Untitled - 32

2.5K 437 10
                                    




📖









Dengan sedikit ceroboh, Jeno memakirkan mobilnya di halaman kediaman Na. Kemudian ia bergegas turun dan segera berlari ke pintu depan.


“Eeh? Ada apa?” tanya Winwin yang terkejut melihat Jeno begitu saja muncul di dapur.


“Hyung!”


“Iya, Apa?”


Jeno terlihat sulit mengatur nafasnya, membuat Winwin menarik lengannya dan membuatnya duduk tenang di kursi meja makan. “Kau seperti kesetanan, ada apa, Jen?”


“Na-nana...” ucapnya terbata, tersela tarikan nafasnya yang masih memburu.


Winwin mengerutkan dahinya, terlihat jelas ia semakin tidak mengerti apa yang sedang dimaksud oleh Adik Iparnya itu.


“Hy-hyung, Nana...” Jeno memegangi dadanya dengan tangan kanan, sedangkan tangan kirinya mencoba menggapai gelas berisi air minum yang dituangkan oleh Winwin.


“Nana, kenapa?” tanya Winwin yang semakin penasaran, tapi belum sempat Jeno menjawabnya, Yuta masuk ke dapur; masih memakai setelan kerjanya.


Tadaima—” Dahi berkerut, mata memicing, Yuta mengangkat dagunya; isyarat kepada Winwin soal apa yang sedang terjadi. Namun Winwin hanya menggeleng pelan.


“Kenapa kau di sini?” tanya Yuta sembari meletakkan tas kerja dan mantelnya di meja makan.


Jeno mengerjap cepat, lalu bergantian menatap Yuta dan Winwin.


“Kau mengajakku berkelahi, Lee?” tanya Yuta dengan gusar.


Jeno menggeleng cepat. Ia menelan ludahnya kasar. “Nana, Hyung.” Ia menatap Yuta lekat-lekat. “Apa Nana di sini?”


Nani?!”


Ini Yuta, 20% terkejut, 30% marah, dan sisanya bingung.


“Dia tidak di sini, Jeno-ya. Ada apa? Kenapa kau mencarinya?” tanya Winwin berusaha mencegah Yuta untuk mengomel.


Jeno menghembuskan nafasnya dengan berat. “Dia tidak ada di rumah, ku pikir dia di sini. Karena—”


Yuta menaikkan satu alisnya ke atas, menambah kesan horror untuk Jeno yang sedang mencoba mengatakan situasi yang sedang terjadi.

The Lost MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang