Untitled - 31

2.7K 450 31
                                    




📖









Jeno melsesat menuju ruangannya di detik pertama rapat presentasinya selesai. Jangan salahkan dia yang tanpa sengaja menubruk orang-orang yang bepapasan dengannya di sepanjang koridor, saat ini ia hanya ingin cepat menemui Jaemin—yang mungkin saja sudah bosan menunggunya.


Namun saat pintu ruangannya terbuka, yang ditangkap oleh netra kelamnya hanya ruangan kosong; tidak ada siapapun.


Ia melangkah masuk dengan tergesa seraya memutar kursi tingginya, tetapi tetap saja, tidak ada sosok Jaemin yang bersembunyi di sana.


Satu gerakan cepat, ia meraih ponsel dari dalam saku jasnya seraya melakukan panggilan telepon kepada suaminya itu.


Satu kali nada sambung.


Dua kali.


Tiga kali.


Dan terus begiti sampai Jeno akhirnya hanya mendapatkan voicemail.


“Huh?” Dahinya berkerut, tatapannya terkunci pada layar ponselnya yang semakin meredup. “Di mana dia?”









📖









Ini sudah hampir pukul lima sore, dan Jaemin masih berdiri mematung di hadapan dua tas jinjing besar dengan tatapan penuh kegelisahan.




Kau tahu, Jaemin-ah? Terima kasih untukmu, Anakku tumbuh besar tanpa memiliki seorang Ayah.




Kata-kata dari wanita yang mengaku bernama Jung Eun tadi benar-benar seperti mimpi buruk di tengah hari. Dan entah kenapa kalimat itu terus saja berputar di dalam kepalanya seperti sebuah kaset rusak.


Setelah pertemuannya tadi dengan wanita itu, ia langsung bergegas pulang ke apartement-nya dengan kepala yang terasa sangat nyeri; berdenyut seperti sedang dihantam oleh sebuah benda yang keras.


Sekian menit berlalu, ia masih saja bergulat dengan pikirannya sendiri. Mempertanyakan tentang sesuatu yang akan ia lakukan.


Apa ini adalah hal yang benar atau tidak?

The Lost MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang