Chapter 16: Sharing

7.2K 1.2K 254
                                    

Hal yang menyebalkan bagi Haruto adalah bertemu dengan pelajaran Sejarah. Setiap pertemuan pelajaran Sejarah, gurunya hanya akan bercerita sepanjang waktu mengenai Sejarah negaranya dari zaman batu sampai zaman sekarang. Terlalu monoton.

Haruto beberapa kali melirik ke jam yang terpasang di dinding kelas. Masih ada sekitar setengah jam waktu yang tersisa, Haruto merasa waktu berjalan sangat lambat hari ini.

Haruto yang duduk di pojok lantas menaruh kepalanya menghadap depan pada buku cetak Sejarah yang tergeletak di atas meja. Matanya perlahan menutup, beruntung karena tempat duduknya di belakang sehingga tidak terlalu kelihatan dari meja guru.

"Anak-anak, tugas makalah tolong kumpulkan ke ketua kelas ya." Ujar Pak Yunhyeong.

"Yedam, nanti tolong kamu bawa semua makalahnya ke ruangan saya." Lanjut Pak Yunhyeong memberi instruksi pada Yedam.

"Siap, Pak."

Pak Yunhyeong mengakhiri kelas Sejarah hari ini lebih cepat dari biasanya, karena Pak Yunhyeong bilang bahwa dia sedang ada urusan di luar sekolah yang harus diurus.

Murid-murid kelas 10 IPA 2 yang sejak tadi menahan ngantuk mendadak segar kembali ketika Pak Yunhyeong baru saja meninggalkan kelas mereka.

Jeongwoo membuka resleting ranselnya, dia mengambil makalah miliknya dan Doyoung yang semalam sudah diprint dan dijilid. Laki-laki itu kemudian berjalan menghampiri meja Yedam untuk memberikan makalahnya. Setelah itu dia kembali ke kursi dan mendapati Haruto masih memejamkan matanya. Namun, kali ini Haruto sudah memiringkan kepalanya ke kanan.

Mengingat masih ada sekitar setengah jam lagi menunggu bel istirahat. Jeongwoo memilih ikut menaruh kepalanya di atas meja dengan beralaskan buku cetak Sejarah—sama seperti yang Haruto lakukan.

Jeongwoo memiringkan kepalanya ke kanan, lalu menutup wajahnya dengan hoodie abu-abu milik Haruto yang semula tergeletak di atas meja. Jaga-jaga kalau ada teman sekelasnya iseng memotret dirinya yang sedang tidur.

Jeongwoo menghirup wangi Haruto yang melekat pada hoodie tersebut sebelum akhirnya dia memejamkan matanya.

Wangi juga ternyata si bacot

Beberapa lama kemudian. Haruto terbangun dari tidurnya, sorot mata laki-laki itu langsung menangkap rambut berwarna kecokelatan milik teman sebangkunya. Pandangannya lantas beralih pada seisi kelas yang sudah sepi hanya menyisakan dia dan Jeongwoo.

"Woo." Suara serak khas bangun tidur milik Haruto terdengar. Namun, tidak ada reaksi apapun dari Jeongwoo.

Haruto yang masih dengan posisi semula hanya menatap punggung Jeongwoo. Jari telunjuk Haruto menekan-nekan punggung teman sebangkunya sambil berkata, "Jeongwoo, bangun!"

Jeongwoo menggeliat merasakan sebuah jari seperti tengah menusuk-nusuk punggungnya. Jeongwoo membuka hoodie abu-abu yang menutupi wajahnya. Dia mengusap wajahnya, mengerjap beberapa kali, lalu menegakkan tubuhnya. Haruto bahkan baru tersadar kalau temannya itu memakai hoodie miliknya.

"Pada kemana?"

Haruto ikut menegakkan tubuhnya kemudian menjawab. "Udah istirahat. Lo sih kayak kebo tidur mulu!"

Jeongwoo otomatis memukul pundak Haruto. "Ngaca kali! Lo juga tidur." Balas Jeongwoo sebal. Sementara Haruto langsung terkekeh geli.

"Jajan yuk."

Haruto lagi kesambet apa?

Pasalnya baru kali ini Haruto mengajak Jeongwoo istirahat bersama. Sejak hari pertama Jeongwoo berada di IPA, lelaki bersuara berat yang merupakan teman sebangkunya itu tidak pernah sekalipun mengajaknya untuk ke kantin bersama. Dan sekarang lelaki itu baru saja mengajaknya istirahat bersama.

IPA [hajeongwoo] || TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang