Chapter 10: Bicycle

9.7K 1.5K 343
                                    

Pukul 4 sore.

Jeongwoo baru saja bangun dari tidur siangnya, lelaki itu langsung bergegas mencuci wajahnya di westafel kamar mandi—sekadar untuk menyegarkan wajahnya yang terlihat kusut sehabis bangun tidur.

Setelahnya, Jeongwoo melangkah dengan gontai kembali ke atas tempat tidurnya. Setiap hari Minggu, biasa nya Jeongwoo hanya akan menghabiskan waktunya seharian di dalam kamar. Paling hanya sesekali dia pergi keluar untuk hangout atau kebetulan karena ada acara keluarga dan semacamnya.

Khusus minggu ini Jeongwoo tidak ada kegiatan apa-apa, jadi lelaki itu lebih memilih untuk menonton siaran dari TV kabelnya di kamar. Jemari nya terus menekan tombol yang ada di remote televisi, mencari-cari siaran apa yang bagus untuk ditonton di Minggu sore begini. Namun hasilnya nihil, dia tidak menemukan siaran yang menarik.

Pintu kamar Jeongwoo tiba-tiba dibuka. Jeongwoo menoleh ke pintu yang menampilkan sosok Ibunya tengah berdiri di ambang pintu. "Woo, ada temen kamu dibawah." Ucap Irene memberitahu.

Jeongwoo mengernyit. Dia berpikir siapa yang bertamu ke rumahnya sore-sore begini. Laki-laki itu masih tetap pada posisinya, "Siapa, Ma?"

Irene mengangkat kedua bahunya seolah tidak tahu. "Udah cepetan kamu ke bawah. Kasian itu teman kamu nungguin," Ujar Irene, kemudian kembali menutup pintu kamar anaknya.

Mengetahui bahwa Ibunya tidak memberitahu siapa yang bertamu, lantas membuat Jeongwoo semakin penasaran. Laki-laki itu langsung keluar kamar dan menuruni tangga untuk sampai di lantai bawah.

Jeongwoo. Kedua matanya membulat ketika mendapati sosok yang tak asing tengah duduk manis di kursi ruang tamu dengan posisi membelakanginya sekarang. Dia hafal betul punggung laki-laki itu, meski dari tempatnya sekarang dia tidak dapat melihat wajah dari orang tersebut.

"Woi!" Jeongwoo menepuk pundak lelaki itu dengan kencang. Dia memang sengaja.

Laki-laki yang ditepuk pundaknya itu otomatis terkejut lalu mengalihkan pandangan pada Jeongwoo yang sekarang sedang berdiri di sampingnya. "Ngagetin aja lu!"

Nih anak ngapain coba ke rumah gue

Jeongwoo balik menatapnya heran. "Lo ngapain di rumah gue?" Tanya Jeongwoo sambil mengambil tempat di depan Haruto.

Haruto memutar bola matanya kemudian merespon, "Mau belajarlah. Yakali mau nyangkul," Sahutnya. Jeongwoo seperti merasa deja vu, ingatannya tertarik mundur ke belakang—tepatnya pada hari pertama dia masuk ke IPA.

"Ini di minum dulu. Tante bikinin jus jeruk supaya seger.." Irene datang dengan membawa nampan yang hanya terdapat segelas jus jeruk, kemudian meletakannya di atas meja.

Ini Mama gak bikinin buat gue juga?

"Makasih, Tante. Jadi ngerepotin nih, Hehehe." Haruto tersenyum malu ke arah Irene. Jeongwoo memutar bola matanya ketika menyaksikan akting Haruto. Jeongwoo pikir, Haruto giliran di depan Ibunya saja mendadak sok malu-malu.

Hilih pencitraan aja lo ginjal hamtaro

"Gak ngerepotin kok. Justru Tante tuh seneng kalo ada temennya Jeongwoo main ke rumah. Sering-sering aja main ke sini, biar Jeongwoo gak ansos." Ujar Irene sambil terkekeh yang dibalas pelototan dari Jeongwoo.

Mama ngapain ngomong gitu sih

Haruto terkekeh. "Iya, Tante." Balasnya. Dalam hati, Haruto sedang menertawakan Jeongwoo. Setelahnya, Irene pamit untuk kembali ke dapur. Tadi Ibunya Jeongwoo sempat bilang kalau dia sedang bikin brownies.

"Belajar apaan lagi?" Suara Jeongwoo kembali memenuhi indera pendengaran Haruto yang sedang sibuk meminum jus jeruknya.

"Lah, siapa yang mau belajar?" Tanya Haruto. Dahi Jeongwoo mengernyit, dia heran kenapa ada manusia tidak jelas macam Haruto di muka bumi ini. Ibu nya Haruto ngidam apa ya pas hamilin Haruto.

IPA [hajeongwoo] || TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang