⭐14⭐ Semakin tak Karuan

52 5 2
                                    

Waktu berjalan dengan sangat cepat. Liburan satu bulanku terasa seperti bukan satu bulan. Liburanku tinggal seminggu lagi. Lalu, setelah itu, aku naik di kelas 11 dan Mas Resi naik di kelas 12.

Artinya, sebentar lagi dia akan lulus. Lalu meninggalkan banyak kenangan yang pastinya tak bisa aku lupakan.

Tapi, it's okey. Rumah kita deket. Kalau kangen atau pengen ketemu tinggal main aja ke rumahnya.

Gampangkan?

Itu yang dia katakan waktu dia mengantarku pulang setelah dari pernikahan Mbaknya, seminggu yang lalu.

"Tifa, nggak nyangka ya kita udah ganti kelas." Katanya memecah kecanggungan.

"Iya Bang." Jawabku singkat.

"Kelas 12 itu, waktunya cepet banget lho."

"Iya juga sih Bang."

"Ntar, kalau aku udah lulus, terus kamu pengen ketemu aku, tinggal main aja ke rumahku. Rumah kita kan deket." Jelasnya.

"Idihh, pd binggo kamu Bang." Jawabku sewot.

"Belum masuk sekolah kok udah ngomongin lulus." Kataku.

"Ya biarin dong."

"Bodo amatlah." Jawabku asal.

"Ngomong-ngomong, kamu kalau ke sekolah naik apa Fa?"

"Kadang diantar Ibu kadang nebeng Tania."

"Kamu emang gak bisa bawa motor sendiri? " Tanya Bang Atma.

"Enggak." Jawabku singkat, padat dan jelas.

"Astaga Tifa, anak SD aja bisa lho, masak kamu anak SMA nggak bisa?" Protesnya.

"Ya terserah aku dong Bang." Jawabku sambil mengerucutkan bibir.

"Terus besok kalau kamu pengen kemana-mana gimana? " Tanyanya.

"Ya gak gimana-gimana lah. Yang besok pikir besok lah Bang." Jawabku.

"Latihan mau?" Tanya Bang Atma.

"Latihan apa?" Tanyaku.

"Latihan hidup tanpa aku." Jawabnya.

Apa yang dia katakan? Jantungku hampir mencelos mendengar perkataannya barusan. Aku melotot mendengarnya.

"Ya latihan motorlah Tifa." Ralatnya

Dia emang nggak bisa njaga kesehatan jantungku. Kalau tiba-tiba aku mati jantungan gara-gara omongannya dia gimana? Naudzubilah juga sih, emang mulutnya minta ditampol tuh si Abang.

"Enggak mau." Jawabku.

"Kenapa? " Tanyanya.

"Takut."

"Kenapa takut?" Tanyanya.

"Takut kalau jatuh terus nggak bisa bangun lagi." Jawabku.

"Kan ada aku Fa. Aku siap 86 buat kamu." Jelasnya.

"Dasar serbet."

"Lho kok serbet?"

"Aku gak suka gombal, aku sukanya serbet. Karena gombal itu bau." Terangku.

"Astaga, ini bukan lagi ngomongin lap atau kain."

"Bodo ah."

"Mau ya latihan?" Pintanya.

"Enggak ya enggak."

SiriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang