Alexa POV
Aku Alexa, Alexa Nadine Laudyna. Kelas 12 IPA 1 di SMA Merah Putih. Sebagai senior seharusnya tidak jatuh cinta pada adik kelas ku sendiri. Itu sangat memalukan, tetapi terkadang cinta dapat menghilangkan semua gengsi termasuk gengsiku tersebut.
Namanya Arka, anak kelas 11 IPA 4. Dia termasuk dalam jajaran cowok tertampan di sekolah ini. Meski predikat cowok tertampan disekolah ini masih dipegang Alevo, namun bagiku ketampanan Arka itu melebihi Alevo. Pandangan khusus memang berbeda dengan pandangan umum. Artinya, jika kamu mencintai seseorang maka kamu akan merasa dia lebih dari siapapun.
Di sma ini bukan pertama kalinya aku bertemu Arka, sebelumnya kami sudah mengenal sejak smp.
Sebulan yang lalu aku mendengar kalau Arka sudah memiliki kekasih. Namanya Rania Adinda, salah satu atlet rugby di SMA Merah Putih. Namun, hiruk piruknya berita tersebut tak pernah aku hiraukan. Entah apa yang membuat aku tak pernah menampik perasaanku pada Arka.
***
11.15
Aku dan Deyra berjalan menuju bioskop yang ada didalam salah satu mall ternama dikawasan Jakarta. Deyra merupakan sahabat terdekatku, aku mengenalnya sejak tiga tahun lalu tepat saat mos berlangsung.
Aku dan Deyra sudah merencanakan untuk menonton film terbaru bergendre action namun, saat sudah dibioskopnya aku tidak setuju.
''Gak, gue gak mau," ucapku pada Deyra yang memaksaku untuk tetap menonton film yang mungkin ada adegan bunuh-bunuhan itu.
''Ck.. Gimana sih lo. Kan gue bilang juga apa, mana mau lo gue ajakin nonton film ini," ujar Deyra. Sebenarnya Deyra yang mengajakku menonton dan aku paling semangat saat itu, namun setelah aku cari tahu tadi di google tentang film action ini ada bunuh-bunuhannya gitu seketika nyaliku menciut.
"Kan gue gak tahu kalo film itu ada berantem-berantemnya gitu," kataku menurunkan suara.
"Ya Allah Lexa, namanya juga film action, emangnya apa yang lo harapin dari film action ? Romantis-romantisan ? ya.. gak ada lah," Ujar Deyra.
"Nonton film yang romantis aja deh. Lo nonton film action nya nanti sama yang lain aja," ujarku final. Daripada aku harus menonton film yang isinya bunuh-bunuhan gitu.
"Bayarin dong tapi,"
"Iya"
"Nah gitu kek," ucap Deyra menyengir.
Setelah kurang lebih 90 menit menonton film, kini aku dan Deyra sudah ada tempat makan karena jujur saja aku sudah lapar.
"Gue kecewa sama endingnya," ungkap Deyra yang masih kecewa dengan akhir film yang ngegantung.
"Tau gini kita nonton season 2 nya aja," ujar Deyra yang mendumel.
"Baper juga kan akhirnya lo," Ucapku lalu dijawab dengan decihan Deyra
''Nih gue kasih tau ya. Season 1 gak ditonton gak papa, tapi kalo season 2 gak ditonton kita penasaran ending nya gimana."
"Ya udah nanti kita nonton season 2 nya," ujarku yang ingin segera mengakhiri percakapan tentang ending film.
Seorang pelayanan membawakan pesanan kami.
"Gue ketoilet dulu ya bentar," ujarku yang dibalas Deyra dengan anggukan.
Aku lantas berjalan ke arah dimana toilet itu berada.
Ya tuhan, aku lupa ini tanggal datang bulanku. Pantas saja aku tidak nyaman sedari tadi. Dengan cepat aku ke arah cermin dan benar saja sebercak darah tercetak jelas di celana putihku. Aku merutuki kebodohan ku menggunakan celana warna putih itu. Untung saja toilet ini sepi, tapi masa iya aku mau terus di toilet. Perlahan aku keluar,
"Arka!" Spontan aku berseru memanggil Arka ketika melihat laki-laki itu keluar dari toilet pria.
Dia menoleh padaku sambil mengerutkan kening. Seperkian detik, dia berjalan mendekatiku.
Deg !! Deg !!
Jantungku tiba-tiba berdetak lebih cepat. Ayolah, ku mohon kembalilah berdetak normal seperti biasanya.
"Kenapa ?" Arka bersuara ketika sudah didepanku. Suaranya begitu datar dan dingin.
Aku berusaha mencoba untuk tidak gugup namun, tetap saja keliatan karena lidahku tiba-tiba kelu "Boleh pinjam jaketnya ?"
Seakan tahu apa yang aku alami, Arka lantas membuka jaket maroon nya lalu menyerahkannya pada ku.
Aku segera melilitkannya pada pinggangku.
"Gue pergi dulu, Rania udah nunggu gue," ujarnya masih dengan tatapan datar.
Mataku mengikuti punggung Arka hingga menghilang, dia kesini bersama Rania. Aku tersenyum miris dan segera pergi ke meja ku.
"Lama banget sih lo. Eh lo pake jaket siapa ?" Ucap Deyra
"Dey, gue gak jadi makan deh," ujarku yang masih berdiri.
"Lha kenapa ?"
"Gue tembus," ucapku lirih. Tatapan Deyra terpusat pada jaket yang melilit dipinggangku
"Makanan dibungkus aja deh, bentar gue panggil mbak-mbak nya." Deyra pergi dan tak lama kemudian datang bersama seorang Pelayan.
"Owh iya Xa, waktu lo pergi ke toilet gue liat Arka sama--"
"Udah ah cepet bayar makanannya," Ujarku memotong pembicaraan Deyra. Gue udah tau Dey, Arka ke sini sama Rania. Jadi gak usah dibahas lagi, bikin sakit hati tau gak. Ujarku dalam hati.
*******
TBC
Makasih buat yang udah baca 😘
Doain semoga konsisten bikin cerita ini..Vote & Coment
Bye...
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGES
Short StoryDari awal, aku sudah tahu rasa apa yang aku alami setiap berpapasan denganmu. Rasa yang selalu orang sebut dengan "Jatuh Cinta" Perasaan yang kian tumbuh meski tak pernah ku pupuk. "Waktu tak layak dihabiskan untuk hal yang sia-sia." kalimat itu ma...