Budayakan vote dan komen ketika membaca cerita
kalau cerita ini berakhir sebelum 'tbc' dan author note berarti cerita ini terpotong, silahkan komentar agar saya tahu.
-----
"Doa malam ini dikirimkan untuk dia yang sedang tidak nyenyak tidurnya, yang hancur hatinya karena kehilangan yang dicintai."
-----
Sania menatap kosong bangunan satu lantai dihadapannya. Tidak ada tanda kehidupan disana bahkan pada beberapa bagian tampak begitu berantakan karena sudah lama tidak ditinggali. Sudah cukup lama Sania meninggalkan tempat ini, tempat dimana dia terbiasa tumbuh besar sendirian tanpa seorangpun peduli padanya. Tempat yang membuatnya merasa hangat meski tidak ada seorangpun yang memeluknya dan mengatakan bahwa semua akan baik-baik saja.
Sania merenung, entah apa yang dia lakukan saat ini dengan berdiri di halaman rumah lamanya. Tidak ada warga yang menyambut karena memang daerah ini tidak banyak tetangga. Beberapa orang mungkin akan memilih meninggalkan daerah ini karena sulitnya akses untuk masuk ke dalam area sini.
"Baiklah, mari kita lihat apa yang akan kita dapat di dalam sana, sayang."
Sania menunduk, berujar pada perutnya yang masih rata, perasaan memiliki seseorang yang mengikuti kemanapun dirinya pergi membuat Sania tidak lagi merasa begitu kesepian. Setidaknya untuk saat ini begitu yang bisa dipikirkan Sania. Benar, dia tidak lagi sendiri. Ada nyawa yang bergantung hidup padanya dan tidak bisa dia abaikan begitu saja.
Udara lembab langsung menyambut Sania begitu pintu ruang depan terbuka, tidak ada yang menyambut dirinya tentu saja. Dengan hati-hati Sania melangkah membelah ruang tamu, meletakkan semua barang bawaannya ke atas sofa lama yang tertutup plastik, mulai berdebu karena sudah lama tidak ditinggali.
Setelah pergi dari kediaman Damian, Sania tidak tahu harus pergi kemana. Alasan untuk kepergiannya saat ini saja Sania tidak tahu. Sania hanya merasa membutuhkan waktu untuk menyendiri. Sania tidak tahu kedepannya apa yang akan dia hadapi tetapi untuk sementara Sania memilih menjauh dari Damian sampai semuanya jelas, minimal untuk dirinya sendiri.
"Sania?"
Kepala Sania menoleh mendengar namanya dipanggil. Seorang wanita paruh baya yang cukup dikenal Sania berdiri di belakang Sania dengan membawa sekeranjang belanjaan, tampak begitu kerepotan karena tangannya penuh.
"Nenek?"
"Apa yang kamu lakukan disini?"
Sania tersenyum kikuk mendapat pertanyaan dari nenek di hadapannya. Nenek Mira, seorang tetangga yang selalu baik pada Sania sejak dahulu. Nenek Mira selalu membantu Sania ketika kesulitan dan karena kebaikannya itulah Sania selalu bisa mengatasi beberapa masalah meski hidup seorang diri. Nenek Mira tidak pernah kerepotan membantu Sania bahkan ketika Sania sakit Nenek Mira selalu ada untuk merawat Sania menggantikan peran ibunya.
"Aku, hanya..rindu rumah."
Kening Nenek Mira berkerut menyadari jawaban Sania yang terdengar tidak yakin.
"Apakah ayahmu tahu?"
Nenek Mira juga merupakan sedikit orang yang mengetahui bahwa Sania tidak tinggal di rumah lamanya karena mengikuti Tanti yang menikah dengan Damian. Pada saat itu Nenek Mira terlihat begitu bahagia mengetahui Sania akan tinggal bersama Damian. Nenek Mira bersikap seolah baru saja melepaskan anak gadisnya kepada lelaki yang sudah berjanji setia untuk menjaga pasangannya sampai maut memisahkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damian's Love
RomanceBudayakan follow sebelum membaca. Cerita kolaborasi, cerita awal oleh akun @pussy_berry a.k.a @fana_merah_jambu a.k.a @eleutheria_mo (doi suka ganti-ganti nama akun) yang akan diselesaikan di akun ini. Cerita ini tidak plagiat, mencuri, meniru, meni...