Untitled - 28

2.7K 472 33
                                    




📖









Jaemin sedang asik menggambar doodles di buku sketsa saat ponselnya tak berhenti bergetar di atas coffee table.


Unknown Number


Begitu yang terpampang di layar benda persegi panjang yang kini berada di genggamannya itu.


Ragu, ia menggeser icon 'answer' di layar seraya menempelkan ponselnya ke telinga.


“Hallo?”


Hello? Apa betul ini dengan Na—ah, I'm sorry. I mean, Lee Jaemin?


Dahi Jaemin berkerut mendengar suara deep baritone yang sama sekali asing. Tetapi ia tetap menjawabnya. “Ya, benar. Maaf, dengan siapa saya berbicara?”


Ah yes, I'm sorry, mungkin ini terdengar aneh dan mendadak. Saya mendapatakan nomor telepon anda dari Dokter Park. Saya hanya teman lama yang ingin memberikan sesuatu pada Anda.”


Jaemin menggigit bagian dalam pipinya. “Teman? Siapa? Dan ingin memberikan apa?”


Begini, tidak enak jika dibicarakan lewat telepon. Bagaimana kalau kita bertemu langsung? Di café atau semacamnya?


“Maaf, tetapi—”


Saya tidak memaksa Anda untuk datang. Tetapi alangkah baiknya jika saya memberikan titipan ini dengan segera, Tuan Lee.”


Permintaan yang terdengar sedikit memaksa, Jaemin semakin mengerutkan dahi dan dadanya bergemuruh hebat. “Titipan apa? Apa yang sedang Anda bicarakan?”


Kekehan pelan terdengar. “Ahh, saya memiliki sesuatu untuk Anda. Titipan yang saya simpan selama ini. Saya rasa sudah saatnya saya memberikannya kepada Anda.”


Jaemin terdiam sejenak; menimbang-nimbang keputusannya. Lalu ia akhirnya menyerah atas dasar kekalahannya dengan rasa keingintahuan. “O-okay... Café Fullmoon, satu jam dari sekarang.”









📖









Jaemin turun dari taksi yang berhenti tepat di depan sebuah café yang sudah sangat ia hafal. Karena Haechan sering mengajaknya ke sini dan pemiliknya adalah Kakak Sepupu sahabatnya itu sendiri.


“Jaeminie!!” seru seseorang ketika Jaemin membuka pintu café dan membuat bunyi gemerincing pada bel kecil di atas pintu.


Jaemin tersenyum simpul, berjalan mendekat kepada seseorang yang menyapanya barusan. “Taeil Hyung!” balasnya riang.


The Lost MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang