⭐8⭐ Penasaran

62 10 0
                                    

Author POV's

Seminggu yang lalu
Di tempat yang tak begitu jauh dengan rumah Sara.
Tempat yang sunyi dan tenang

Tugas membuat proposal ini membuatku pusing, batin Resi.

"Re, ayo makan." Teriak Mbak Tya dari bawah.

"Iya Mbak, bentar. Nanggung, dikit lagi." Jawab Resi.

"Ya udah, terserah kamu Re."

Aku memang benar-benar di buat gila dengan tugas ini.

Krucukk krucukk krucukk

Udah, aku nyerah. Pusing, bingung, keluh Resi.

Aroma ayam bakar menggugah Resi untuk turun menuju meja makan. Ia menuruni anak tangga yang tak begitu banyak jumlahnya.

"Selamat malam Mama."

"Malam Re. Tumben kamu paling akhir ke sini. Biasanya paling cepet."

"Iya nih Ma, tugas Resi banyak. Baru nyicil sedikit. Belum dapet setengah, eh ada aroma ayam bakar. Ya udah, aku turun."

"Eh, adek Mbak udah disini."

"Iya dong Mbak, ayam bakar kan makanan kesukaan aku. Langsung gas dong aku. Gak mau melewatkan ayam bakarku."

"Ihhh, kamu dek, bisa aja."

"Ayo, buruan makan. Ntar keburu dingin lho."

"Iya Mama sayang."

Malam ini mereka larut dengan makan malam mereka. Hanyut bersama dengan ayam bakar masing-masing. Hingga melupakan sesuatu..

"Eh Pwapwa mwanna Mwa?" Tanya Resi dengan mulut penuh makanan.

"Telen dulu, santaii santaii." Mbak Tya menatap geli.

"Oh iya, Mama belum bilang ya. Katanya ada kerjaan di luar kota. Ada proyek baru di sana."

"Terus pulang kapan Ma?"

"Mungkin 2 hari lagi."

"Yah, masih lama dong.Ntar Tya kangen nih."

"Ahh, Mbak Tya lebay."

"Apa sih kamu Re."

Walaupun ia datang terakhir di meja makan, tapi ia menjadi orang pertama yang selesai menghabiskan ayam bakarnya.

"Mah, Mbak, Resi ke atas dulu ya. Mau ngelanjutin tugas dulu."

"Ya udah sana."

"Semangat adekku."

Resi meninggalkan Mamanya dan Mbak Tya yang sedang membereskan meja makan.

Setengah delapan.

Resi masih sibuk dengan tugas proposal nya. Sibuk mengetik kata per kata di laptopnya.

Dengan usaha yang keras, akhirnya kurang satu bagian lagi. Bagian penutup.

Ada lima belas halaman yang berhasil ia selesaikan.

Alhamdulillah, batinnya.

Semua memang harus dilakukan dengan usaha yang keras. Ia telah berusaha sekeras mungkin. Mood dan idenya nya muncul ketika ayam bakar mengisi perutnya.

Lalu ia mematikan laptopnya dan berbaring ke tempat tidurnya.

Pukul Delapan

Ia membuka ponselnya. Mengaktifkan data selulernya. Semua pesan WA masuk.

Dari teman-temanya, dari grub, dari Papa, dari Mama dan dariii..

Matanya meyipit.

Ia tidak mengenali nomer itu.

Ia juga belum menyimpannya.

Ia menekan profil nomer si misterius itu.

Kok gak asing ya? Kayak udah pernah lihat. Dimana tapi? Batin Resi.

Resi berusaha mengingatnya. Ia terus mengingat. Hingga akhirnya ingatan itu muncul...

Ternyata nomer misterius itu adalah seseorang yang telah mengirimkan pesan lewat messenger.

Dia juga yang memakai pakaian warna merah maroon, sama seperti dirinya.

Resi segera membuka pesannya.

Sara Latifa.

Nama yang cantik, batin Resi.

Hanya dalam hitungan dua menit ia langsung membalas pesan itu.

Dia sangat penasaran dengan Sara.

Apa niat Sara hingga Sara mau mengirim pesan kepadanya.

Ia melakukan hal konyolnya.

Aku kerjain aja dah.

Resi membalas pesan Sara, mengetikkan pesannya bahwa dirinya bukan Resi.

Ah, memang Resi jahil. Ia selalu seperti itu.

Pukul sembilan

Sudah terlalu malam untuk mereka berdua. Tidak baik antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram berduaan chating an.

ResiAtma

21.00

Tidur sana dek.

Ia mematikan data seluernya dan memasang alarm pukul tiga pagi. Entahlah, Sara membalas atau tidak, dia tidak mempedulikannya.

Tanpa di suruh, Resi langsung memejamkan matanya. Terbentuk lekukan bulan sabit pada bibir nya.

Ada sesuatu yang Resi rasakan saat chating an dengan Sara. Tapi ia tidak menyadarinya.

Resi telah membuat perasaan Sara menjadi tak karuan. Fast responnya membuat Sara menjadi ge-er.

Apa yang dilakukan Resi ke Sara membuat Sara nge-fly.

Resi Atmaja dan Sara Latifa.

Mereka berada dalam masalah besar. Coba saja kalau Resi bukan orang yang penasaran Ia tidak akan membalas pesan Sara. Tapi apakah itu tidak akan menyakiti hati Sara?

Rasa penasaranlah yang menuntut Resi untuk membalas pesan Sara.

Resi membiarkan rasa liar dalam diri Sara tumbuh begitu saja.

Dan Sara. Kenapa dia mengirim pesan kepada Resi?

Apakah dia tidak tahu Resi? Resi adalah orang yang selalu penasaran dengan hal yang baru.

Ya. Bagi Resi, Sara adalah hal yang baru. Yang harus dia ketahui seluk beluknya.

Bukan salah Sara jika ia mengirim pesan kepada Resi. Bukan salah Resi juga telah membalas pesan Sara.

Ini bukanlah sebuah kebetulan. Ini adalah taqdir.

***

Gimana? Udah tahu kan kenapa Resi fast respon?

Yukk, jangan lupa ikuti terus ceritanya.

Vote dan komen juga yaa :v

SiriusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang