Chapter 25: Did I?

5.4K 1K 210
                                    

Hari Sabtu yang Jeongwoo harapkan akan jadi hari yang cerah, justru berbanding terbalik dengan harapannya. Pasalnya Jeongwoo justru disambut dengan rintikan hujan yang turun dari langit.

Lelaki itu menghela nafas panjang dari balik pintu kaca di kamar tidurnya yang terhubung dengan balkon kamar ketika dia melihat hujan turun dengan derasnya.

Jeongwoo akhirnya kembali duduk dengan menyandarkan punggungnya pada headboard tempat tidur. Lantas dia membuka handphone seraya berharap ada chat yang masuk dari lelaki yang semalam baru saja berhasil membuat perasaannya campur aduk, namun hasilnya nihil. Tidak ada pesan yang masuk dari Haruto.

Semalam Jeongwoo tidak berlama-lama berada di rumah Haruto setelah kedatangan gadis yang bernama Sakura. Semalam Haruto justru sibuk dengan Sakura sampai teman-temannya hanya dibiarkan di kamarnya, sementara Haruto dan Sakura memilih untuk mengobrol di ruang tamu. Bahkan sampai Jeongwoo dan Yeongue pamit pulang pun lelaki bersuara berat itu masih sibuk dengan gadis itu.

Jeongwoo lantas melirik ke jam dinding di kamarnya yang sekarang menunjukkan pukul 1 siang. Dia jadi teringat bahwa sekarang jadwal tim basket sekolahnya kembali bertanding dengan tim basket sekolah lain dan itu artinya Haruto—teman sebangkunya sedang bertanding sekarang.

Jeongwoo menghela nafas berat. Sebenarnya dia ingin menonton Haruto—ralat, lebih tepatnya menonton tim basket bertanding. Namun, dia tidak bisa.

Ketukan pintu terdengar memenuhi indera pendengaran Jeongwoo. Tak lama kemudian, Irene muncul di ambang pintu sambil menatap bingung ke arah anak laki-lakinya. "Woo, kamu gak jadi ke sekolah?" Tanya Irene.

"Jadi kok, Ma." Sahut Jeongwoo.

Irene berjalan mendekat. Perempuan itu kemudian duduk di pinggir kasur, netra nya menatap Jeongwoo sepenuhnya. Tangan Irene terulur membelai rambut anaknya, "Are you okay?"

Jeongwoo dengan sedikit ragu mengangguk pelan. "I'm okay." Ucapnya berusaha meyakinkan Ibunya.

Namun, Irene tahu persis bagaimana sifat anaknya. Anak laki-laki yang belum genap berumur 15 tahun itu tipikal orang yang suka tertutup.

Jeongwoo tidak akan menceritakan apapun yang terjadi dengan nya jika tidak ditanya. Bahkan, jika ditanya sekalipun pasti dia akan tetap bilang bahwa dia baik-baik saja meski sebenarnya tidak baik-baik saja.

"Kamu mau ke sekolah sekarang gak? Di luar masih hujan sih, tapi gapapa kalo mau berangkat sekarang. Biar Mama antar aja ya, Woo." Tawar Irene pada Jeongwoo.

"Gak usah, Ma. Aku berangkatnya nanti kok, gak sekarang." Mendengar penolakan dari anak nya membuat Irene langsung mengangguk paham. Perempuan itu lantas keluar dari kamar anaknya.

***

"Woo, kok baru dateng?"

Baru saja Jeongwoo sampai di sekolah, laki-laki itu langsung disambut dengan pertanyaan dari Yeongue membuatnya langsung melirik pada jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya.

"Baru juga jam 3, Gyu." Balas nya.

"Tapi, sejam lagi kan tampil."

Jeongwoo menghela nafas. "Iya, tau kok gue. Tadi tuh hujan di rumah gue, makanya gue baru dateng sekarang. Emang lo di sini dari jam berapa?"

Yeongue berpikir sejenak, kemudian berkata. "Dari jam 12 kira-kira."

Jeongwoo mengerutkan dahi nya. "Ngapain? Tumben." Tanya Jeongwoo pada Yeongue.

IPA [hajeongwoo] || TELAH TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang