"Meski tidak terlihat, aku tahu kamu memperhatikan."
-----
Budayakan vote dan komen ketika membaca cerita
-----
Malam itu ketika melihat ibunya pulang dengan seorang pria, yang dilakukan Sania hanya diam hingga sang ibu diletakkan di atas ranjang.
Pria itu mengenalkan diri sebagai Damian. Mungkin karena pertama kali dia melihat ibunya membawa seorang pria pulang ke rumah, Sania kebingungan harus melakukan apa. Untungnya dengan baik hati, pria itu berpamitan pulang membuat Sania tidak canggung untuk mengijinkan pria itu tidur di rumah mereka.
Pagi harinya, dengan wajah berseri, sang ibu menjelaskan kepada Sania kalau dia akan mendapatkan seorang ayah karena ibunya akan menikah dengan pria yang mengantar semalam. Sania bahagia, tentu, namun juga terkejut, tidak tahu dimana ibunya berkenalan dan bagaimana pribadi pria itu membuat Sania hanya mengangguk pasrah tanpa suara ketika menanggapi perkataan ibunya.
Tetapi, saat ini yang disesali Sania dari keputusannya adalah sikap sang ibu yang tidak berubah. Sania pikir, dengan menikah, ibunya akan sering berada di rumah apalagi ternyata pria bernama Damian itu adalah orang yang cukup kaya, bukan, sangat kaya. Sania tidak mengerti, apalagi yang membuat ibunya selalu bekerja padahal Damian selalu menyediakan 'uang' yang menjadi alasan ibunya bekerja.
Disinilah Sania sekarang, di rumah besar ayah barunya. Sania sangat dimanjakan, bahkan makanan yang selama ini Sania inginkan bisa dia makan karena ayahnya sangat perhatian padanya dan tidak membiarkan Sania kekurangan apapun.
Rumah ayahnya besar, namun terkesan sepi. Sania memandangi rumah dengan dua lantai di depannya. Hari ini ibunya kembali tidak pulang. Mengedarkan pandangan, matanya berhenti pada sebuah taman yang sebenarnya cukup indah namun hanya ada tanaman hijau disana.
"Sania."
Panggilan di depan mengembalikan perhatian Sania. Setidaknya, di rumah ini dia tidak sendirian. Ayahnya membawa Sania menaiki tangga menuju kamar di lantai dua. Ini malam pertama Sania tinggal di rumah ayahnya. Setelah ibunya menikah, Sania masih tinggal di rumah yang lama karena tidak nyaman tinggal di rumah baru sendirian sementara kedua orang tuanya pergi berbulan madu.
Kamar baru Sania besar, berkali lipat lebih besar dari kamar tidur di rumah lamanya. Hujan mulai turun di luar, seharian memang mendung tapi entah kenapa langit berpikir memuntahkan isinya saat ini ketika Sania berada di tempat asing, sendirian.
Petir menyambar keras di luar ditengah suara hujan. Selama ini Sania berhasil mengatasi rasa takut akan hujan karena dia di rumahnya sendiri. Setiap sudut sudah dia kuasai hingga dengan mata terpejam-pun Sania mampu berlari. Namun hujan deras, rumah baru ditambah kondisi kamar yang sepi membuat keberanian Sania turun hingga titik terendah.
Sekali lagi suara petir terdengar hingga kaca jendela ikut bergetar mengejutkan Sania. Tidak tahan lagi, Sania berlari keluar kamar, setengah membanting pintu di belakangnya. Langkahnya lebar-lebar, dia berjanji akan menggunakan kemampuan ini ketika pelajaran olahraga di sekolah. Tangga di depannya dilompati dua anak tangga, yang ada di kepalanya adalah cepat sampai di kamar bawah. Ke tempat ayahnya.
Langkah Sania melambat saat pintu berwarna coklat sudah berada di depan mata. Pintu itu sedikit terbuka namun lampu utama sudah padam. Dengan langkah ringan Sania mendekat. Mungkin ayah sudah tidur. Sania berhenti di kakinya untuk kemudian tercengang.
Hujan petir memang masih berlangsung di luar sana, namun bukan itu yang menjadi perhatian Sania. Di sana, di tengah kamar, tepatnya di atas ranjang yang temaram karena hanya diterangi lampu nakas dan kilatan cahaya dari luar. Sania melihat apa yang dilakukan oleh seseorang yang menyandang status sebagai ayah tirinya.
Sania terpesona. Di depan mata Sania, Damian, ayah tirinya, sedang menggerakkan lengan naik turun. Bukan, bukan gerakannya yang menarik perhatian. Oke, mungkin gerakannya juga, namun benda yang sedang ayahnya pegang yang menarik perhatian Sania. Beberapa kali dahi Sania mengernyit karena mendengar lenguhan Damian yang terdengar seperti menahan sakit di telinganya.
Menggigit bibir bawahnya, Sania memberanikan diri mendorong pintu di depannya agar terbuka lebar.
"Daddy.." Entah kenapa kata itu yang keluar dari bibirnya.
Damian yang merasa mengenali suara itu otomatis menghentikan kegiatannya. Tangannya berhenti bergerak, namun tidak berpindah posisi. Kepalanya menoleh ke pintu, menemukan seorang gadis yang baru hari ini mulai tinggal di rumahnya.
Tanpa sadar Damian menelan ludah. Matanya memindai gadis di depan pintu dari atas ke bawah. Putri tirinya yang cantik, tidak ada yang salah dengan pakaian yang dikenakan Sania malam ini. Hanya saja, karena sedang "tanggung" membuat Damian memindai secara berlebihan tubuh yang mulai ranum di depannya. Gadis yang mulai beranjak dewasa itu mengenakan gaun tidur berwarna putih. Membuat Damian membayangkan lekuk indah di dalamnya.
"Ada apa, Sania?"
Damian memberi tepuk tangan untuk dirinya sendiri karena mampu mengendalikan suaranya yang mulai penuh dengan kebutuhan ragawi itu. Selimut yang tadi berada di kaki dinaikkan untuk menutupi tubuh bagian bawahnya.
"A..aku takut." Lirih Sania, merasa khawatir kalau Damian tidak sedang dalam kondisi yang baik untuk menemaninya saat ini.
"Kemarilah."
Damian menggeser tubuhnya, memberikan ruang bagi Sania untuk naik di sisi ranjang sebelahnya. Senyum terbit di bibir Sania.
"Aku boleh tidur dengan daddy?"
Damian setengah mengerang, entah kenapa pertanyaan polos gadis itu terdengar seperti undangan bercinta untuknya.
"Tentu, Sania."
Damian kembali berujar setelah berhasil mengendalikan diri. Sania setengah melompat karena senang. Langkah kakinya ringan saat mendekati ranjang. Senyum gadis itu menular, Damian bahkan hampir melupakan aktifitasnya sebelum ini.
Kedua anak manusia itu terdiam, Sania yang mulai tenang dan Damian yang berjuang untuk tenang. Ini cukup canggung sebenarnya bagi Damian, namun berpikir kapan lagi dia mendekatkan diri dengan putri tirinya membuat Damian menikmati saja.
Memilih berbaring terlentang, Damian menatap langit-langit kamar dengan nyalang. Dia berusaha tidur, sungguh, namun pergerakan di sebelah membuat usaha Damian untuk tenang gagal. Sania sudah terlelap, tubuh mungil itu merapat ke arah Damian. Sepertinya kedinginan karena Damian belum sempat menaikan suhu ruangan ketika Sania masuk.
Damian mendesah. Malam ini akan menjadi malam yang panjang untuknya.
-----
Vote dan komen
P.s. cerita ini akan di update sesuai jadwal setelah satu part lagi
P.s.s. baca cerita yang lain juga:
1. Damian's Love(Terbit setiap Senin)
2. Daddy's Little Girl(Terbit setiap Rabu)
3. Joven Amante(Terbit setiap Jumat)
4. Obsession(Terbit setiap Minggu)
KAMU SEDANG MEMBACA
Damian's Love
RomanceBudayakan follow sebelum membaca. Cerita kolaborasi, cerita awal oleh akun @pussy_berry a.k.a @fana_merah_jambu a.k.a @eleutheria_mo (doi suka ganti-ganti nama akun) yang akan diselesaikan di akun ini. Cerita ini tidak plagiat, mencuri, meniru, meni...