tahu, nanti sore dateng."

"Mau ketemuan dimana emang?"

"Habis ini aku whattsap aja ya."

"Yaudah kalau gitu."

"Assalamualaikum."

SiriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang