Untitled - 29

2.6K 454 8
                                    




📖









“Jeno-ya...” Jaemin menelan makanannya perlahan lalu menaruh sendoknya kembali di sisi piring.


“Yes, Deary?”


“Hari ini aku bertemu dengan seseorang...” ujar Jaemin dengan hati-hati.


Jeno mengernyitkan dahinya. “Siapa? Kapan kalian bertemu?”


Jaemin tadinya ingin bercerita tentang pertemuannya dengan Jaehyun, tetapi setelah membaca raut wajah Jeno yang tampaknya sedang tidak enak, ia mengurungkan niatnya.


“Ah, tidak. Hanya teman lama. Kami bertemu di supermarket.”


“Teman lama?” Jeno mengerling dari sup yang tengah dinikmatinya pada jaemin. “Siapa?” tambahnya kemudian.


Bahu Jaemin terangkat ke atas. “Entahlah. Dia bilang dia dulu teman sekantor saat aku masih bekerja di Butik.”


“Ahh...” Jeno mengambil gelas minumnya dan menenggak isinya dengan cepat. “Iya, dulu kau pernah bekerja di Butik Zamora.”


“Aku ingat, aku pernah bekerja di sana, tetapi aku tidak ingat kenapa aku keluar dan berhenti bekerja, apa itu kau yang membuatku berhenti, Jen?” tanya Jaemin penuh semangat.


Jeno menggeleng cepat, membantah tuduhan Jaemin dengan senyum datar.


Lalu keduanya terdiam, hanya suara dentingan dari sendok yang beradu dengan piring yang terdengar dan sesekali helaan nafas berat dari Jeno.


“Kau... kenapa?” tanya Jaemin penasaran sembari membelai lengan Suaminya itu dengan lembut.


“Tidak ada apa-apa, Deary. Hanya masalah pekerjaan.” Jeno tersenyum singkat lalu menepis tangan Jaemin dari lengannya.


“Kau aneh.”


Jeno tertegun sejenak, lalu ia kembali tersenyum seraya menggeser posisi duduknya; mendekat pada Jaemin. “Ohh... maafkan aku. Aku hanya lelah, Deary,” ujarnya dengan senyuman, lebih hangat kali ini.


“Kalau kau lelah, bicaralah denganku. Jangan seperti ini. Kau malah menakutiku.”


Jeno menyeka poni Jaemin yang sudah hampir menutupi kedua matanya. “I'm so sorry, Deary...” Ia mengecup singkat sisi wajah Jaemin. “Ayo kita lanjutkan makan malamnya lalu setelah itu menonton film Disney, mau?”


Jaemin mengangguk setuju. “Popcorn and marshmallow.”


“Siap!”









📖









Keesokan harinya,


Jam baru menunjukkan pukul sebelas siang saat Jeno tiba di kediaman besar Lee. Raut wajahnya langsung berubah seketika dari tersenyum menjadi rengutan jengkel ketika ia melihat siapa yang sedang duduk bersama Ibundanya di ruang tamu.


“Apa yang sedang kau lakukan di sini?” tanyanya dengan nada tidak suka yang kentara.


Yang ditanya hanya tersenyum simpul, sementara Nyonya Lee langsung bangkit berdiri dan menyeret putranya ke dapur.


Sesampainya di sana, Nyonya Lee mengangkat alis kirinya ke atas, menatap putranya dengan sedikit sebal. “Bisakah kau sopan kepada mereka? Hanya sebentar?”


The Lost MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang