Budayakan vote dan komen ketika membaca cerita
-----
"Untukku, selama bersama kamu semuanya akan baik-baik saja."
-----
Sania mulai menatap malas pemandangan di depan mata. Pria yang sedari tadi sibuk memerintah melalui telepon genggamnya itu kali ini tampak tidak bisa diam dan mulai bergerak kesana-kemari
"Tunggu sebentar ya, sayang."
Entah sudah kali keberapa kalimat itu didengar Sania sampai akhirnya membuat Sania angkat bicara.
"Aku bilang tidak apa-apa, daddy."
Suara Sania yang terdengar kesal berhasil menghentikan aktivitas Damian. Pria itu balik menatap Sania dengan ekspresi sama kesalnya.
"Daddy tetap tidak akan meninggalkan kamu sendirian, Sania."
"Terima kasih karena menganggapku tak ada, Damian."
Sania dan Damian kini menatap seseorang yang masih sibuk memakan sarapannya di atas meja tamu yang ada di ruang perawatan Sania. Salahkan Damian karena pagi tadi memaksa Dean menyerahkan laporan perjanjian ke rumah sakit karena pria itu tidak bisa datang ke kantor dengan alasan menunggui Sania di rumah sakit.
Sudah sejak tadi sebenarnya Sania mengatakan pada Damian bahwa dia tidak perlu ditemani tetapi pria keras kepala itu selalu saja membantah kalimat Sania dan beralasan tidak masuk akal jika Sania bisa kembali tidak enak badan kapan saja seperti kemarin.
"Kenapa kamu masih disini, Dean?"
Kalimat tidak bersahabat itu tentu saja keluar dari mulut Damian. Hari ini seharusnya anak buah Damian sudah menyerahkan laporan yang Damian minta untuk diperbaiki dan sampai sekarang rupanya laporan itu belum sampai ke tangan Damian.
Jelas saja hal itu membuat Damian marah luar biasa tetapi sekuat tenaga dia bersikap tidak ada masalah karena tidak ingin Sania menekannya untuk meninggalkan gadis itu sendiri. Tidak akan, Damian tidak akan lagi membiarkan Sania jauh dari pengawasannya.
"Sebaiknya kalian berdua segera pergi atau aku semakin pusing."
Rupanya kalimat Sania ditangkap lain oleh Damian sehingga pria itu kini dengan wajah panik berjalan mendekat, bergegas memeriksa seluruh tubuh Sania dan bertanya bagian mana dari tubuh gadis itu yang sakit.
"Kau benar-benar tidak masuk akal, Damian." Dean beranjak dari duduknya. Semakin lama berada satu ruangan dengan lovely bird ini membuatnya semakin terlihat menyedihkan. "Aku akan kembali ke kantor dan kau--Damian, hentikan sikap possesifmu itu. Aku pergi, Sania."
Tidak ada yang menjawab perkataan Dean karena Damian terlalu sibuk memperhatikan Sania dan Sania sendiri merasa semakin pusing dengan sikap Damian.
"Aku baik-baik saja, tadi."
"Tadi?"
Damian bertanya tidak mengerti, alih-alih berwajah pucat seperti kemarin, kali ini wajah Sania memerah lebih ke arah marah dan otomatis membuat Damian khawatir.
"Demam? Wajahmu merah, sayang.."
Rasanya Sania ingin sekali menghentikan sikap bodoh pria dihadapannya ini. Tapi belum sampai Sania bersuara, pintu kamar kembali terbuka terdengar.
"Tidak bisakah kamu keluar dari ruangan ini, Dean?"
Damian dan Sania sama-sama melirik pintu dan tertegun melihat seorang wanita cantik berdiri di sana. Wanita itu tersenyum sensual, mengabaikan raut terkejut Sania dan tidak suka Damian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damian's Love
RomansBudayakan follow sebelum membaca. Cerita kolaborasi, cerita awal oleh akun @pussy_berry a.k.a @fana_merah_jambu a.k.a @eleutheria_mo (doi suka ganti-ganti nama akun) yang akan diselesaikan di akun ini. Cerita ini tidak plagiat, mencuri, meniru, meni...