⭐16⭐ Jatuh

40 5 6
                                    

Sebulan di kelas 11 sudah membuatku pusing. Di tambah dengan teman sebangku ku yang cerewetnya minta ampun.
Tapi gak papa. Itung-itung dia itu hiburan buat aku.

Belakangan ini aku merasakan ada yang aneh dalam diriku. Aku merasa ada sesuatu antara Bang Atma dan Mbak Renata.

Tapi, semakin aku over thinking tentang Bang Atma dan Mbak Renata, aku semakin memperburuk keadaan. Aku berusaha untuk positive thinking.Lagian sikap Bang Atma masih sama seperti dulu. Tidak berubah sama sekali. Masih manis, menurutku.

Seperti pagi ini. Hari ini adalah minggu pagi yang cerah. Aku sudah ada janji dengan seseorang.

Siapa seseorang itu?

Tak lain dan tak bukan adalah Bang Atma.

Kami ada janji untuk jogging keliling kompleks perumahan.

Aku memakai celana training dan mengenakan hoodie warna navy. Aku memasukkan kerudung abu-abu ke dalam hoodieku.
Supaya lebih rapi pastinya. Tak lupa juga sneakers putih kesayanganku.

Aku segera turun menuju dapur untuk menemui Ibu lalu pamit mau jogging.

Saat aku keluar rumah, Bang Atma sedang melakukan pemanasan di halaman rumahnya.

Aku segera menghampiri Bang Atma, lalu mengikuti gerakan sama seperti yang dia lakukan.

"Udah lama ya Bang?" Tanyaku sambil berlari kecil-kecil.

"Enggak kok. Mau kapan nih joggingnya?" Tanya Bang Atma.

"Sekarang aja yuk Bang. Ntar keburu panas."

"Yaudah. Ayo!" Bang Atma tahu-tahu udah lari ninggal aku.

"Tunggu aku!" Kataku sambil berlari, berusaha untuk mengejar Bang Atma.

Akhirnya aku bisa mengejar Bang Atma dan perlahan ritme lari kami mulai teratur.

Awalnya, gak ada percakapan diantara aku dan Bang Atma. Rasanya canggung. Maka dari itu aku berinisiatif untuk membuka topik percakapan, tapi tiba-tiba...

"Udah capek Fa?" Tanya Bang Atma yang sontak membuatku kaget.

"Belum lah Bang. Ini kan masih deket. Abang ngejek aku banget sih!"

"Siapa juga yang ngejek. Aku kan cuma tanya. Gitu aja marah."

"Siapa juga yang marah?"

"Kamu kan Tifa?"

"Enggak, aku enggak marah". Jawabku

Tiba-tiba..

"Eh Tifa, awas ada lubang." Bang Atma nunjuk lubang yang ada di tengah jalan.

Aku lalu menunduk melihat lubangnya. Cukup dalam menurutku.
Refleks aku dan Bang Atma berlari menghindari lubang itu.

Setelah itu hening lagi. Sebenarnya aku ingin bertanya sesuatu. Tapi aku tidak enak dengan Bang Atma. Karena menurutku, pertanyaan ini kurang pantas untuk ku tanyakan karena kami belum sedekat itu.

Aku kembali teringat tentang sebuah peristiwa yang mengusik pikiranku.

"Katanya Lapar?" Tanya Arya.

"Emang iya, kantin yuk Ar." Ajakku

"Ya udah ayo. Aku juga lapar." Jawabnya

Aku dan Arya bergegas menuju kantin. Aku jalan di belakang Arya, melewati teman-temanku yang sibuk menghabiskan makanan mereka.

Aku lupa nggak sarapan. Jadi, aku sangat kelaparan dan pingin banget makan. Makannya aku ngajak Arya ke kantin.

Sampai di kantin aku memilih mencari tempat duduk, sedangkan Arya memesan makanan untuk kami.
Kami duduk di kantin paling pojok, karena hanya tempat itu yang kosong.

SiriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang