Chapter 19: What If?

6.6K 1.1K 324
                                    

Dua hari lalu tepatnya saat Jeongwoo berkunjung ke rumah Haruto, laki-laki itu dibuat sedikit awkward dengan suasana yang tercipta antara dirinya dan Haruto, ditambah dengan Kaori- Ibunya Haruto. Terlebih lagi terkadang ucapan terakhir Haruto ketika menjenguknya beberapa hari lalu masih terekam dengan jelas dalam ingatannya.

Gue lagi sayang sama orang, kayaknya.

Kalimat itu seakan sering mampir di dalam otak Jeongwoo. Mendadak dia jadi penasaran, memangnya siapa yang Haruto sayang? Padahal kalau di pikir-pikir, mereka berdua belum lama kenal tapi Haruto dengan mudahnya menceritakan tentang perasaannya pada Jeongwoo.

Jeongwoo menghela nafas berat. Laki-laki itu meluruskan kedua kakinya di pinggir lapangan. Netranya menatap lurus-lurus pada teman sebangkunya yang sekarang tengah bermain basket di tengah lapangan. Sesekali Jeongwoo tersenyum ketika melihat Haruto berhasil memasukkan bola basket ke dalam ring.

Kelas 10 IPA 2 memang sedang ada jadwal pelajaran olahraga. Namun, olahraga mereka telah selesai. Bahkan Pak Taeyang sudah kembali ke ruang guru. Sekarang anak anak IPA 2 terpisah jadi dua kubu-ada yang masih berada di lapangan dan ada yang sejak tadi nongkrong di kantin.

"Woo, nih minum. Gue sengaja beli dua, satunya buat lo aja. Haus kan?"

Jeongwoo menoleh ke samping, dia mendapati sosok Doyoung yang sudah ikut duduk di sebelahnya dengan tangan yang menyodorkan sebotol air mineral. Jeongwoo mengulas senyum sambil mengambil alih air mineral dari tangan Doyoung, "Thanks, ya."

Doyoung hanya mengangguk singkat. Laki-laki itu membuka botol air mineral miliknya, meneguk isinya sampai setengah lalu pandangannya lurus ke depan. Jeongwoo juga melakukan hal yang sama, bahkan pandangannya tidak beralih dari sosok Watanabe Haruto.

Setelah sekian lama terdiam. Doyoung akhirnya memulai percakapan terlebih dulu, "Kenapa ya, Woo, Haruto kayaknya sensi banget sama gue?"

Pertanyaan Doyoung membuat Jeongwoo terdiam beberapa detik. Sebenarnya dia juga berpikir hal yang sama dengan Doyoung. Dia juga berpikir, kenapa Haruto selalu bersikap tidak baik pada Doyoung. Padahal laki-laki berpipi gembul itu merupakan orang yang sangat baik menurut Jeongwoo.

"Woo, kok malah diem?"

Jeongwoo mengerjap. Lelaki itu bahkan tidak menoleh pada Doyoung sama sekali, tatapannya masih lurus ke depan. Namun, dia hanya mengangkat bahunya-pertanda kalau dia tidak tahu jawaban atas pertanyaan Doyoung.

Kali ini Doyoung yang menghela nafas. Laki-laki itu menatap Jeongwoo dari samping, meskipun yang di tatap sejak tadi hanya memusatkan perhatiannya pada Haruto.

"Dia posesif banget ya sama lo?" Pertanyaan random keluar dari bibir seorang Kim Doyoung. Hal itu membuat Jeongwoo menolehkan kepalanya menghadap Doyoung yang berada di sebelah kirinya.

"Enggak kok." Iya Dobby lo bener. Jeongwoo sengaja berbohong, berharap agar Doyoung tidak lagi berpikir yang macam-macam.

Doyoung mengangguk. Kemudian laki-laki itu kembali menenggak air mineralnya sampai habis. Dia kembali beralih menatap ke arah beberapa teman kelasnya yang tengah bermain basket, tapi pandangannya kini tertuju pada Haruto. "Kayaknya cuma lo dan temen-temen gengnya yang betah temenan sama dia." Ucap Doyoung.

Jeongwoo menarik nafas dan menghembuskannya perlahan, kemudian berucap. "He's good enough at friendship. Emang sih kelihatannya Haruto itu galak, jutek, nyebelin. Tapi, sebenernya dia punya sisi yang orang lain gak bakal bisa tau kalau orang tersebut gak mau coba make a friends with him."

"Lo tau kan awalnya he ignored me? Gue diusir dari meja, gue dihirauin, gue dijutekin, gue digalakin. Tapi, sekarang dia malah jadi temenan deket sama gue." Jeongwoo menelan salivanya ketika menyelesaikan kalimatnya barusan. Sedeket apa emangnya gue sama Haruto?

IPA [hajeongwoo] || TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang