(s)-7

5.6K 828 30
                                    

"Mau sampai kapan telinga gue ditarik mulu sih?"

Setelah Seokjin menghentikan langkahnya di belakang gedung rektorat, jeweran nya pada Jungkook baru dia lepaskan.

Jungkook mengusap bekas jeweran itu. "Ngapain sih pake jewer gue segala?"

"Sekarang jelasin sama gue," mata Seokjin menatap tajam, kedua tangannya terlipat, dagu nya terangkat. "Kenapa lu gangguin Aydan mulu?"

"Siapa yang gangguin?"

"Lu lah! Dikira gue ga tau ya sedari hari pertama ospek lu gangguin dia mulu."

"Bukan gangguin kak." Tengkuknya diusap. "Cuma-"

"Hm?"

Sebuah cengiran keluar dari Jungkook membuat Seokjin memberikan sebuah jitakan di kepala ketua penertiban ospek universitas itu. "Lu, suka sama Aydan?"

"Lu inget ga 2 minggu sebelum ospek lu kasih tunjuk apa ke gue?"

Seokjin mengingat sebentar kejadian yang pernah terjadi di 2 minggu sebelum ospek. Banyak sekali yang hinggap di pikirannya. Apalagi mengenai ospek yang memang 2 minggu sebelumnya sudah mulai sangat sibuk untuk persiapan.

"Nyerah gue, ga inget. Apaan sih?"

Jungkook mengambil handphone dari saku celananya, membuka galeri, kemudian menunjukkan layar handphonenya ke depan muka Seokjin.

"Eh anjir, kenapa bisa ada foto Taehyung di handphone lu?"

Segera ditarik lagi handphone itu saat Seokjin hampir menyentuh nya kemudian dimasukkan ke dalam saku celana. "Lu yang kasih liat, lu yang lupa."

"Gue? Kasih foto calon adik ipar ke lu?"

Sebuah cengiran muncul lagi dari Jungkook sampai gigi kelinci nya terlihat. "Gue sih yang pindahin file nya ke handphone gue."

"HEH!" Ditinjunya bahu Jungkook kuat-kuat. Rasa kesal, khawatir juga malu menjadi satu karena di laptop nya banyak sekali file yang berisi tentang dirinya juga kekasihnya, Namjoon. "Foto apa aja yang lu ambil?"

"Tenang aja, cuma foto-foto yang ada di folder Radhika Taehyung aja sih."

"Lu ambil semuanya? Itu banyak banget loh."

"Ya siapa suruh dia segemesin dan se imut itu."

"Ga lu pake buat bahan coli kan?"

Jungkook tertawa. Kalau diingat, memang pernah, tapi hanya sempat terpikirkan saja. "Yakali, ayang gue terlalu berharga kalau cuma buat jadi bahan coli."

"Halah, kaya dia mau aja sama lu!"

"Denger kak, kata orang kalau cinta ditolak pasti dukun yang bertindak," ucapannya dia jeda sejenak hanya untuk menyaksikan bagaimana perubahan raut wajah Seokjin menjadi penasaran.

"Nah, terus lu mau main dukun? Mau kasih pelet ke Taehyung?"

"Gue ini bukan orang kolot!" Tangannya menepuk-nepuk dadanya bangga. "Kalo cinta gue ditolak ya gue bertindak aja terus sampai diterima."

"Eh anjir, gue kirain apaan."

Jungkook tertawa lagi. "Tunggu aja pj dari gue." Kedua alisnya terangkat dengan senyum penuh keyakinan. Sekarang, yang terpenting yakin dulu kan? Setelah itu baru berusaha yang getol, ngegas lebih bagus. Kalau kata Jungkook, menikmati berbucinria.

"Emang dia mau sama lu?"

"Siapa sih yang bakal nolak pesona dari Jungkook Akas Romero?"

"Ngayal lu udah ketinggian, sekali nya jatuh, jadi bubur lu, mampus!"

"Yaudah liat aja ntar, gue gandeng si ayang di depan lu."

"Terserah terserah." Tangan Seokjin dikibas kibaskan ke atas. Percuma juga rasanya berdebat dengan Jungkook yang memang memiliki tingkat kepedean melebihi ambang batas. Lantas wajah dan tatapannya kembali serius, "awas aja kalau lu cuma pehapein Aydan!"

Jungkook tersenyum saja. Nyatanya dia tidak hanya sekedar mengganggu Taehyung sedari pertama bertemu. Seperti tidak ada pekerjaan saja. Jungkook bukan tipe yang suka membuang waktunya tanpa mendapatkan hasil yang berharga.

Kemudian dia kembali mengambil handphonenya dan menggeser papan kunci di layar. Senyumnya mengembang dengan sangat apik saat melihat wallpaper yang baru saja dia ganti.

Jelas, itu foto Taehyung dan dirinya.

(s)ay...ang || KookVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang