Tangan itu terus menggenggam dan menautkan jari-jemarinya di jari ku, entah apa yang aku pikirkan sekarang. Aku merasa senang selalu berada di dekatnya, sesekali garis wajah itu menoleh ke arahku dan menyunggingkan bibirnya.
"Kita mau kemana?" Tanyaku yang sibuk melangkahkan kaki, memperhatikan sekitar jalanan yang cukup ramai.
"Kita akan makan, belum sarapan pagi bukan?" Aku mengangguk, meng-iyakan "kita akan makan chibikko takoyakki"
Aku mengangguk untuk kedua kalinya sebagai jawaban.Kami menuruni beberapa anak tangga, taehyung menuntun ku ke sebuah subway. Kalau dugaan kalian tempat yang ku kunjungi adalah jepang? Yaps, itu benar sekali.
Flashback
"Selamat malam, mimpi indah. Aku cinta kamu"
Paginya sekitar pukul 06.24, aku bergegas untuk menyiapkan sarapan. Cukup lihai tanganku dengan pisau yang aku pegang, sebenarnya aku trauma dengan benda tajam. Ya, dulu pernah memotong buah dan jari ku mengenai mata pisau. Namun, rasa takut ku dengan benda tajam aku lawan, ya itu semua demi menjadi seorang dokter. Bagaimana tidak? Pasti seorang dokter harus berhadapan dengan benda-benda tajam.
.
.
.
."Sayang, sedang masak apa?" Melingkarkan tangannya ke perut ku, meletakkan kepalanya diatas pundak ku. Ku tolehkan kepala ku sekilas untuk melihatnya, sangat berantakan.
"Aku sedang masak ayam mentega" jawabku dengan fokus mengaduk wajan teflon, sesekali menyeruput untuk mengecek apakah ada yang kurang dari masakan ku?
.
.
."Eomma, aku mau tambah lagi" pinta taeguk yang menyodorkan piringnya ke arah ku, aku tersenyum ke arahnya lalu memberikannya lagi ayam mentega tersebut.
"Jangan makan banyak-banyak, nanti kamu mirip troll" taehyung mengejek taeguk, lalu dicubitnya pipi tembem milik taeguk. Tak mau diam, taeguk pun memukul lengan appa-nya.
"Aku cantik appa ! Bukan seperti troll" tegasnya lalu melanjutkan kegiatan makan. Melihat interaksi mereka berdua, antara anak dan ayah membuatku tersenyum bahagia. Aku beruntung mendapatkan keluarga seperti ini.
.
.
.Kami bertiga memutuskan untuk berkumpul diruang tengah setelah sarapan, menghabiskan waktu dengan mereka. Menonton film bersama, tak lupa dengan canda tawa mereka. Cukup menyenangkan.
"Nay" panggil taehyung, reflek aku langsung menoleh ke arahnya. Dengan tatapan tanda tanya yang aku tujukan padanya, taehyung pun peka. Lalu tangannya mulai mengambil sesuatu diatas meja.
Sebuah amplop ia berikan padaku, aku menautkan kedua alis ku heran. Tanpa basa-basi, aku langsung membukanya, betapa terkejutnya aku, tiket menuju jepang?
"Tiket pesawat, ke jepang?"
Taehyung mengangguk, lalu mengelus pucuk kepalaku "iya, itu kejutan yang ingin aku berikan tadi malam. Bagaimana? Kamu senang?"
"Senang, tapi—" aku menggantungkan kalimat ku, lalu aku menoleh kearah taeguk yang masih fokus ke televisi. "Tiketnya hanya dua? Bagaimana dengan taeguk?" Aku membisik pelan, agar taeguk tidak mendengar.
"Ah, itu— aku hanya ingin menghabiskan waktu dengan mu. Anggap saja itu— bulan madu pertama kita" menggaruk tengkuknya yang tidak gatal menurutku, memalingkan wajahnya saat ku tatap tajam. Oh, ayo lah. Aku tidak tega harus meninggalkan taeguk sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fake Husband[✔]
Fanfiction[ COMPLETED ] [ this is my short story, just enjoyed guys ] Hubungan ku dengan dia awalnya hanya sebatas dokter dengan pasien saja, namun semua berbanding terbalik 180° ketika dia memutuskan untuk melamar ku secara tiba-tiba. Tapi, ternyata lamaran...