16

2.1K 188 13
                                    

Desiran angin sore melengkapi keindahan disekitar sungai han, mengayunkan kaki kedepan beberapa kali, mencoba untuk menghilangkan kebosanan. Beberapa kali ku lirik sekilas arloji yang melingkar sempurna di pergelangan tanganku.

"Aish, dimana dia? Kenapa lama sekali?" Gerutu ku karena orang yang sedang aku tunggu tak kunjung datang.

Selang beberapa menit, akhirnya dia menunjukan batang hidungnya, tanpa merasa bersalah karena keterlambatannya ia langsung duduk disebelah ku.

"Maaf, tadi ada klien ku yang ingin bertemu membahas bisnisnya" keluhnya sembari mengelap pelipis yang basah karena bercucuran keringatnya, ia mencoba menetralkan nafasnya.

"Baiklah, aku maafkan tae"

Diam, sunyi, begitulah suasananya. Tidak terlalu ramai pengunjung, rasanya melegakan, ku lirik sekilas pria itu, tumben dia hanya diam. Apa ada masalah dengannya? Apa ada sesuatu yang mengusik hatinya?

Ku senderkan kepala di bahunya yang tegap, sembari ku pegang erat tangannya yang terasa dingin.

"Yeon-ie" panggil nya lalu ku tolehkan kepalaku ke arahnya, dia menatapku balik dengan tatapan sedih? Ada apa dengannya?

"Maafkan aku jika aku ada salah, maaf belum bisa membuat mu bahagia. Tapi, aku akan berusaha membuat mu bahagia, aku akan berusaha membuat mu tersenyum. Aku ingin membuat kenangan yang indah bersamamu, sehingga tidak akan aku lupakan"

"Apa maksudmu, tae?"

Kata-kata yang ia lontarkan membuatku takut dan mulai bermunculan pemikiran yang macam-macam, apa ini tentang penyakit yang ia derita? Oh, Ayo lah jangan membuatku sedih.

Ia menghela nafas, lalu menundukkan kepalanya. Menggenggam erat tanganku. "Dokter pribadi ku bilang, aku tidak bisa bertahan lama. Jika pengobatan yang aku jalani lancar, kemungkinan aku akan sembuh 100%. Tapi jika pengobatan ku gagal, waktu ku tidak akan lama, aku akan meninggalkan mu yeon-ie"

Seketika badan ku kaku, detak jantungku melemah, dadaku terasa sesak sekali saat mendengar ia mengatakan itu semua. Hatiku terasa hancur sekali, rasanya dunia mulai berhenti seketika, taehyung ku akan pergi meninggalkan ku? Secepat itukah? Apa ini karma bagiku?

"Yeon-ie, berjanji lah setelah aku tiada, lanjutkan hidupmu dengan bahagia"

"Tidak, apa maksudmu? Jangan berkata seperti itu" berontak ku yang sudah menangis, aku tidak bisa menahan air mata ku.

"Berjanji lah, yeon-ie. Ku mohon" merendahkan suaranya, memohon padaku dengan berjongkok didepan ku.

"Aku tidak bisa tae, percuma saja jika aku berjanji. Tapi, saat itu terjadi semua akan terasa sulit bagiku. Jangan mengatakan hal itu, aku yakin kamu pasti bisa sembuh"

"Jika tuhan berkata lain, bagaimana?"

"Tidak!" Teriak ku padanya, sungguh aku sudah tidak mau mendengarkan kata-kata Pergi itu membuatku frustasi. Bagaimana tidak? Eomma ku sudah pergi, lalu apakah taehyung juga akan pergi meninggalkan ku? Apa tuhan sekejam itu padaku, sehingga merenggut semua orang yang aku sayangi.

"Aku yakin, tuhan tidak akan mengambil mu terlebih dahulu. Aku yakin itu, ku mohon tae, berjanji lah padaku. Jangan tinggalkan aku" taehyung berdiri dihadapan ku, merengkuh tubuh ku. Sangat hangat pelukan nya, ini membuat ku nyaman.

"Berjanji lah padaku, bahwa kamu bisa sembuh dan jangan tinggalkan aku sendiri"

"Aku berjanji"

***

Suara ketukan ranting pohon begitu menyeruak di kamar, sangat mengusik sang empu yang sedang beristirahat dengan nyenyak,  aku menggeliat pulau kapuk berukuran king size . Mencoba mencari posisi yang nyaman, hendak menyelami alam mimpi kembali, tiba-tiba ada yang menggoncangkan tubuhku.

"Eomma, bangun! Aku harus pergi ke sekolah, ini sudah terlambat" pekikan suara itu membuat mataku membuka lebar, ku lirik gadis kecil berkuncrit kuda itu sedang menatapku tajam.

"Enghh, taeguk-sie 5 menit lagi. Oke"

"Ayo lah eomma, aku sudah terlambat" menarik selimut ku secara paksa, oh shit! Gadis nakal, kelakuannya seperti taehyung, bagaimana tidak mirip? Dia kan anak dari taehyung.

"Baiklah, tunggu dibawah. Eomma akan bersiap-siap"
.
.
.
.

Ku atur volume radio itu sedikit besar, Ku lirik sekilas gadis itu, ia sedang sibuk mengotak-atik barang bawahannya. Sedangkan aku hanya menggelengkan kepala, entahlah aku tidak paham dengan anak ku ini. Dia sangat menggemaskan, umurnya sekarang sekitar 7 tahun, cepat sekali dia tumbuh.

"Apa bekal makanan mu sudah kamu bawa?" Tanyaku memecahkan keheningan, ia menoleh lalu menunjukkan senyuman kotak khasnya, dia mirip sekali dengan ayahnya.

"Sudah, tadi ahjumma Jin-ah membuatkan sandwich"

"Baguslah kalau begitu, nanti ku jemput jam berapa?"

"Jam 1 siang eomma"

"Tumben sekali pulang lebih awal?"

"Hari ini tanggal 30 desember, bukan?"

Tanyanya, aku hanya mengangguk sebagai jawaban. Memangnya ada apa dengan tanggal 30 desember? Apa ada sesuatu yang spesial?

"Hari ulang tahun appa, aku ingin menemuinya"

Mendengar hal tersebut, aku terkejut, taeguk saja ingat hari ultah appa nya, sedangkan aku yang berstatus sebagai isterinya tidak ingat sama sekali. Sangat bodoh sekali, bagaimana aku bisa lupa?.

"Ah, eomma ingat. Baiklah, nanti eomma jemput lalu kita pergi ke pemakaman" aku mengusap kepala taeguk, lalu ku cubit pipi gembulnya, sangat menggemaskan.

"Awh, sakit eomma" rengek nya, aku hanya tertawa renyah melihatnya.

"Nanti aku ingin membelikan appa hadiah"

"Iya, nanti eomma kasih uang"

"Tidak perlu, aku sudah menabung"

"Benarkah? Wah, anak eomma sangat pintar"

.
.
.
.

Membantunya membukakan seatbelt, ku antar sampai depan gedung sekolahan. Ku rapihkan kerah bajunya yang agak berantakan, ku usap lagi pucuk kepalanya.

"Taeguk-sie, jangan nakal di sekolah, belajarlah yang rajin"

"Iya, eomma. Aku tidak akan nakal"

"Janji?"

"Janji" menautkan kedua jari kelingking, sangat manis sekali, setelah itu ia mengecup kedua pipiku sebelum akhirnya memasuki gedung tersebut.

'Bruk'

Aku terjatuh tersungkur ke tanah, seorang yeoja sedang menabrak ku tadi, untung saja aku tidak apa-apa. Tiba-tiba yeoja tersebut mengulurkan tangannya, aku raih tangan itu. Ia berusaha membantu ku untuk berdiri.

"Maaf"

Suara itu, tunggu sepertinya aku mengenal suara tersebut. Kulihat dengan seksama, sorot mata itu seperti dulu dan wajahnya tidak pernah berubah. Tapi, mengapa ia menggandeng seorang anak? Apa dia anaknya?

"Irene?"  Dan benar saja, saat  ku panggil nama itu, ia langsung reflek menatap ku. Dia Bae Joh-yun.

"Nayeon?"

"Irene, bagaimana bisa? Aku sedang mencarimu kemana-mana dan akhirnya aku bertemu lagi denganmu. Kemana saja kamu? Dan siapa anak ini?"

"Ah, nayeon. Aku tidak bisa menjelaskannya, terlalu panjang dan ini adalah anakku. Kim Joh yeon"

"Annyeong hasimikha" anak laki-laki itu memberikan hormat padaku, sangat sopan sekali. Tapi, tunggu irene sudah mempunyai anak? Anak siapa ini? Kenapa begitu tiba-tiba, apa irene sudah menikah?

"Aku buru-buru, ini alamat ku. Aku pergi dulu" dia melenggangkan kakinya meninggalkan ku, tak lupa ia menggandeng tangan sang anak. Aku merasa khawatir, dulu irene sangat dekat dengan taehyung. Apa itu anak taehyung? Tidak, bagaimana bisa aku berpikiran seperti itu.






My Fake Husband[✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang