Setelah Malam Itu

604 61 14
                                    

(yn) POV

Seluruh badanku mati rasa. Aku kesulitan untuk menggerakkan bagian tubuhku. Setelah aku sadar, kepalaku terasa sangat pusing ditambah lagi perasaan yang membuatku tidak enak. Tanpa ku sadari, aku memuntahkan sedikit darah dari mulutku.

"Sayang, bertahanlah!" Ben berusaha menyadarkanku.

Pandanganku buram, yang terlihat hanyalah samar-samar. Ben berbicara sambil menggoyang goyangkan tubuhku yang sedang digendong olehnya.

Ia semakin banyak berbicara namun sepertinya pendengaranku memburuk. Aku memejamkan mataku dan semua terlihat gelap.

Telingaku yang semula masih bisa mendengar suara Ben, kini berhenti berfungsi.

Ngiiiiiiingggg

Itu satu satunya suara yang bisa kudengar. Dalam tidurku, aku melihat cahaya. Cahaya itu amatlah terang.
Disana aku melihat Ben dengan mata birunya.

"Kamu kuat, aku tau itu." ucapnya sambil menyelipkan rambutku ke belakang telingaku.
Aku tidak bisa menggerakkan tubuhku. Itu sangat sakit.

"Terimakasih. Aku sayang kamu." jawabku.
"Aku lebih lebih sayang kamu." Ben tersenyum.

Ben menarik tubuhku dan memelukku erat erat.
Aku menitikkan air mataku.

Ben melepas pelukan itu dan ia pergi. Aku ingin mengejarnya.
"Ben, tunggu!"

Tiba tiba, datanglah sebuah makhluk berwujud iblis. Ia berdiri tepat didepanku.

"Selamat, sebentar lagi kau akan menjadi pembunuh." ucap pria itu.
"S-Siapa kau?!"
"I'm your lord. Zalgo."
Zalgo? Siapa itu?
"Kembalilah, mereka menantimu." ucap pria itu lagi.

Dia mengangkat tangannya sejajar dengan bahu, kemudian mengarahkan telapak tangannya tepat didepan kepalaku.

"AAAAAAAAAAAAA!"

Aku terhempas, semua bayangan itu sirna begitu saja.
Badanku seperti terangkat, kemudian aku merasakan suatu benda melekat dibagian mulut dan hidungku. Itu adalah alat oksigen. Tak salah lagi, aku berada di ruangan Dokter Smiley.

Beep, beep, beep.

Aku mulai bisa mendengar suara alat EKG diruangan itu. Akujuga bisa merasakan sesuatu yang hangat sedang memegang tanganku. Tak salah lagi, itu adalah Ben. Aku ingin melihatnya, namun badanku masih terasa sakit bila digerakkan.

Perlahan aku membuka mataku, melihat seisi ruangan. Aku tidak bisa menengok ke kanan atau ke kiri karena itu sangatlah sakit.

"Hei, kau sudah sadar?" tanya Dokter Smiley sembari memakai sarung tangan karet.
Aku hanya mengangguk.

Dokter Smiley melepas masker oksigen yang melekat di bagian mulut dan hidungku.

"Apa yang kamu rasakan?" tanya Dokter Smiley.
"Aku mati rasa." jawabku dengan suara yang pelan.
"Wajar. Kamu sedang dalam proses pemulihan. Kamu tertidur hampir 18 jam."
"Kok bisa?"
"Kamu terkena luka tembak di betismu dan perutmu. Kamu kekurangan banyak darah karena kejadian itu. Kami disini sudah berusaha maksimal untuk menjagamu tetap hidup. Makanya setelah operasi, langsung kami transfusi."

Aku terdiam.

"Sudah, istirahat yang cukup ya. Kalau perlu tidur lagi saja. Ini sudah hampir jam 10 malam." Dokter Smiley menepuk bahuku.
"Dok."
Dokterpun menoleh.
"Ya? Ada yang bisa saya bantu?"
"Mau es krim." jawabku sembari memasang muka cemberut.
"Kamu boleh makan es krim setelah kamu sembuh. Mungkin beberapa hari kedepan kamu disarankan makan bubur dulu."
"Yah."

I Love That Green (Ben Drowned X Reader)🇮🇩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang