Untitled - 3

6.6K 842 39
                                    





📖






Jam menunjukkan hampir pukul dua siang saat seseorang menekan bel pintu apartement Jaemin dengan tidak sabaran. Deringnya sungguh amat sangat mengganggu Jaemin yang tengah bersantai; menikmati secangkir teh hangat dan membaca buku di depan perapian.


Dengan malas Jaemin beranjak membukakan pintu untuk sang tamu. Ia menekuk wajah sembari melipat kedua tangannya di depan dada ketika melihat siapa yang sedang berdiri di balik pintu.


“Kenapa kau merengut seperti itu? Apa kau tidak senang melihatku datang?”


Jaemin mengerucutkan bibirnya, saat ini, ia terlihat sangat lucu di mata seorang pemuda bersurai legam yang masih berdiri di luar, karena Jaemin belum mempersilahkannya masuk ke dalam sedari tadi.


“Berhenti merajuk, atau aku akan menciummu,” goda pemuda itu dengan kekehan di sela.


“Kau tidak akan berani menciumku, Injunie.”


“Pfftt! Geurae? Dan Kau seharusnya memanggilku dengan Hyung, Renjun Hyung. Aku lebih tua darimu. Jadi- apakah aku boleh masuk?“


Jaemin memutar kedua bola matanya malas. “Hanya lima bulan, tolong...” Ia bergeser ke samping, memberikan akses untuk Renjun masuk.


“Lihat, aku membawakan cemilan kesukaanmu.” Renjun memperlihatkan isi dari kantung plastik putih yang ia bawa sedari tadi.


Butter Cookies?” Jaemin mengerutkan dahinya, bibirnya bertambah mengerucut.


“Emm... bukankah kau suka sekali dengan ini, Jaemin-ah?”


Jaemin sedikit terhenyak dengan kalimat yang dikatakan oleh Renjun barusan.


“Injunnie...” Jaemin menjeda kalimatnya, menatap Renjun dengan seksama. Seolah sedang mencari-cari sesuatu di balik ekspresi datarnya itu. “Aku tidak menyukai Butter Cookies.”


Renjun diam tak bergeming. Satu kalimat dari Jaemin sukses membuatnya seolah ingin menampar dirinya sendiri saat ini.


“Ah, itu... errr... dulu kau... umm...” Renjun tersenyum canggung. “Sudahlah, aku hanya bergurau. Tadi aku tidak menemukan buah peach di swalayan, jadi aku membeli ini untuk menggodamu.”


Jaemin masih mengerutkan keningnya. Ia juga masih menatap Renjun yang kini tampak kebingungan yang entah karena apa.

The Lost MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang