Diary Ben

1K 79 22
                                    

(yn) POV

Teriknya matahari sangat menyengat diatas kepalaku. Aku dan Ben memutuskan untuk kembali kedalam mansion.

"(yn), saya sudah menyiapkan makanan dan obat untukmu." suster itu berlari kearahku.
"Baik baik ya disana, suster tolong jaga dia." ujar Ben sembari mengelus kepalaku.
"Baik, Ben. Ayo (yn) ikut saya." suster itu membawaku pergi.
"Bye, sayang."
"Bye."

Ben POV

Aku berjalan menuju balkon, kemudian aku melihat Slenderman disana. Aku mengubah wujudku menjadi wujud anak 12 tahun.

"Hai, Ben." sapa Slenderman sembari menoleh kearahku.
"Halo, Bos."
"Bagaimana game mu?" tanya Slenderman.
"Aman, bos. Gue selalu kontrol setiap jam, gue taruh pesan pesan rahasia dan video hipnotis di game itu." jelasku.
"Kamu tidak memasang portal dan membunuh korbanmu secara langsung?"
"Nggak, bos. Gue lebih suka kalau mereka membunuh dirinya sendiri." aku tersenyum tipis.
"Tetapi kamu memasang portal itu ketika kamu hendak membunuh (yn)."
"Itu benar."
"Lalu kenapa kamu tidak membunuhnya?" tanya Slenderman.
"Gue jatuh cinta, ketika pertama melihat matanya."
"Haduh, dasar anak muda. Jangan pernah kamu bongkar soal kematian ibunya." Slenderman menepuk jidatnya.
"Bakal gue tutupin kasusnya, bos."
"Ya sudah, saya mau kembali bekerja."
Slenderman pergi meninggalkan balkon.

Aku pergi ke kamarku, menyalakan komputerku, dan mengontrol game ku. Aku senang saat mereka bunuh diri satu persatu. Inilah pekerjaanku.

Terkadang aku jenuh jika hidupku hanya meratapi komputer saja. Kadang aku menyendiri, pergi ke perpustakaan mansion, atau bermain bersama Jeff, Masky, dan penghuni mansion lainnya.

Tetapi, semenjak aku mengenal (yn), hidupku menjadi sangat berwarna. Dia berhasil membawaku keluar dari sisi gelapnya dunia ini.

Tak lama kemudian, aku pergi ke perpustakaan.
Perpustakaan ini suasananya sangat tenang, karena jarang ada orang yang berkunjung kesini.

Aku duduk menghadap jendela dan mengambil diary ku kemudian aku mulai menulis sajak.

Tak ku pungkiri jika aku jatuh cinta semudah ini.
Dia penerangku. Dia segalanya bagiku.
Dia yang seharusnya menjadi korbanku malah menjadi orang yang berhasil menutup luka dalam kehidupanku.
Aku berjanji, akan menjagamu, kemanapun, dan dimanapun.
Aku mencintaimu, (yn)!

Setetes air mata mengalir di pipiku, tetesan itu jatuh di kertas diary ku. Air mata itu berubah menjadi darah.

Untuk pertama kalinya aku menangis karena wanita.

Aku melangkah keluar perpustakaan dan mendapati E.J yang berdiri tepat dihadapanku.

"WOY." E.J menyapaku dengan nada yang agak ngegas.
"Apaan?" tanyaku.
"Hahaha, abis nangis ya lo?"
"Kagak. Kata siapa?"
"Mata lo kayak ikan koi, hahaha." E.J pergi dari hadapanku.

Aku pergi kearah cermin yang tertancap di dinding. Aku melihat mataku sendiri yang seperti ikan koi karena menangis.

"Oh sh*t." dengusku kesal.
Aku pergi ke kamar mandi.

Sesampainya dikamar mandi, aku menyalakan keran air. Seketika jantungku berdegup kencang saat aku mendengar bunyi air yang keluar dari keran itu.

"Cuci muka jangan, cuci muka jangan, cuci muka jangan, gausah lah." akupun langsung mematikan keran air itu.

Aku mengambil tisu dan mengusapnya kearah mataku.

Sehabis dari kamar mandi, aku punya niatan untuk membelikan cincin tunangan untukku dan (yn).
Aku mendapati Jeff dan Masky yang sedang menonton TV.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 27, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Love That Green (Ben Drowned X Reader)🇮🇩Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang