💍Damian's Love | Part 15

3.1K 238 13
                                    

Budayakan vote dan komen ketika membaca cerita

-----

"Kupikir segalanya mudah, asal ada kamu."

-----

Seumur hidupnya, Sania tidak pernah berniat membenci seseorang. Tapi semua itu berubah ketika wanita cantik yang masih memberikan senyum meremehkan di hadapannya ini mulai kembali membuka mulut dan mengatakan kata-kata terdengar memuakkan di telinga Sania.

"Apa kamu pikir dengan menjajakan tubuhmu sekarang Damian akan bertahan di sisimu selamanya?" Bianca melipat tangan di dada. Tersenyum senang mendapati Sania mulai bergerak tidak nyaman. "Tidak Sania. Kamu sama tidak berharganya dengan ibumu itu. Kalian berdua sama!" Kali ini Bianca mendesis, memberikan tekanan di akhir kalimat.

"Apa anda sudah selesai bicara?"

Entah keberanian dari mana, Sania mulai menatang mata Bianca. Meski tidak yakin apa yang dikatakan wanita ini tentang Damian benar atau tidak, Sania tidak ingin gegabah. Tidak ketika Damian belum memberi Sania kabar apapun.

Bianca cukup terkejut dengan sikap tenang yang ditunjukkan Sania. Sekarang tubuh wanita itu bergerak sedikit gelisah.

"Saya pikir apapun yang ingin anda katakan sudah keluar semua." Sania beranjak dari tempat duduknya. Menatap datar Bianca yang terkejut mendapati sikap berani gadis dihadapannya.

"Saya yakin anda sudah cukup mengenal rumah ini untuk tahu dimana pintu keluar berada."

Tanpa menoleh lagi Sania meninggalkan Bianca tertegun ditempatnya. Bagaimanapun diam lebih lama dalam satu ruangan dengan wanita itu sangat tidak baik bagi kesehatan perasaannya.

-----


Pukul sebelas malam ketika Sania mendengar pintu kamarnya terbuka dari luar. Sejak perjumpaan dengan Bianca siang tadi, Sania sengaja mengurung diri di kamar, tanpa makan dan tidak bisa tidur. Siapa yang menyangka kalau pria yang ditunggu-tunggu akhirnya hari ini pulang.

Aroma harum dan sedikit alkohol menggelitik penciuman Sania. Sejak pintu kamar terbuka Sania sudah memejamkan mata rapat-rapat, berharap Damian tidak sadar bahwa Sania masih terjaga.

Suara langkah kaki yang bergerak mendekat bagai sebuah ketukan untuk jantung Sania memompa semakin kencang sampai nyaris terasa menyakitkan.

Kemudian hening...

Sania bisa merasakan Damian berdiri tepat didepan ranjang dan mengamati dirinya. Tanpa terasa keringat dingin mengalir di pelipis Sania.

Sania tidak bisa menahan kerutan di dahi ketika sentuhan lembut Damian mengenai bulir peluh di dahi Sania. Menghilangkan benda itu dan bergerak perlahan menghapus kerutan di dahi Sania.

"Apakah kamu mimpi buruk, sayang?"

Sania menggigit lidahnya, menahan diri agar tidak membuka mata atau menjawab pertanyaan yang terlontar begitu lembut penuh perhatian itu.

"Maaf daddy baru pulang..." Hening sebentar sebelum suara  Damian kembali terdengar. "..dan dalam keadaan terlalu pengecut untuk menemuimu ketika terjaga."

Usapan lembut Damian terus bergerak, kini semakin ke bawah membelai hidung mungil Sania dan menjalar ke pipi halus gadis itu. Tangan Damian berlama-lama disana, merangkum sisi wajah Sania di telapak tangan besarnya.

Rasanya Damian bisa saja menghancurkan kepala mungil itu dalam genggaman tangannya jika tidak bergerak hati-hati.

"Apakah kamu masih membela wanita itu? Jika iya....daddy tidak tahu lagi harus bersikap bagaimana."

Damian's LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang