Budayakan vote dan komen ketika membaca cerita
-----
"Jika diamku adalah tabu, berapa banyak kata yang kau minta untuk percaya bahwa aku mencintaimu?"
-----
Sania mengusap wajah kasar; hal yang sudah dia lakukan sejak tiga puluh menit lalu untuk mengusir pikiran mesum dari otaknya. Tadi ketika sedang berdua dengan Damian mereka nyaris saja melakukan hal memalukan kalau saja Nenek Mira tidak kembali ke ruang makan tepat waktu. Sania nyaris menyerah pada setiap sentuhan yang diberikan Damian dan kembali merasa malu karena dirinya begitu mudah mengiyakan godaan pria itu.
Beberapa kali Damian mengetuk pintu kamar Sania dan hanya sanggup berdebar setiap suara Damian terdengar memanggil namanya. Sania harus menghentikan gelora di dalam tubuhnya sebelum bisa bertemu dengan Damian atau dia hanya akan berakhir mempermalukan diri dengan melemparkan tubuhnya untuk dimanjakan.
Sania mengerang, sekali lagi menepuk-nepuk pipinya agar segera tersadar; ketukan di pintu disusul suara Damian yang sekali lagi memanggil namanya membuat Sania beranjak dari atas ranjang dan membuka pintu. Ekspresi lega di wajah Damian langsung menyambut Sania begitu daun pintu terbuka.
"Daddy khawatir, sayang."
Damian berucap jujur; tangan Damian terulur untuk mengusap sisi wajah Sania yang kembali memerah. "Kamu sakit?"
Wajah Sania semakin memerah merasakan hangat sentuhan telapak tangan Damian di sisi wajahnya. Menelan ludah gugup Sania menarik diri, mundur untuk memberikan waktu bagi tubuhnya menyesuaikan diri. Betapa memalukan ketika sudah berkali-kali Sania menerima perlakuan Damian dan dirinya masih saja merasa malu, bahkan kini Sania mudah sekali merasa 'terbakar' atas setiap sentuhan yang diberikan Damian.
"Aku baik-baik saja." Sania mengerutkan kening ketika sadar sesuatu yang lebih penting. "Apa daddy akan menginap disini?"
Sania bertanya hati-hati, tidak ingin membuat Damian salah paham atas pertanyaannya. Seperti yang di duga Sania ekspresi Damian langsung berubah muram, tubuh yang semula rileks berubah menjadi tegang menunjukkan ketidaksukaan atas pertanyaan yang dilontarkan Sania.
"Jangan salah paham," Sania menyentuh dada bidang Damian yang malam ini terbungkus kaus hitam, "aku hanya berpikir jika daddy menginap--rumah ini hanya memiliki dua kamar tidur." Sania bicara ragu, mendadak bingung harus bagaimana bicara.
Kekauan di tubuh Damian langsung mencair melihat telapak tangan mungil di dadanya. Senyum Damian terkembang, menggoda Sania sampai kulit gadis itu memerah.
"Tidak ada masalah kalau begitu." Damian terkekeh saat Sania langsung memukul dadanya pelan, "bukankah kita bisa sekalian melanjutkan yang tertunda tadi?"
"Daddy!"
Kali ini Damian tidak menahan tawa melihat betapa merah wajah gadisnya, bahkan rona merah itu menjalar sampai telinga Sania; menyebabkan gadis itu terlihat begitu manis di mata Damian.
Damian menyentuh telapak tangan Sania dan membawa lengan gadis itu melingkar pinggangnya; tidak lama Damian ikut melingkarkan lengannya di pinggang Sania hingga mereka terlihat seperti sedang berpelukan. Sania sendiri tanpa dikomando menautkan jari tangannya di belakang punggung Damian.
Senyum keduanya terkembang ketika saling menatap, Sania merasa hari ini begitu indah terutama apa yang ada di depan matanya saat ini. Damian begitu menawan di mata Sania bahkan ketika pria itu hanya mengenakan kaus hitam dan celana cargo yang entah bagaimana membungkus tubuh Damian begitu sempurna.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damian's Love
عاطفيةBudayakan follow sebelum membaca. Cerita kolaborasi, cerita awal oleh akun @pussy_berry a.k.a @fana_merah_jambu a.k.a @eleutheria_mo (doi suka ganti-ganti nama akun) yang akan diselesaikan di akun ini. Cerita ini tidak plagiat, mencuri, meniru, meni...