Untitled - 37

2.7K 437 32
                                    




📖









West End, Vancouver




Jaemin terbangun dengan aroma pinus dan citrus memenuhi kamar tidurnya. Perlahan ia membuka kedua mata, terdiam sejenak lalu beranjak turun dari ranjang. Setelahnya, ia kembali terdiam karena sedikit rasa pening masih tertinggal.


Ia melirik jam dinding kecil di atas pintu—pukul delapan lebih lima belas menit. Sejenak menggeliat, merenggangkan leher yang terasa sangat kaku, akhirnya ia beranjak keluar kamar.


Kedua kakinya membawanya menuju sumber aroma yang ternyata tak hanya memenuhi kamarnya, tetapi seluruh isi rumah.


“Good morning, Jaemin-ah,” sapa Jaehyun; tersenyum, tangannya sibuk menambahkan kayu pinus ke dalam perapian. “And Merry Christmas,” tambahnya kemudian.


“Merry Christmas,” balas Jaemin lirih.


Ia mendudukan dirinya di sofa, pandangannya ia tebarkan ke seluruh ruang tamu yang sudah di dekorasi sedemikian rupa oleh Jaehyun.


“How's your feeling?” tanya Jaehyun seraya menyodorkan segelas cokelat hangat pada Jaemin.


“Baik,” jawabnya singkat.


Hening untuk beberapa saat, keduanya larut dalam tarian api yang menyala sempurna di dalam perapian. Tidak ada yang bersuara, tidak ada yang melakukan gerakan, hanya ada suara retakan dari kayu pinus yang terlahap api dan sayup lagu natal yang terdengar.


“Jae, aku akan bercerita tentang sesuatu,” ucap Jaehyun, memecah keheningan.


Jaemin mengangguk pelan sebagai sinyal untuknya agar melanjutkan apa yang akan dia katakan.


Gelisah.


Itu yang Jaemin tangkap dari gerak-gerik Jaehyun; memainkan ke sepuluh jarinya dengan gugup, pandangannya berlarian ke sana kemari, dan gigitan kecil di bibir bawahnya cukup menjadi bukti.


“Katakanlah...” ucap Jaemin, menenangkan Jaehyun dengan tepukan lembut di punggung tangannya.


“Uh, okay...” Menghela nafas panjang dan berat, Jaehyun memutar posisi duduknya, kini menghadap Jaemin dengan tatapan mengunci pada kedua matanya.


“Kau pasti sudah bertemu dengan Jung Eun, kan?” tanya Jaehyun. Jaemin mengangguk sekali. “Ya, pasti kau sudah bertemu dengannya. Sebab jika tidak, kau tidak mungkin ada di sini sekarang.”

The Lost MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang