07

2.7K 236 3
                                        

"Nay" panggil nya dengan suara pelan.

"Iya?"

"Bagaimana jika aku sudah menemukan wanita yang aku cintai?" Tanyanya padaku, aku mengangguk mengerti arah bicaranya, lalu ku tatap kedua matanya.

"Bagus, itu sangat bagus sekali bukan? Jadi kita bisa bercerai" jelas ku dengan tersenyum, sebenarnya ini sangat menyayat hati. Buliran air mata mulai menetes, dia mengusap pipi yang basah ini.

"Bagaimana jika wanita itu kamu, nay?" Mebulatkan mataku, terkejut dengan perkataannya.

"Kamu berbohong, tidak mungkin itu aku"

"Jika aku berkata jujur? Aku tahu, kamu mencintai ku juga kan?" Mengeratkan genggaman nya, aku bingung harus menjawab apa? Apa aku harus jujur jika aku mencintainya? Tapi keluh bibir ini saat ingin berkata jujur padanya.

"Tenang lah, aku hanya bercanda, apa menurutmu tadi benar-benar sungguhan?"

Ah, sudah kuduga dia pasti berbohong, kecewa saat dia mengatakan itu, tapi sudahlah. Dia tak akan mencintaiku, aku tahu itu.

.
.
.
.

Tangannya ku genggam erat, dengan infus yang setia menempel di pergelangan tangannya sejak hari itu, mengusap surainya lembut, sesekali ku sentuh kedua alis tebal itu.

"Bagaimana keadaan mu?" Tanyaku padanya, dia tersenyum Ke arahku, sungguh dia sangat kuat tidak pernah mengeluh soal penyakit yang ia derita. Pria Kim itu mengelus punggung tanganku, menaruh nya diatas dada, dapat kurasakan detak kan jantungnya yang stabil.

"Aku baik-baik saja, hanya sedikit lemas" lirih nya sedikit kesakitan disekitar tubuhnya, mungkin efek dari kemoterapi yang dia jalani.

"Istirahat saja, mengerti?"

"Iya, aku mengerti"

.
.
.

"Tzuyu" panggil ku lesu, dia menoleh ke arahku menaikan sebelah alisnya.

"Ada apa?" Jawab nya, aku mengaduk kopi yang sudah hampir dingin, rasanya aku tidak ada semangat sama sekali semenjak kejadian tempo itu.

"Apa aku mencintai taehyung?"

"Mengapa bertanya seperti itu? Jika tidak mencintainya, pasti kamu tidak akan menikah dengannya. Apa ada masalah dengan hubungan kalian berdua?"

Menghela nafas kasar, melirik kearah luar jendela, hujan. Hari ini hujan, bumi saja menangis saat ini, apalagi dengan diriku. Ah, jinjja? Tak seperti biasanya aku seperti ini.

"Entahlah, aku masih labil. Apakah aku mencintainya atau tidak" gumam ku penuh putus asa, seakan hari ini dan esoknya tak akan berarti bagiku.

Tzuyu memegang kedua tanganku, dapat kulihat raut wajahnya berubah menjadi serius. "Nay, apa kamu merasa aneh setiap berada disekitarnya?" Tanyanya, aku mengangguk saja, "Jika seperti itu, kamu mencintainya nay, kamu jangan bohongi dirimu sendiri" berhenti sejenak, lalu memajukan wajahnya "Apa kamu belum pernah mengatakan perasaan mu pada suami mu?"

Menggelengkan kepalaku, bibir ku sudah malas sekali untuk membuka suara.

"Apa?! Aish, lalu untuk apa kamu menikahi pria itu? Nay, kamu mencintainya, aku tahu itu. Tapi, sepertinya ego mu lebih besar, aku harap kamu tak akan menyesal kedepannya"

Perkataan tzuyu membuat ku berpikir lagi, benar, bagaimana jika aku terlambat mengungkapkan perasaan ku? Tapi, aku takut jika dia tak mencintai ku, ah biarkan saja, yang terpenting aku sudah mengungkapkannya.

My Fake Husband[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang