Training Day III

542 63 22
                                    

(yn) POV

Ugh, entah mengapa perasaanku sangatlah tidak enak. Sekarang sudah jam 2 pagi dan aku tidak bisa tidur setelah aku pisah kamar dengan Ben. Sebelah kamarku adalah kamar Alice. Aku tidak mau mengganggu Alice sama sekali, aku takut kalau ia akan menyerangku lagi.

Diluar kamarku ada sesuatu yang tidak beres. Aku tau, malam ini angin tidak tertiup sangat kencang. Tetapi, pohon didepan jendela kamarku bergoyang. Aku tidak peduli, mungkin aku mengubah posisi tidurku menghadap pintu saja.

SREEEKKKK

Aku semakin takut akan suara itu. Apakah itu hantu? Atau tupai? Entahlah, aku tidak mau melihatnya.

Tok tok tok...

Astaga, dia mengetuk jendelaku! Aku meringkuk ketakutan dan menarik selimutku sampai ke kepalaku.

"(yn), bukain. Gue gabakal bunuh lo."
Itu bukan tupai, itu suara seorang pria! Tapi, bagaimana ia bisa naik keatas sini?

Suara itu terdengar sangat dalam dan agak berat. Ya, bisa dibilang suara yang seksi.

"(yn), lo gaperlu takut sama gue."

Kok dia tau namaku?!

Aku beranjak dari tempat tidurku dan melangkah menuju jendela kamarku.

Pria itu terlihat mengenakan jaket hitam dengan kaos oblong hijau dan syal bermotif kotak kotak dengan warna hitam putih.

Senyumannya sangat menyeramkan, aku tidak peduli siapa dia. Jika aku dibunuh malam ini aku tidak peduli juga!

Akupun membuka jendela kamarku.

"A-Anu... Ngapain lewat jendela? Kan ada p-pintu?" tanyaku gugup.

Pria itu menempelkan pisaunya ke pipi kananku.

Jantungku berdegup sangat kencang. Aku sampai tak mampu untuk mengeluarkan sepatah katapun.

"Gugup ya?" tanya pria itu.
Aku hanya tertunduk dan tidak mampu menjawab pertanyaan itu.

"Please pisaunya..." pintaku sambil meraih tangan pria itu. Tangannya sedingin es, tapi tunggu! Wajahnya sedikit mirip Jeff!

Pria itu menurunkan pisaunya dan meraih tanganku. Ia membuat sayatan pada jari manisku.

"AAA!" Pekikku. Namun mulutku dibekap olehnya.
"Sttttt... Jangan berisik. Lo gamau ganggu penghuni mansion kan?"
Aku menangis ketakutan. Mungkin setelah ini aku akan pipis dicelana.

Setelah membuat sayatan kecil di jari manisku, ia menarik tanganku dan kamipun bersalaman. Mungkin ia ingin menjadi temanku.

"Gue Homicidal Liu." jelasnya.
Setelah itu ia menghisap jari manisku.

"Darah lo manis." ia pun tersenyum jahat padaku.

"Perih, tau!" akupun mulai mencari plester untuk membalut tanganku.

"Hei hei, dengerin. Maaf, gue cuma mau kenalan sama lo." pria yang bernama Liu itu menarik tanganku.

"Liu, lepasin aku." pintaku. Liu melepaskan tanganku.

Aku menemukan plester dan mulai membalut luka ku dengan plester.

"Kamar lo bagus. Hmm, lo pacarnya Ben?"
Tanya Liu yang sedang berjalan mengelilingi kamarku.

"Makasih, iya aku pacar dia."
"Kok bisa lo pacaran sama bocah ingusan kek dia?"
Akupun mulai geram dengan orang asing ini.

"MAKSUD LO AP..." Aku tidak sempat melanjutkan kata kataku. Aku mulai mendengar suara gemuruh dari mansion. Liu berusaha untuk kabur tetapi aku menarik jaket hitamnya.

I Love That Green (Ben Drowned X Reader)🇮🇩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang