"Berjanji lah"
"Untuk menjalani hidup bahagia suatu hari nanti"
***
Ruangan ber-cat putih. Dengan aksen lukisan kuno yang menghiasi dinding tersebut, bau obat-obatan begitu menyengat di indera penciuman ku. Sesekali aku menahan kelopak mataku yang mulai berat.
Aku menunggu taehyung yang telah usai menjalani kemoterapi nya, tangan dengan selang infus itu ku genggam erat sedari tadi, tanpa ku lepas sama sekali.
Sedih ketika melihatnya berbaring lemah, tak tega jika taetae ku merasakan sakit yang sangat amat berat, bahkan bisa saja mengancam nyawanya.
Ku tatap wajah pria itu dengan intens, berharap segera menyadarkan dirinya, saat aku menidur kan kepalaku diatas ranjang, tiba-tiba aku merasakan pergerakan diatas kepalaku, seperti gerakan mengusap. Sadar akan hal itu, aku langsung membangunkan diri dan benar saja, taehyung sudah sadarkan diri. Aku merasa lega ketika melihatnya terbangun.
"Mengantuk?" Tanyanya dengan nada pelan, sepertinya dia masih sangat lemah. Aku menggeleng sebagai jawaban.
Ku usap punggung tangan nya perlahan, kulihat pria Kim itu hanya tersenyum, sebegitu kuat kah kamu, Kim Taehyung ?
***
"Apa terasa sakit?" Tanyaku khawatir, mungkin saja setelah menjalani kemoterapi badannya akan sakit semua, benar kan jika itu efek dari pengobatan kemoterapi?
"Tidak" tangan kekar nya mengusap pipiku, menyingkirkan anak rambut yang sedang menutupi sebagian wajahku, ah sangat berantakan.
"Sudah makan?"
"Sudah"
"Kapan?" membangunkan badan nya perlahan, lalu kembali tersenyum ke arahku.
"Tadi" membenarkan banyaknya untuk bersandar, aku membuatnya agar lebih nyaman, setelah itu duduk kembali.
"Aku bertanya sekarang, bukan tadi"
"Sama saja, aku sudah makan"
"Makanlah, kasihan bayi ku didalam sana kelaparan" kulihat dia memasang pupy eyes nya, sepertinya dia sedang ber agyeo, dalam keadaan seperti ini masih saja bertingkah seperti itu.
"Sudah tae, aku sudah makan tadi. Aku masih kenyang"
"Baiklah. Baiklah, jangan sampai telat makan" nadanya merendah, sembari mengusap pipi kanan ku. Sangat manis perlakuannya padaku.
***
Memasukan beberapa makanan kedalam kotak bekal, lalu ku masukan kedalam Tote Bag berwarna cokelat. Berjalan tergesa-gesa menuju pintu, ini sudah terlambat untuk mengantarkan bekal makan siangnya, tentu saja ini bekal untuk suami ku itu. Aku ingin memasak kan makanan untuknya karena aku sudah lama tidak bermain di dapur dan membuatkan sesuatu untuknya, setelah kehamilan ku ini taehyung selalu menyuruhku untuk tidak melakukan ini, itu. Sungguh menyebalkan perintahnya, namun aku tahu itu semua demi kebaikan ku, tapi dia terlalu berlebihan. Apa dia tidak percaya padaku, jika aku bisa menjaga anak ku sendiri? Dasar pria menyebalkan.
Mengunci pintu rapat-rapat, aku berjalan menuju ke arah jalan raya, menunggu taxi untuk datang. Karena aku hamil, tidak mungkin bukan aku naik bus? Bisa bahaya bagi anakku nanti, apalagi jika bus nya penuh penumpang.
Beberapa menit aku menunggu, akhirnya mobil bertuliskan taxi datang juga, aku langsung melambaikan tangan sebagai tanda memanggil.
***
"Mau kemana, nyonya?" Tanya sang supir padaku, yang awalnya fokus pada benda pipih persegi kini fokus ke spion dan kulihat supir tersebut sembari menunjukkan senyum ramah.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Fake Husband[✔]
Fanfiction[ COMPLETED ] [ this is my short story, just enjoyed guys ] Hubungan ku dengan dia awalnya hanya sebatas dokter dengan pasien saja, namun semua berbanding terbalik 180° ketika dia memutuskan untuk melamar ku secara tiba-tiba. Tapi, ternyata lamaran...