Chapter 1: First Day

16.3K 2.5K 446
                                    

Bel istirahat sudah berbunyi sejak lima menit lalu. Anak-anak kelas IPA 2 langsung berhamburan keluar kelas. Tapi, tidak dengan Haruto dan Jeongwoo. Haruto sedang sibuk main game di handphone, sedangkan Jeongwoo sibuk tidur. Benar, Jeongwoo melanjutkan tidurnya yang sempat tertunda tadi.

"Haruto, lo gak ke kantin?" Teriak Yoshi dari pintu kelas. Haruto yang sedari tadi fokus pada handphonenya langsung menoleh sebentar ke arah pintu.

"Ke kantin." Sahut Haruto kemudian kembali fokus ke handphone. Yoshi berdecak sebal, akhirnya lelaki itu menerobos masuk ke dalam kelas.

Yoshi melempar penghapus yang dia dapat di meja. Lemparannya berhasil mengenai kepala Haruto. "Apaan sih, anjir." Untuk kali ini Yoshi berhasil. Karena sekarang Haruto langsung mematikan handphonenya lalu menaruhnya di meja. Tatapannya menatap Yoshi dengan kesal.

"Elo sih ngepush rank mulu."

Yoshi bingung melihat kepala yang ada di sebelah temannya. Haruto yang menyadari tatapan bingung dari Yoshinori langsung menjawab..

"Biasa, Yos, anak baru."

Haruto yang duduk di pojok otomatis terhalang dengan Jeongwoo yang duduknya di pinggir. "Eh, Jeongwoo, bangun woi udah siang!" Haruto nepuk punggung Jeongwoo dengan kencang sampai menimbulkan suara yang cukup keras.

"Anjir, sakittt!" Jeongwoo berteriak merasakan punggungnya sakit karena ulah Haruto.

"Lo tuh kalo bangunin pelan-pelan kenapa sih? Lo kira punggung gue kasur ditepok kenceng begitu hah." Celoteh Jeongwoo tidak terima dengan perlakuan kejam dari Haruto. Sementara Haruto hanya menaikkan alisnya.

"Minggir lo! Gue mau keluar,"

Yoshi hanya terkekeh melihat dua teman sebangku yang lagi bertengkar ini. Sedangkan Jeongwoo masih menatap Haruto dengan kesal.

"Apa liat-liat? Naksir lo sama gue?" Ketus Haruto sambil berusaha menyingkirkan Jeongwoo agar tidak menghalangi jalannya. Jeongwoo terkejut dengan ucapan Haruto.

Gila kali gue naksir sama dia

"Lo, gila?" Balas Jeongwoo tak kalah ketus dari Haruto. Heran, bisa-bisanya Haruto mikir begitu. "Gue gak doyan sama lo, Naruto." Lanjut Jeongwoo memperjelas yang dibalas smirk dari Haruto.

Yoshi berdeham. "Hm, berantem mulu lo upin ipin. Udah ayo buruan, Har. Keburu abis nih makanan,"

Jeongwoo yang sedari tadi hanya menoleh ke kiri—tempat Haruto berada, kini langsung memutar kepalanya ke belakang. Jeongwoo baru menyadari kalau ada manusia lain di sini. Yoshi hanya balas tersenyum.

Nih pasti komplotannya si Haruto deh

"Minggir, bolot!" Usir Haruto lagi. Kali ini plus ngatain Jeongwoo bolot untuk yang kedua kalinya dalam satu hari. Jeongwoo gregetan, rasanya dia ingin nonjok Haruto sekarang juga.

Haruto mukul-mukul lengan kiri Jeongwoo agar jalannya tidak terhambat oleh tubuh Jeongwoo. Beruntungnya Haruto mukul lengan Jeongwoo tidak pakai tenaga dalam, jadi Jeongwoo tidak merasa kesakitan sekarang. Namun tetap saja Jeongwoo dibuat kesal dengan Haruto. Dia pikir kalau tahu begini, dia tidak akan mau pindah kelas ke IPA.

Selama ini yang terdoktrin di otaknya bahwa anak IPA itu pasti lebih kalem dari anak IPS.. ternyata salah besar. Karena kenyataannya Haruto tidak menunjukkan sisi anak IPA nya sama sekali. Haruto yang nyebelin dan kelihatan bandel, bukan tipe anak IPA banget kan. Nih anak gengster kali ya?

Akhirnya Jeongwoo memilih untuk minggir daripada harus adu mulut lagi sama Haruto. Yoshi dan Haruto kemudian pergi keluar kelas. Sementara Jeongwoo kembali duduk di tempatnya sambil gerutu.

Setelah memastikan Haruto sudah tidak terlihat lagi, Jeongwoo memilih untuk bersandar pada kursi dan memejamkan kembali matanya.

"Sayang aja nih gue masih anak baru di sini. Kalo gak mah udah gue tonjok kali tuh anak ya ngeselin banget."

Baru saja sedetik yang lalu Jeongwoo menyelesaikan kalimatnya. Tiba-tiba suara berat menginterupsinya, "Tonjok aja sini kalo berani."

Jeongwoo otomatis membuka kelopak matanya, dia terkejut mendapati Haruto sudah berdiri di sebelahnya. Belum lagi, Haruto sepertinya mendengar ucapan Jeongwoo tadi.

Gue gak mau babak belur sekarang

Jeongwoo menelan ludahnya sendiri. Jantungnya berpacu dengan cepat seperti dia baru saja lari marathon. Dalam hati, Jeongwoo belum mau babak belur sekarang karena dihajar oleh si gengster ini. "Hah.. Apaan?"

"Halah. Sok polos lu, kayak kertas HVS." Cibir Haruto. Sementara Jeongwoo masih takut kalau Haruto benar-benar akan menghajarnya sekarang. Jeongwoo pikir lagian ini anak ngapain balik lagi coba. Padahal kan tadi Haruto sudah keluar dengan temannya.

Jeongwoo menegakkan punggungnya dan mencoba untuk bersikap biasa saja. "Ngapain lo balik lagi?" Tanya Jeongwoo ketus namun tersirat rasa takut dibalik suaranya. Tak berniat menjawab pertanyaan tersebut, Haruto justru menghiraukan Jeongwoo.

Tangan Haruto melampaui wajah Jeongwoo. Awalnya Jeongwoo bingung, namun akhirnya dia mengerti. Ternyata laki-laki bersuara berat itu berniat mengambil handphonenya yang tertinggal di meja. Setelah berhasil meraih handphone, Haruto segera menarik tangannya lagi. Namun kali ini sengaja melewati atas kepala Jeongwoo.

"Baik-baik ya di kelas." Ucap Haruto dengan tidak sopannya menyentuh kepala Jeongwoo—bukan, Jeongwoo merasakan bukan seperti sentuhan biasa, tapi lebih seperti elusan.

Merasakan tangan Haruto berada di puncak kepalanya, tubuh Jeongwoo otomatis menegang. Jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Bahkan Jeongwoo bisa merasakan kalau jantungnya berdetak lebih cepat sekarang dibanding tadi saat dia merasa takut kalau Haruto akan menghajarnya.

Mau gue patahin ya tangan lo Haruto?

Haruto langsung menarik tangannya dari atas kepala Jeongwoo. Sebenarnya Haruto bisa merasakan kalau reaksi tubuh Jeongwoo mendadak menjadi tegang karena perlakuannya yang tiba-tiba.

Dasar bolot, baru digituin doang langsung tegang. Cupu

Haruto menahan senyum. "Biasa aja, Jeongwoo." Jeongwoo mendongak, menatap Haruto yang masih berdiri di sampingnya. Tatapan Haruto seakan meledeknya. Sialan nih anak.

"Pergi lo sana!" Jeongwoo mendorong tubuh Haruto agar segera pergi dari hadapannya. Beruntungnya Haruto langsung menuruti.

Setelah memastikan Haruto sudah tidak terlihat lagi, Jeongwoo otomatis menghela nafas lega. "Tuh anak ya kurang ajar banget sih jadi orang."

IPA [hajeongwoo] || TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang