Hari ini adalah hari pertama masuk sekolah setelah libur 1 bulan. Aku sudah kelas 12 sekarang, jadi harus menambah waktu belajarku.
Rasa malas masih menyelimuti diriku. Rasa-rasanya aku tak bisa menghindari rasa itu. Rasa itu terus tumbuh dalam diriku. Bagaimana pun, aku harus bisa melawan rasa itu.
Rasa malasku.
Tiba-tiba, ada dua orang yang mendekatiku.
"Ngelamun aja terus." Kata seseorang yang kerudung nya disampirkan kebahunya.
"Hobi kok ngelamun." Kata seseorang yang rambutnya terurai panjang.
"Kenapa emangnya?" Tanyaku malas.
"Ya kalau kamu kesambet kitalah yang repot!" Jawab seseorang yang kerudungnya di sampirkan ke bahunya.
"Naudzubilah deh. Amit-amit ya." Jawabku.
"Kalian itu, kalau ketemu cuma berantem terus." Kata seseorang yang rambutnya terurai panjang.
"Biarin ah Mel. Dia nyebelin tahu gak. Dibilangin gak pernah nurut." Jelasnya
"Iya Nat, Iyaa." Jawabku
"Ngelamunin apa kamu tadi?"
"Ngelamunin kamu Nat."
"Jijikk ah, jangan-jangan kamu ngelamunin yang enggak-enggak ya?" Tanya Renata.
"Astagfirulloh. Jangan suudzon. Ngapain juga ngelamunin kamu? Kurang kerjaan banget deh."
"Nyebelin ah kamu. Pergi yuk Mel. Jangan deket-deket Eji. Ntar bisa gila kita."
"Yuk Nat, cabut aja. Mending kita balik aja ke bangku kita. Gak ada faedahnya deketin dia." Jelas Amel.
"Bye Ji."
Aku hanya tersenyum melihat dua cewek aneh itu. Renata dan Amelia. Cewek yang ditakuti teman sekelasku karena keganasan mereka. Keganasan dalam menarik uang kas maksudku. Bukan yang lainnya. Dan sialnya, aku satu kelas terus dengan mereka. Tapi, bagaimana pun juga, mereka adalah sahabatku.
Persahabatan ini telah terjalin sejak kami masuk sekolah ini.
Hanya Renata yang memanggilku Eji. Entah dari mana ia mendapatkan panggilan itu."Darimana bray!" Tanyaku pada seseorang yang tiba-tiba duduk di sebelahku.
"Dari kantin Re." Jawabnya.
"Kok nggak ajak-ajak?"
"Habis upacara tadi, kamu ngilang gitu aja. Darimana kamu?" Tanya dia.
"Oh itu, habis ngasih titipan buat anak kelas 11."
"What the..." Kalimatnya menggantung.
"Ada apa sih ini." Tiba-tiba Renata datang lagi, lalu ikut nimbrung obrolan kami.
Bangkunya hanya di belakangku, jadi ya mudah saja kalau dia mau nimbrung pembicaraan kami.
"Ini Nat, si Resi ngasih titipan buat anak kelas 11. Bukannya dia males ya kalau dititip-titipin kek gitu?" Jelasnya.
"Masak sih Nan?" Sahut Amel tiba-tiba.
"Iya Mel, bener."
"Mama yang nyuruh aku."
"Cieee, calon mantu ya ceritanya?"
"Astaga, bukan ya, dia itu tetanggaku. Kata Mama sih bekal makan dia ketinggalan. Terus karena aku belum berangkat sekolah, jadi ya bekalnya itu dititipin ke aku." Terangku
"Tunggu, tunggu, kok ibunya dia bisa tahu kalau kamu belun berangkat?" Tanya Renata.
"Ya kan rumah kita itu cuma seberangan, jadi pasti tahulah kalau aku belum berangkat. Lagian motorku juga masih ada tadi di halaman rumah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sirius
Teen FictionCover by @ranita_kd Tentang segala rasa yang pernah ada. Aku tahu rasa itu juga ada di kamu. Karena aku bisa merasakannya lewat cahaya yang bersinar dari dalam dirimu. Dan hanya aku yang tahu tentang itu. Kamu bersinar saat yang lain redup. Satu hal...