Chapter 12: Spagethi and Us

7.8K 1.4K 274
                                    

"Woi!"

Jeongwoo yang baru sampai di pintu kelas hampir saja mendadak jantungan ketika mendapati Haruto tiba-tiba muncul di depannya. Lelaki bersuara berat itu tersenyum ke arahnya.

"Kenapa ngagetin mulu sih kerjaan lo, Haruto?!" Jeongwoo menatap Haruto dengan sebal. "Tumben lo udah dateng pagi-pagi gini?" Lanjut Jeongwoo.

"Gapapa. Lagi pengen aja," Suara Haruto menggema ke seisi kelas, karena kelasnya terbilang masih sangat sepi. Bahkan sekarang hanya ada Jeongwoo dan Haruto.

Jeongwoo. Lelaki itu kemudian berjalan menuju kursinya, diikuti oleh Haruto. "Bilangin Mama, makasih ya." Ucap Haruto ketika Jeongwoo baru saja duduk di kursi.

"Sejak kapan lo ikutan manggil Mama? Itu kan nyokap gue, bukan nyokap lo."

Nyokap gue mana mau punya anak kayak Haruto

Haruto menggaruk tengkuknya. Benar juga yang dikatakan Jeongwoo. Hanya karena mendengar Jeongwoo memanggil Mama, lantas membuat Haruto ikut memanggil Irene dengan sebutan Mama. Haruto sendiri bingung, kenapa dia jadi ikut memanggil Irene dengan sebutan Mama?

"Hehehe. Kalo gue panggil Mama juga, emang gak boleh?" Haruto bertanya.

"Y-ya, boleh boleh aja. Terserahlah,"

Haruto tersenyum lega mendengarnya. Tadinya dia pikir kalau Jeongwoo akan melarangnya. Lelaki itu kemudian kembali berucap, "Enak, Woo. Gue suka..." Jeongwoo hanya mengangguk.

Sejujurnya Jeongwoo sangat senang kalau Haruto suka dengan brownies buatan Ibunya. Ingat kan hari Minggu lalu Irene tengah membuat brownies sewaktu Haruto main ke rumah Jeongwoo untuk bersepeda?

Irene—Ibu Jeongwoo, kemarin sebenarnya menitipkan brownies buatannya untuk Haruto. Namun, Jeongwoo lupa membawa kotak makan berisi brownies tersebut ke sekolah. Akhirnya Irene memberikan brownies itu semalam, karena kebetulan Haruto mampir ke rumah Jeongwoo sepulang dari mall. Lelaki itu mampir hanya karena ingin mengucapkan selamat ulang tahun pada Ibunya Jeongwoo.

"Kapan-kapan mau lagi dong, Woo, browniesnya. Hehehe." Ucap Haruto tidak tahu diri. Jeongwoo menatap Haruto malas, tapi sebenarnya dia ingin tersenyum. Ternyata teman sebangkunya menyukai brownies buatan Ibunya.

"Minta bikinlah sama nyokap lo!"

Haruto menggeser tubuhnya menghadap ke kiri—dimana Jeongwoo berada. "Bunda tuh gak pernah bikin gituan, Woo. Eh, pernah sih ... Tapi gosong! Pokoknya enakan bikinan nyokap lo deh." Ujar Haruto dengan serius. Kali ini Jeongwoo tidak bisa menahan senyumnya.

Haruto mengernyit kemudian bertanya. "Lo, kok malah senyum senyum?"

Jeongwoo menggeleng. "Nggak.." Balasnya masih tersenyum.

Setelahnya, Haruto mengeluarkan handphone kemudian fokus lelaki itu beralih ke benda pipih tersebut. Sementara Jeongwoo menaruh kepalanya di atas meja. Dia sengaja memiringkan kepalanya ke kanan, dari bawah sini dia dapat melihat wajah Haruto dengan jelas. Haruto, lelaki itu sedang bermain game di handphonenya. Wajah serius Haruto justru membuat Jeongwoo gemas melihatnya.

"Mingkem, Haru! Mulut lo kemasukan laler nanti!" Ledek Jeongwoo pada Haruto yang mulutnya terbuka saking fokusnya bermain game.

Haruto lantas merapatkan bibirnya. Kemudian mencubit pipi Jeongwoo dengan gemas. "Sialan lo."

Jeongwoo mengaduh kesakitan, namun sedetik kemudian lelaki itu tertawa geli. Haruto kembali fokus pada handphonenya tapi diam-diam dia juga tersenyum hanya karena mendengar suara tawa Jeongwoo.

Mata Jeongwoo masih terasa berat. Sehingga laki-laki itu memejamkan matanya—berniat tidur sebentar sampai bel masuk nanti. Namun, keinginannya tertunda karena sekarang Haruto mengguncangkan tubuhnya. "Woo, jangan tidur."

Jeongwoo dengan terpaksa membuka kembali kedua matanya. "Apaan?"

"Lo udah sarapan?"

"Belum."

Haruto lantas menatap Jeongwoo bingung lalu bertanya, "Kok gak sarapan? Kenapa gak sarapan? Mama gak masak emang?"

"Nanya mulu lo kayak dora." Cibir Jeongwoo, lantas dia kembali menutup matanya.

Jeongwoo mengerjapkan mata ketika merasakan wajahnya baru saja dihantam suatu benda. Laki-laki itu meringis kemudian menatap Haruto yang tengah asik dengan handphone. Namun, pandangannya beralih ke kotak makan berwarna biru di depan wajahnya. Rupanya, benda itu yang baru saja mengenai wajahnya.

Jeongwoo mengernyit. Sedetik kemudian dia mengerti siapa pelaku dibalik pelemparan jahanam kotak makan berwarna biru ini. "Lo sengaja ya ngelempar gue pake ini?"

"Makan tuh bekel gue. Lo kan belum sarapan, nanti kalo lo pingsan gimana? Gue juga kan yang repot!" Haruto berceloteh tapi tidak mengalihkan pandangannya dari handphone.

Jeongwoo menegakkan tubuhnya, menatap kotak makan, lalu beralih menatap Haruto. "Tumben. Sejak kapan lo bawa bekel? Imut amat kayak cewek aja." Jeongwoo terkekeh ketika menyelesaikan ucapannya.

"Itu Bunda gue yang bikin tau. Gue disuruh bawa bekel sih nurut-nurut aja. Lumayan kan jadi ngirit duit,"

Jeongwoo mengangguk. "Ini buat gue? Kalo gue yang makan, terus nanti lo makan apaan, bodoh?!"

"Gampang. Nanti gue tinggal beli di kantin," Sahut Haruto santai.

"Loh, katanya mau ngirit duit?" Tanya Jeongwoo bingung. Haruto nih bego ya. Haruto tidak menjawab. Jeongwoo pikir Haruto benar-benar rela memberikan bekal untuknya.

Lantas Jeongwoo segera membuka kotak makan tersebut. Ternyata Ibunya Haruto membawakan spagethi. Jeongwoo menatapnya dengan lapar. Laki-laki itu segera menggulung spagethi dengan garpu, dia membuka mulutnya, lalu mengarahkan garpu ke mulutnya sendiri.

"Haruto!!!" Jeongwoo berteriak kesal. Karena Haruto tiba-tiba memegang tangan Jeongwoo dan mengarahkan garpu ke mulutnya. Sehingga suapan pertama berakhir di mulut Haruto.

Haruto menyengir ke arah Jeongwoo. Sementara Jeongwoo menatapnya sebal. Laki-laki itu mengerucutkan bibirnya. "Elah, nyebelin!"

Haruto nih gak ikhlas ya ngasih gue?

Jeongwoo menaruh kembali garpu di kotak makan. Selera makannya mendadak hilang karena Haruto. Dia heran kenapa teman sebangkunya itu jahil sekali—membuat dirinya jadi menyuapi Haruto.

Haruto mengambil alih garpu, kemudian dia sibuk menggulung spagethi buatan Ibunya. Tanpa aba-aba, laki-laki itu mengarahkan garpu ke mulut Jeongwoo yang tertutup rapat. "Maaf deh. Nih gantian ... Buka dong mulutnya!"

"Gak mau."

"Dih, ngambek ya lo? Udah buruan deh. Tangan gue pegel ini.."

Sebenarnya Jeongwoo sebal dengan Haruto. Tapi, makhluk hidup yang bermukim di perutnya sudah meminta jatah makan. Mau tidak mau, lelaki itu membuka mulutnya—menerima suapan dari Haruto.

"Mau juga dong disuapin Haruto!" Junghwan tiba-tiba memunculkan kepalanya di jendela samping meja Jeongwoo dan Haruto.

Hal tersebut membuat Jeongwoo tersedak. Haruto menepuk-nepuk punggung Jeongwoo untuk meredakan batuk Jeongwoo. Junghwan justru tertawa melihat dua manusia yang tengah berbagi makanan ini.

"Sana minta suapin Yeongue!" Balas Haruto dengan galak. Laki-laki itu bangkit, lalu mendorong kepala Junghwan untuk keluar dari jendela.

"Gemes banget gue.." Suara Junghwan memenuhi indera pendengaran Haruto dan Jeongwoo. "Liat lo berdua,"

"Bacot!" Balas Haruto galak. Sementara Jeongwoo menunduk malu. Lagi-lagi dia ke gep, namun kali ini bukan dengan Haruto, melainkan Junghwan—teman depan mejanya.

---

Aku gemes banget sama hajeongwoo yang gigit tangan Junkyu di video kemarin 😭

IPA [hajeongwoo] || TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang