Chapter 18: Visit

6.7K 1.2K 211
                                    

"Haruto, bangun!"

Kaori akhirnya menerobos masuk ke dalam kamar anaknya setelah dirinya hampir setengah jam bolak-balik mengetuk pintu kamar Haruto berniat untuk membangunkan, namun anak lelakinya tersebut tak kunjung bangun sejak tadi.

"Astaga! Bunda sampe pegel bangunin kamu. Susah banget sih bangun? Mentang-mentang weekend, jadi seenaknya bangun siang gitu?" Cerocos Ibunya Haruto.

Haruto hanya menggeliat di atas tempat tidur. Matanya masih terasa berat sehingga laki-laki itu memilih untuk tetap memejamkan mata. Namun, sesaat kemudian dia merasakan kalau pipinya dicubit membuat Haruto langsung mengerjap sambil mengaduh kesakitan.

"Aduhh ... Bunda, apaan sih? Kok dicubit? Sakit tau, Bun!" Keluh Haruto sebal. Dia pikir Ibunya ini ada ada saja cara membangunkannya.

Ini sih si Bunda namanya KTA, kekerasan terhadap anak!

"Biarin! Kan biar cepet bangun," Sahut Kaori sambil berkacak pinggang. Tatapannya menjadi garang ke arah anak laki-lakinya.

Haruto menghela nafas. Memang seperti ini kalau sedang ada Ibunya di rumah, pasti dia tidak akan bisa bangun siang. Berbeda halnya dengan waktu itu ketika teman segengnya main ke rumah Haruto, lelaki itu bangun siang karena kebetulan Ibunya sedang berada di luar kota.

Dengan berat hati, akhir nya Haruto bangun dari tidurnya. Dia pikir lebih baik dia bangun sekarang daripada harus terkena cubitan lagi di pipi oleh Ibunya. "Iya iya, Haru bangun nih."

Kaori merapihkan seprai tempat tidur anaknya kemudian berkata. "Mandi sana ih! Bau kamu tuh,"

Si Bunda mah nyebelin

Haruto mengerucutkan bibirnya. "Bunda, kok malah ngatain anaknya bau sih? Gak boleh gitu tau, Bun." Protes Haruto.

Kaori menghentikan aktifitas ya sejenak, pandangannya beralih pada anak laki-lakinya yang kini sudah beranjak dewasa. "Emang bau kan? Makanya mandi sana biar wangi!" Sahutnya jujur.

Wajah khas bangun tidur Haruto jadi kusut ketika mendapati Ibunya menambah mood nya menjadi tidak baik pagi ini. Haruto mencebikkan bibirnya, "Yang penting ganteng." Ucap Haruto kemudian iseng mengecup pipi Kaori sekilas.

"Kamu ya! Belum gosok gigi udah cium cium Bunda aja?! Sikat gigi dulu sana biar gak bau." Kaori berpura-pura mengusap pipinya yang baru saja habis dikecup oleh anaknya.

Haruto terkekeh melihat Ibunya. Sementara Kaori justru langsung menatap Haruto dengan garang, "Cepetan mandi!"

Serem banget deh Bunda gue kalo udah galak begini

Haruto langsung pergi menyambar handuk lalu masuk ke dalam kamar mandi. Setelah memastikan anaknya sudah masuk ke kamar mandi, Ibunya Haruto lantas tersenyum geli. Aktingnya berhasil membuat anak laki-lakinya itu segera mandi.

Kaori menghampiri meja belajar Haruto. Di sana terpajang foto semasa kecil Haruto, lantas wanita itu mengusap foto tersebut perlahan. Tidak terasa air matanya terjatuh, dia langsung menghapusnya.

"Jangan cepat cepat dewasa ya, Haruto, anak Bunda. Kalau Haru dewasa nanti pasti Bunda jadi dinomorduakan deh.." Kaori berucap sendiri lalu terkekeh. Suasana hatinya sekarang mendadak jadi mellow.

Beberapa saat kemudian Haruto telah selesai mandi, laki-laki itu hanya memakai kaos polos berwarna hitam dengan celana jeans selutut. Beberapa kali dia mengusap rambutnya sendiri yang masih basah menggunakan handuk. Iya, dia baru saja keramas.

Setelah merasa sudah cukup kering, Haruto menjemur handuk nya lalu beralih pada handphone yang dia taruh di nakas samping tempat tidur. Haruto mengecek benda pipih tersebut, tidak ada chat yang masuk lagi dari kontak bernama Jeongwoo Bolot. Hanya ada beberapa chat di grupnya yang belum dia baca dari semalam.

IPA [hajeongwoo] || TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang