💍Damian's Love | Part 2

7.6K 378 10
                                    

Budayakan vote dan komen ketika membaca cerita

-----

"Perasaan tidak nyaman ini. Orang menyebutnya, cemburu"
-----

Suara denting sendok dan piring beradu mengisi ruang makan. Dua orang dengan jenis kelamin  berbeda sedang menikmati sarapan mereka.

"Jadi, kegiatan itu wajib diikuti?"

Damian bersuara lebih dahulu, memecah keheningan dengan pertanyaan. Sania yang tengah sibuk mengolesi selai coklat di roti tawarnya mendongak, beradu pandang dengan iris hitam kelam yang selalu berhasil menarik perhatiannya sejak pertama bertemu.

"Sania."

Mendengar namanya di panggil membuat gadis itu tergagap. Terkejut karena menyadari baru saja dia mengamati ayahnya dengan begitu intens. Damian mengulum senyum, senang melihat rona merah di wajah gadisnya. Gadisnya. Sania yang canggung buru-buru memasukkan potongan roti penuh selai ke mulut. Mungkin karena gugup, beberapa selai berantakan mengenai bibir.

"Pelan-pelan. Sania."

Damian mengusap sudut bibir Sania dengan ibu jari lalu memasukkan ke dalam mulut, menghisapnya, tanpa melepas pandangan dari gadis yang bergerak canggung di sebelah. Diperlakukan seperti itu membuat semburat merah semakin merah hingga menarik senyum Damian semakin lebar.

"Iya, nanti kami menginap dua hari satu malam. Daddy."

Setelah membersihkan tenggorokan Sania berhasil menjawab pertanyaan Damian sebelumnya. Sejak malam mereka tidur bersama, Sania mulai memberanikan diri untuk lebih dekat pada Damian. Perlakuan lembut Damian  membuat Sania semakin berani untuk berinteraksi dengan ayah barunya.

Jangan tanyakan apa yang Damian lakukan malam itu hingga dia bisa bersikap biasa saja pagi ini. Karena untuk mengingat saja menghabiskan banyak usaha untuk Damian. Bayangkan, malam itu, Damian sama sekali tidak bisa tidur. Dengan adanya tubuh hangat di sebelahnya membuat konsentrasi Damian terpecah. Siksaan itu semakin berat dengan tubuh Sania yang merapat dan lengan Damian yang bisa merasakan benda kenyal yang menekannya, sedangkan gadis itu, Sania, tertidur sangat pulas hingga pagi hari. Tanpa tahu kalau disebelahnya, Damian, sedang berusaha mengontrol diri untuk tidak berbalik menyerangnya.

"Kalau begitu aku berangkat, daddy."

Saat sadar, Sania sudah mendaratkan kecupan di pipi kiri Damian dan berlalu dari ruang makan. Damian kembali terkekeh bahkan sampai suara pintu depan tertutup. Sania, entah dengan cara apa, gadis itu telah berhasil mencuri hati Damian dan dengan jahatnya tidak mau mengembalikan pada dirinya.

Sepeninggal Sania, Damian melanjutkan sarapannya sambil sesekali memeriksa ponsel. Biasanya Damian akan berangkat pagi sekali, namun hari ini Damian bisa tenang karena pekerjaan yang tersisa hanya perlu dipantau dari jauh.

Suara pintu depan yang terbuka menarik perhatian Damian. Sania sudah diantar ke sekolah karena Damian mendapat laporan dari orang yang ditugaskan untuk menjaga Sania ketika gadis itu tidak ada di sekitarnya.

Suara sepatu yang beradu dengan lantai membuat Damian mengernyit. Suara langkah kaki ini cukup dikenal walaupun beberapa minggu ini tidak pernah terdengar dan membuat Damian nyaris melupakannya. Seorang wanita dengan gaun yang sangat menggoda melangkah memasuki ruang makan. Damian diam di tempat. Menyesap kopi yang nyaris dingin dari cangkirnya.

"Halo, sayang." Suara setengah mendesah itu hampir membuat Damian mual.

Damian mengerang, dalam hati bersyukur karena Sania sudah berangkat sehingga tidak perlu melihat ibunya yang bertingkah bagai jalang. Dipandangnya dengan datar wanita yang menyandang status sebagai ibu namun tidak pernah melakukan kewajiban sebagaimana mestinya.

Damian's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang