Suara radio memenuhi gendang telingaku, aku mengetukkan tangan di paha beberapa kali, mengikuti alunan nada yang sangat merdu. Sesekali menengok ke arah sang empu yang sedang fokus pada jalanan, cukup ramai menurutku.
Memeluk ku dari belakang, dapat kurasakan tangan mungilnya mengelus pundak ku. "Eomma, kapan kita sampai ke makam halmeoni?" Tanyanya dengan suara cempreng.
Aku menoleh kearah gadis kecil tersebut, dapat kulihat raut wajahnya yang sumringah. "Sebentar lagi, taeguk-sie"
"Kita akan segera sampai, bersabarlah" tambah taehyung yang sekilas menoleh kearah ku dan kearah taeguk, aku pun melengkapinya dengan anggukan sedang.
...
...Seperti biasanya, aku akan selalu menangis ketika mengunjungi makam eomma, teringat akan kenangan Masa lalu bersamanya. Seperti kepingan kaset, selalu memutarkan memori-memori tempo lalu.
Aku selalu berdoa kepada tuhan, semoga eomma selalu bahagia disana, tidak memikirkan ku disini. Aku harap eomma tersenyum dan tertawa lepas disana, tanpa ada beban sama sekali.
Menyadari aku yang sudah membuat mataku menjadi lebam, taehyung pun menenangkan ku dengan mengelus pundak ku, lalu mengecup kecil kepalaku.
"Tidak perlu menangis, eomma disana sudah pasti bahagia. Apalagi melihat kita yang sudah lengkap dengan kehadiran anak kita, dia pasti merasa bahagia melihat kita disini"
Aku menatapnya, taehyung selalu saja membuatku sedikit tersenyum dengan kata-kata sederhananya, tuhan aku tidak salah mencintai pria ini. Dia pria yang tepat untukku, terimakasih.
Beberapa menit, taehyung pun menarik pundak ku, mengodekan sesuatu.
"Ayo, kita pergi makan. Kalian belum makan, bukan?" Tanyanya, lalu menggendong taeguk erat.
Kulihat taeguk sedang memanyunkan bibirnya, kesal. "Appa baru tahu kalau aku dan eomma belum makan? Aku dan eomma sudah lapar sedari tadi" sepertinya dia sedang memarahi pria Kim tersebut, sangat lucu.
"Bagaimana appa tahu? Jika kalian saja hanya diam membisu" protes taehyung, benar juga apa yang dikatakan pria itu.
"Sudah-sudah, jangan mengoceh. Ayo kita makan" lerai ku pada ayah dan anak ini, jika tidak dilerai pertengkaran ini akan di lanjut, mau sampai kapan jika tidak ada yang memberhentikan kelakuan mereka berdua.
...
..."Aku bermimpi, jika suatu hari kita berdua akan pergi ke negara yang belum kita kunjungi, lalu—" aku bercerita sedikit tentang mimpi ku pada taehyung, dan aku menggantungnya. Melihat hal itu, taehyung pun menundukkan kepalanya ke arahku, menaikkan sebelah alisnya penuh tanda tanya.
"Lalu?" Tanyanya, aku pun memejamkan mata. "Kamu, melamar ku disebuah tempat yang sangat indah. Penuh dengan bintang, andai saja kamu melamar ku ditempat seperti itu"
Kubuka sebelah mataku, aku kira taehyung akan tertawa mendengar hal tersebut, ternyata taehyung menunjukkan senyumnya kepadaku, lalu mengelus pucuk kepalaku.
"Oh, iya dulu aku belum melamar mu ya? Aku meminta mu untuk menikah dengan ku karena alasan perjodohan. Maaf soal itu"
"Tidak, tidak perlu minta maaf. Sudahlah lupakan saja" berusaha agar dia tidak merasa kecewa, kenapa aku harus mengatakan hal tersebut padanya.
"Baiklah, aku lupakan. Sebaiknya tidur, besok pagi kamu harus memasak untuk ku dan taeguk" menidur kan ku, lalu memeluk tubuh ku erat. Sebelum menutup mata sepenuhnya, seperti biasa dia akan mengecup kening ku lalu mengucapkan..
"Good night, changgi. Sweat dream"
Setelah itu kami pun terlelap dalam mimpi masing-masing.
...
...
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fake Husband[✔]
Fanfiction[ COMPLETED ] [ this is my short story, just enjoyed guys ] Hubungan ku dengan dia awalnya hanya sebatas dokter dengan pasien saja, namun semua berbanding terbalik 180° ketika dia memutuskan untuk melamar ku secara tiba-tiba. Tapi, ternyata lamaran...