Sebuah Perasaan

1.2K 125 24
                                    

Ben POV

Aku masih terdiam atas kejadian tadi malam. Akupun mengelilingi rumah (yn) dan melihat sebuah foto keluarga. Foto keluarga itu hanya terdiri dari nyonya (ln) dan (yn) yang masih bayi dan digendong oleh nyonya (ln).
Tiba tiba ada yang mengetuk pintu.

"permisi, (yn)!"

Aku melihat dari balik gorden siapa yang mengetuk pintu itu. Dia adalah seorang pria yang membawa bingkisan didalamnya.

Aku merubah wujudku ke wujud manusia. Perlahan, aku membuka pintu tersebut.

"(yn) belum pulang, ada apa ya?" tanyaku sambil menatap pria itu.
"lo siapanya (yn)?" pria itu bertanya balik kepadaku dengan nada yang sedikit ngegas.
"apa apaan lo? Kok ngegas? Gue pacarnya (yn)!"
"lo yang apa apaan! Seenaknya macarin mantan gue!" pria itu mendorongku. Ingin rasanya aku membunuhnya.
"lo punya hak apa gangguin (yn)? Lo cuma mantan!" aku mendorong pria itu.

Tak lama kemudian, (yn) pun datang.

"EDWARD, KAMU NGAPAIN KERUMAH AKU?"

"minta dibunuh katanya." akupun menyilakan tanganku didepan dadaku.
"(yn) dengerin dulu, aku cuma mau minta maaf sekalian minta balikan sama kamu. Kamu terima aku ya?" pinta seorang pria yang bernama Edward itu.
(yn) pun menghampiri Edward.

"PERGI! JANGAN PERNAH KEMBALI!"
"DASAR COWO GATAU DIRI!" teriak (yn) sambil menampar keras pipi mantannya itu. Aku hanya menonton kejadian itu dan menyunggingkan senyum jahatku kepada mantannya yang sempat menoleh kearahku.

(yn) pun masuk rumah.

(yn) POV

Aku masuk rumah diikuti Ben yang menutup pintu rumah. Akupun terisak dihadapan Ben. Mataku memerah karena menangis. Aku dan Ben duduk di sofa ruang tamu.

"Padahal aku udah berharap kalo dia gabakal samperin aku semenjak kita putus!" nafasku tidak teratur karena dadaku sangat sesak.
"kenapa lo putus sama dia?" tanya Ben sambil memberikan beberapa lembar tisu kepadaku.
"dia jalan sama cewek lain, hiks."

Entah kenapa, rasanya aku malu menangis didepan orang yang baru kukenal.

Ben POV

Mendengar cerita (yn) entah mengapa, hatiku tersentuh ketika mendengar ia menangis sampai sesenggukan. Aku tak tega melihatnya. Akupun menarik kepalanya dan mendekatkannya sampai jarak wajahnya dengan wajahku hanya beberapa mm saja.

"denger, gue gatega liat lo nangis. Lo cantik, gue mohon sama lo. Jangan pernah buang air mata lo demi orang yang pernah nyakitin hati lo. You should'nt have done that." aku mengusap air mata (yn) dan menarik tubuhnya kedalam pelukanku.

Perasaan apa ini? Gue mulai khawatir sama dia, bahkan gue gatega liat dia nangis. Apa gue harus bunuh si Edward itu?! Astaga! Gue pembunuh, kenapa gue punya perasaan kayak gini!

"Ben..."
"Ya, babe?"
"bisa tolong ambilin aku minum gak?"
"tunggu ya, Aku ambilin." ucapku sambil beranjak dari sofa.
"eh? Aku gasalah denger?"
"gasalah denger gimana?" tanyaku.
"aku barusan denger kamu bilang 'aku' bukan 'gue'."
Entah mengapa pipiku memanas mendengar tawa (yn).

Akupun mengambilkan minum untuk (yn) dan ia segera meminumnya.
"makasih ya, Ben."
"iya sama sama."

Akupun tersenyum kepada (yn) dan ia membalas senyumanku. Lagi lagi, pipiku memerah.

"hayo pipinya merah. Ahahaha!" aku ketahuan oleh (yn).
"ih enggak!" ucapku sambil mengacak acak rambut (yn).
"Ben..."
"Yes, babe?"
"mau gak kamu berjanji buat selalu jagain aku?" pinta (yn) sambil memelukku.
"mau, mau banget."

Tiba tiba seorang pria menggunakan topeng putih berjaket oranye dan pria gondrong dengan mulut sobek menggunakan hoodie putih pun datang.

"yo wassap, pasangan bucin! Mesra banget kalian!" tak salah lagi, itu suara Masky.
"nih gue bawa martabak 2 bungkus." Jeff pun meletakkan bungkusan martabak itu di meja didepanku.

"Ben, itu temen kamu yang kemaren kan? Dan yang pake topeng aku kayak pernah kenal. Namanya Masky?" tanya (yn) kepadaku.
"Yoi." Masky menjawab pertanyaan (yn).
"iya, temen gue. Kalian masuk darimana sih?" tanyaku kepada Masky dan Jeff.
"si (yn) lupa nutup jendela lagi."

Aku, Masky, dan Jeff pun tertawa.

(yn) POV

Tunggu tunggu, kok mereka tau namaku? Darimana?! Pasti Ben cerita sama mereka!

"Aduh, aku kok lupaan ya!" ucapku sambil menepuk jidatku.

Akupun menyalakan TV dan menancapkan flashdisk ku kedalam port USB yang ada di sisi TV. Kami pun menonton film The Maze Runner. Kami mengobrol, memakan martabak, dan tertawa bersama.

Aku melangkahkan kakiku ke kamar mandi untuk gosok gigi, mencuci muka ku dan menggunakan night cream. Setelah itu, aku mengganti pakaianku memakai piyama.

Ben POV

"Cil, cewe lo asik juga ya." ujar Masky kepadaku. Akupun tersenyum kepada Masky.
"kayaknya gue punya perasaan sama dia, Ky."
"CIE CIEE BOCIL!" rambutku diacak acak oleh Jeff.
"brisik, bego! Lo teriak di kuping gue!" akupun kesal atas tingkah Jeff yang sangat usil.

Masky dan Jeff tertawa. Tak lama kemudian, (yn) pun kembali ke ruang tamu.

(yn) POV

Aku hanya mendengarkan mereka mengobrol saja. Mereka memang menyeramkan tetapi mereka asyik juga! Saking terlalu asyik mendengar obrolan mereka, akupun tertidur lelap di bahu Ben.

I Love That Green (Ben Drowned X Reader)🇮🇩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang