Untitled - 27

2.8K 465 25
                                    




📖









“Apa benar kau bisa sendirian?” Jeno bertanya pada Jaemin untuk yang kesekian kalinya pagi ini.


Jaemin berdecak kesal. “Iya, Jeno. Iya...”


Pemuda bermanik rubah itu merengut, ia masih tidak mau mempercayai keputusan Jaemin yang ingin pergi ke perpustakaan kota sendirian. “Aku akan meminta Haechan menemanimu. Atau aku—”


Jaemin menempelkan jari terlunjuknya di bibir Jeno. “Sudah diam.” Ia merapikan kerah kemeja putih Jeno dengan seksama. Lalu ia berbalik dan mengambil jas hitam yang tergantung di depan lemari pakaian.


“Nah, beres. Sekarang sana berangkat. Mana ada Boss yang sering terlambat dan bolos? Contoh yang sangat buruk!” Jaemin memukul lengan Jeno pelan.


Jeno meringis. “Ya, ya, aku berangkat. Kalau kau sudah mau pergi, jangan lupa hubungi aku dulu. Biar aku tahu kau sedang di mana, dan kau naik apa, okay?”


Bola mata Jaemin berotasi malas. “I'll be fine. Kau cerewet sekali, Jen!”









📖









Hari sudah siang ketika Jaemin bersiap berangkat ke perpustakaan kota. Ia mengamit tas satchel dan ponselnya dengan cepat lalu berlari menuju pintu dan memastikan sudah terkunci dengan benar.


“Ah, iya!” Ia teringat sesuatu ketika menunggu lift di ujung lorong.


Ia mengambil ponsel dari dalam saku mantelnya, lalu menekan tombol panggil di sebelah nama "accorn".


Ne, aegi-ya...”


Jaemin tersipu malu ketika Jeno menjawab panggilan teleponnya dan langsung memanggilnya dengan seperti itu.


“Memalukan, kau sedang di kantor, bagaimana jika ada yang mendengar??” omelnya gemas.


Yang dimarahi malah terkekeh geli. “Hanya ada Haechan di depanku sekarang.”


“Pasti dia membuat ekspresi seakan ingin muntah.”


Maja!” Jeno tertawa renyah. “Ada apa kau meneleponku? Apa sudah mau berangkat?”


“Ya. Aku sudah di dalam lift,” jawab Jaemin seraya menekan tombol lantai lobby.


Kau ingat rute bus-nya, kan?”


“Aku bukan anak balita, Jeno.”


Hehe... hanya memastikan.”


“Hmmm... Kau jangan lupa makan siang.”


Yes Deary. Kau juga hati-hati di jalan. Salju mungkin akan turun lagi. Sudah pakai mantelmu? Kau bawa muffler atau tidak? Lalu sarung tangan? Apa kau pakai kaus kaki tebal?”


The Lost MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang