Flashback - 3

2.9K 445 19
                                    




📒









Jam sudah menunjukkan pukul dua siang saat Haechan muncul di showroom Butik tempat Jaemin bekerja. Cengiran lebar dan seikat bunga gladiol merah menyapa Jaemin dengan cerahnya.


“Untuk siapa?” tanyanya heran pada sahabatnya itu.


“Untukmu,” balas Haechan seraya menarik tangan Jaemin; membuatnya menerima seikat bunga gladiol yang masih segar itu.


“Ada acara apa?”


Haechan mendecak kesal. “Tidak boleh?”


Jaemin mengerutkan dahinya, menatap sahabatnya dengan tatapan menyelidik. “Kau aneh.”


“Sudahlah, ayo berangkat. Ini sudah lewat jam makan siang. Maag-mu bisa kambuh.”


Keduanya makan siang di sebuah kedai sederhana dekat butik Jaemin. Haechan memesan jjampong sedangkan Jaemin memilih jjajangmyeon.


“Apa kau tidak dimarahi Jeno?” tanya Jaemin sembari menyeka sendok dan sumpitnya dengan tissue basah.


Haechan menggedikkan bahunya. “Untuk apa?”


“Kau keluar kantor jam segini.”


“Salahnya sendiri sudah menahanku selama jam makan siang. Membuatku terpaksa ikut meeting yang sungguh membosankan.”


“Sudah tugasmu, bukan?”


“Bukan. Aku adalah seorang HRD, bukan sekertaris pribadinya.”


Lalu pesanan mereka datang, dan keduanya terdiam, menikmati hidangan yang tersedia dengan lahap.


“Eum...” Haechan menyeka sudut bibirnya dengan tissue seraya menenggak air putihnya dengan cepat. “Nana, aku boleh bertanya?” tanyanya pada Jaemin yang masih sibuk menghabiskan jjajangmyeon-nya.


“Apa?” balasnya tanpa menoleh.


“Soal Mark Hyung.”


Jaemin menghentikan kunyahannya, mendelik kasar, lalu ia meletakkan sumpitnya dengan gusar. “Sudah kukatakan padamu, aku tidak ada hubungan apa-apa lagi dengannya!” Tanpa ia sadari, ia menghardik sahabatnya itu cukup kencang.


Haechan menatap sahabatnya dengan sendu. “You... okay?”


The Lost MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang