Chapter 14: Wolfie

7.6K 1.3K 186
                                    

Jeongwoo mengerjapkan matanya beberapa kali ketika sebuah tangan baru saja menepuk pundaknya. Lelaki itu mengusap kedua mata sebelum akhirnya mengalihkan pandangannya ke samping.

Haruto, lelaki yang lebih tinggi beberapa senti darinya itu kini tengah menatap ke arahnya. Raut wajah laki-laki itu seperti menahan tawa. Jeongwoo yang melihat langsung mengernyit kemudian menatap Haruto dengan tatapan kenapa?

Haruto menggeleng, namun sedetik kemudian dia tertawa geli. "Lo lucu." Ucapnya sebagai jawaban.

Jeongwoo menaikkan satu alisnya, masih tetap dengan tatapan bertanya. Sementara Haruto masih tertawa geli, kemudian berkata. "Muka lo kalo bangun tidur gitu lucu tau..."

Jeongwoo otomatis merasakan pipinya memanas ketika mendengar Haruto baru saja menyebutnya lucu untuk yang kesekian kali. Jeongwoo menunduk untuk menghindari kontak mata dengan Haruto.

"... kayak anak serigala."

Ngajak ribut banget nih anak ya

Jeongwoo mengangkat kepalanya, menatap Haruto garang, kemudian memukul bahu lelaki itu. "Nyebelin! Mana ada serigala lucu?" Sahut Jeongwoo kesal. Dia pikir Haruto kenapa sih suka sekali meledeknya?

Haruto masih tertawa geli, beberapa detik kemudian dia sudah berhenti tertawa. Giliran dia yang mengalihkan pandangan dari Jeongwoo sambil berbicara.

Suara berat Haruto tidak terlalu terdengar karena dia berbicara bersamaan dengan suara pemberitahuan bus akan sampai di halte dekat komplek Jeongwoo. Tapi, Jeongwoo masih dapat mendengar kalau Haruto baru saja mengatakan, "Ada kok ... Elo." Ucap Haruto asal.

Gue pasti salah denger kan?

Jeongwoo tidak ingin memikirkan itu sekarang. Dia pikir mungkin saja telinganya salah dengar, bisa saja kan? Lelaki itu sekarang bersiap-siap untuk turun dari bus mengingat sebentar lagi bus akan sampai di halte depan kompleknya.

Dalam hati dia bersyukur karena Haruto membangunkannya—meskipun lelaki itu ujung-ujungnya meledeknya. Tapi, kalau Haruto tidak membangunkannya pasti dia bisa saja belum bangun sekarang.

Bus semakin mendekat ke halte sampai akhirnya bus benar-benar berhenti di halte depan komplek Jeongwoo. Sebelum turun, Jeongwoo memegang lengan kiri Haruto—membuat lelaki bersuara berat itu sedikit terkejut ketika merasakan telapak tangan Jeongwoo melingkar di lengan kirinya. Haruto kemudian menatap Jeongwoo dengan tatapan bertanya.

"Makasih ya." Ucap Jeongwoo sambil tersenyum ke Haruto. "Gue duluan ya, Haru. Lo hati-hati dijalan!"

Haruto tersenyum kikuk. Baru kali ini dia merasa awkward kepada teman sebangkunya dalam suasana begini. Laki-laki itu masih merasakan tangan Jeongwoo berada di lengannya, membuat dirinya jadi salah tingkah.

Sebelum Jeongwoo benar-benar turun dari bus, lelaki itu menatap jahil ke Haruto. Jeongwoo bahkan menunjukkan smirk nya pada Haruto sampai lelaki bersuara berat itu mengaduh kesakitan. "Sakittt! Lo kenapa nyubit tangan gue sih?!"

Rasain lo Watanabe Haruto

"Itu akibat karena lo ngatain gue kayak serigala."

Haruto mengusap lengannya yang tertutup seragam sekolahnya. Dia mengerucutkan bibirnya sambil menatap Jeongwoo dengan sebal. Haruto tidak habis pikir, ternyata teman sebangkunya bisa sejahil itu.

Haruto mendorong tubuh Jeongwoo untuk segera turun dari bus. "Udah sana turun lo!" Ujarnya galak.

"Kasar banget sih jadi cowok!" Keluh Jeongwoo yang dibalas tatapan bodo amat dari Haruto.

Jeongwoo segera turun dari Bus—meninggalkan Haruto yang masih harus melanjutkan perjalanan untuk sampai ke halte dekat komplek. Sebenarnya komplek Jeongwoo dan Haruto tidak terlalu jauh jaraknya, hanya berbeda dua halte bus saja. Tentu kalau jarak untuk ke sekolah lebih dekat dari rumah Jeongwoo dibanding dari rumah Haruto.

Dari dalam bus Haruto hanya dapat menatap punggung teman sebangkunya yang sudah berjalan memasuki komplek. Rasa hangat menjalar di dadanya sehingga tanpa sadar dia tersenyum. Entah Haruto tersenyum karena apa dan untuk apa. Tanpa dia ketahui, laki-laki yang dia perhatikan juga sedang tersenyum sekarang.

See you tomorrow, Jeongwoo.

***

Pukul 10 malam.

Jeongwoo tengah menonton televisi di kamarnya. Sejak tadi lelaki itu beberapa kali melirik handphonenya yang tergeletak di atas nakas samping tempat tidur—menunggu seseorang menghubunginya. Hasilnya nihil, karena sampai sekarang benda pipih itu tidak menunjukkan tanda-tanda kehidupan.

Jeongwoo beringsut turun dari tempat tidur, kemudian dia berjalan menuju balkon rumahnya. Suasana kompleknya sudah terbilang sepi, hanya ada suara gemercik air yang menemani malam panjangnya.

Beberapa saat berada di balkon, telinga Jeongwoo menangkap dering suara handphone—membuatnya segera masuk kembali ke dalam kamar. Dia langsung mengambil handphonenya dan memencet tombol hijau di layar.

"Halo?"

"Woo, maaf baru nelfon. Gue ketiduran, ini baru bangun. Hehehe.."

Lo tidur apa mati suri?

Jeongwoo menghela nafas. "Iya, gapapa. Jadi gimana?"

"Besok aja yuk ngerjainnya pas pulang sekolah. Gimana?"

Jeongwoo menatap langit-langit kamarnya seraya berpikir sebelum akhirnya menjawab. "Yaudah, boleh deh. Mau ngerjain dimana?"

"Di rumah gue aja, mau?"

Lagi-lagi Jeongwoo berpikir. "Hmm, yaudah boleh. Gak ngerepotin nih?"

Lelaki di seberang sana terkekeh. "Ya enggalah. Yaudah berarti besok lo balik bareng gue ya naik bis?"

"Iya."

"Oke. See you tomorrow, Jeongwoo!"

"See you, Haru— Dobby!"

Anjir gue salah sebut

Jeongwoo langsung menutup sambungan teleponnya. Dia menepuk dahinya sendiri, "Bego banget!" Ucapnya pada diri sendiri. Bodoh, kenapa dia jadi menyebut nama Haruto ketika dirinya bahkan sedang tidak berhubungan dengan lelaki itu?

Tapi, bukan salah Jeongwoo kan kalau dia jadi salah menyebut nama. Karena selama ini Jeongwoo hanya terbiasa dengan see you tomorrow nya Haruto. Meskipun keesokan harinya dia tidak bertemu atau kontakan dengan Haruto sekalipun, tetapi lelaki bersuara berat itu akan selalu mengucapkan hal yang sama padanya—entah apa maksudnya.

"Semoga Dobby bolot, Ya Tuhan." Ucap Jeongwoo sambil menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur, kemudian menenggelamkan wajahnya pada bantal.

Sekarang Jeongwoo hanya berdoa agar lelaki berpipi gembul itu tidak mendengar kalau Jeongwoo malah menyebut Haru tadi—apalagi kalau sampai Doyoung memberitahu Haruto.

Tamat riwayat gue

---

MESSY HAIRNYA HARUTO ASTAGA
/lambaikan tangan ke kamera/

IPA [hajeongwoo] || TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang