Untitled - 23

3K 478 43
                                    




📖









Jeno membuka kedua matanya dengan cepat. Dan penyebabnya adalah alarm yang berteriak nyaring; membuat semua nyawanya terkumpul mendadak.


Ia menggeram pelan sembari mengusap wajahnya. Terdiam sejenak lalu ia meraba sisi kanan ranjangnya; mencari sosok yang biasanya masih terlelap dengan pulas, namun ia hanya menemukan selimut tanpa sang pemilik dengkuran halus di sana.


Sontak ia terbangun, melompat dari ranjang lalu membuka pintu kamarnya dengan cepat. Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruang tengah; kosong. Kemudian ia mendengar suara ketukan halus yang datangnya dari arah dapur.


Senyumnya pun terulas tipis. Dengan langkah besar-besar ia menuju dapur dan mendapati sosok manis yang sedari tadi ia cari sedang memotong sayuran dengan uap air yang mengepul dari panci kecil di sebelahnya.


“Good morning...” sapa Jeno lirih sembari memeluk sosok manis itu dari belakang.


“Hm... sudah bangun?”


“Eung... kau memasak apa?”


Doenjang jjigae.”


Jeno menarik nafas panjang. Aroma sup bercampur dengan aroma dari tubuh sosok yang sedang ia peluk bercampur menjadi satu. Ia terus mengendusi leher kesayangannya itu hingga ia merasa terganggu.


“Hentikan, aku tidak bisa bergerak bebas!” protes sosok manis itu.


“Tidak mau. Biarkan aku memelukmu, Deary.”


“Kau bau!” omel Jaemin.


Jeno terkekeh seraya membalik posisi Suaminya itu lalu menghujani wajahnya dengan kecupan kecil.


“Ewhh... sana cuci muka!” protes Jaemin sembari menghadang kecupan Jeno dengan telapak tangannya.


“Baik, Tuan Lee...”









📖









Beberapa saat kemudian,


Keduanya memulai hari dengan sarapan lengkap dan hangat serta sesekali diselingi dengan tawa renyah dari Jaemin. Jeno tentu saja merasa sangat senang melihat kesayangannya seperti itu.


“Ada rencana apa untuk menghabiskan hari ini?” tanya Jeno sembari menumpuk piring kotor di bak cuci piring.


Jaemin menghabiskan air putihnya dengan cepat, lalu terdiam berpikir sejenak sebelum akhirnya ia mengembangkan senyumnya. “Berjalan-jalan di kota atau mall, mungkin menyenangkan,” usulnya dengan semangat.


Jeno terdiam. Jalan-jalan di kota? gumamnya dalam hati.


Ia sebenarnya mau saja. Namun mengingat kembali kejadian pertemuannya dengan Kim Jung Eun kapan hari, Jeno berpikir dua kali untuk mengiyakan.


“Kau tidak mau?” tanya Jaemin, merengut manja.


Jeno bersimpuh di hadapannya, menggenggam kedua tangan Jaemin lalu tersenyum simpul. “Hari ini dingin sekali, Sayang. Mungkin akan turun salju.” Jeno merutuki dirinya yang tidak bisa mencari alasan lain yang tepat.


The Lost MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang