Untitled - 13

3.5K 565 24
                                    




📖









Jaemin sudah bangun pagi-pagi sekali untuk menyiapkan sarapan. Entah kenapa dia sangat menginginkan sepiring banana pancake sejak semalam.


Setelah selesai membuat berberapa tumpuk pancake dan menyeduh teh. Ia merapikan meja makan dan melepaskan apron biru yang dipakainya.


“Great!” Jaemin tersenyum memandang hasil masakannya yang sudah tertata rapi dengan tambahan setangkai bunga segar di dalam vas bunga kecil di tengah meja.


Lalu ia melangkahkan kakinya ke dalam kamar untuk membangunkan Jeno yang masih tertidur pulas.


“Jeno-ya... ireona.” Ia mengusap punggung Jeno sambil sesekali memberikan cubitan kecil di pinggangnya.


“Euung...” Jeno hanya menggeram rendah tanpa membuka matanya.


“Yak! Lee Jeno, ppali ireona!” Jaemin meninggikan suaranya. Masa bodoh dengan tetangga sebelah yang mungkin bisa mendengar teriakannya pagi ini.


Tetapi yang dibangunkan masih tetap dalam posisinya semula. Tidak bergerak satu inci pun.


“Sipit! Baguuuunn!!” Habis sudah kesabaran Jaemin. Ia menyingkap selimut yang dipakai Jeno dan membiarkannya terpapar sinar matahari yang berebut masuk dari jendela besar di sisi kanan ranjang.


Jeno mulai mengernyitkan dahinya saat dirinya mulai kepanasan. Jaemin berkacak pinggang sambil memegang remote pendingin ruangan.


“Kau tidak suka panas, kan? Rasakan. Mau bangun atau kutendang bokongmu?” Dan sepertinya ancaman Jaemin tidak berpengaruh apapun pada suaminya itu.


Ia mendecakkan lidahnya, lalu duduk di sebelah Jeno dan menundukkan wajahnya tepat di telinganya. “Hyuuung... ireonara juseyo~”


Jeno langsung membuka kedua mata sipitnya lebar-lebar dan mendapati wajah manis kesayangannya yang sedang merengut. Ia tersenyum manis seraya memutar tubuhnya dan mengalungkan kedua lengannya di leher Jaemin.


“Morning, my dear, dearest, Deary...” sapa Jeno sembari menyeringai lebar, satu kecupan kilat ia daratkan di bibirnya Jaemin kemudian.


“Ya! Kau masih belum sikat gigi. Jorok!” omel Jaemin.


Jeno terkekeh, ia malah semakin menarik tubuh Jaemin mendekat dan membuatnya tertidur di sampingnya.
“Sepuluh menit lagi.”


Jaemin bersungut-sungut sambil mencoba melepaskan dirinya dari dekapan Jeno. “Kau harus bersiap untuk ke kantor. Ini sudah siang!”


“Berhentilah mengomeliku pagi-pagi. Biarkan aku menikmati hari liburku,” gumam Jeno di sela kecupannya pada bahu dan leher Jaemin.


“Hentikan menghujaniku dengan ciumanmu, asatagaaaaa!!” pekik Jaemin tertahan karena rasa geli yang ditimbulkan oleh hisapan lembut di lehernya.


“Kenapa kau cantik sekali pagi ini, hm?” tanya Jeno yang kini sibuk melepas kancing piyama Jaemin.


“Mau apa kau Lee Jeno??”


“Sarapan.”


“Sarapanmu sudah kusiapkan di dapur.”


Jeno menyeringai jahil. “Sarapan ku di sini.”


The Lost MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang