Budayakan vote dan komen ketika membaca cerita
-----
"Sedikit terkejut, hanya saja begitu menyenangkan"
-----
Sania sedang mengemasi barang ketika pintu kamarnya, yang memang sengaja dibiarkan terbuka, diketuk dari luar. Senyum Sania mengembang saat menemukan Damian berdiri disana masih lengkap dengan pakaian kerjanya.
Kalimat 'pria selalu menawan dengan setelan' sepertinya memang benar. Buktinya kini ada di depan mata. Sania bahkan masih terkejut mendapati dirinya terpana dengan penampilan Damian.
"Sudah siap?"
Damian bertanya saat mendapi Sania terdiam mengamatinya.
"Iya." Sania tersenyum manis bersamaan dengan langkah Damian memasuki ruangan.
Besok pagi, Sania harus mengikuti kegiatan live in yang diadakan sekolahnya selama dua hari satu malam.
Dalam kegiatan, murid-murid tingkat akhir akan dibiarkan tinggal di lingkungan dan berbaur dengan warga sekitar. Damian memperhatikan Sania yang semangat memeriksa kelengkapan barang yang harus dibawa. Selama ini, gadis itu lebih banyak menghabiskan waktu di rumah mengingat kesibukan Damian dan posesifnya pria itu bila mendapati Sania terlalu jauh dari jarak pandangnya.
Damian mendengus, dalam hati sangat membenci kegiatan ini, namun ia tidak ingin menghancurkan semangat Sania yang sangat antusias. Saking antusiasnya, sepanjang mengemasi barang, Damian bisa mendengarkan gadis itu bersenandung.
"Nanti kalau sudah sampai disana. Hati-hati. Jangan pergi tanpa sepengetahuan pembimbing dan jangan berkeliaran di malam hari. Di sana banyak jurang."
Damian mengumpat dalam hati, merasa seperti ibu-ibu yang sedang memberikan wejangan pada putrinya. Hey, bukankah dia di sini berlakon seperti ayah yang baik. Untuk pikiran yang satu itu, Damian kini terlihat benar-benar kesal.
"Iya, daddy."
Sania menjawab lembut. Sangat manis. Membuat Damian tidak bisa menahan diri untuk merengkuh gadis itu, menghentikan apapun yang tengah dikerjakan Sania.
"Kemarilah. Daddy belum memeriksamu."
Damian mendudukkan Sania dipangkuannya. Senyum keduanya terkembang. Damian memandangi iris coklat di depannya, sangat polos dan menggoda di waktu bersamaan.
"Jangan."
Damian mendaratkan sebuah kecupan di bibir Sania.
"Pernah."
Sekali lagi mendaratkan kecupan.
"Pergi."
Baiklah, sekali lagi.
"Hanya."
Ayolah, Damian.
"Berdua."
Sania bahkan tidak tahu semerah apa sekarang wajahnya karena tindakan Damian yang selalu mendaratkan kecupan di setiap kalimatnya.
"Dengan laki-laki."
Tangan besar Damian menahan sisi wajah Sania. Tersenyum puas saat mendapati rona merah di wajah gadisnya. Ya, gadisnya, sejak hari itu. Damian tidak pernah memandang Sania dengan cara yang sama.
Bahkan, sebenarnya, Damian sama sekali belum pernah memandang Sania seperti halnya yang orang luar pikirkan. Sania bukan putrinya dan Damian berjanji akan membuat Sania memandangnya seperti ia memandang gadis itu. Bukan sebagai seorang ayah, tetapi sebagai seorang pria.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damian's Love
RomanceBudayakan follow sebelum membaca. Cerita kolaborasi, cerita awal oleh akun @pussy_berry a.k.a @fana_merah_jambu a.k.a @eleutheria_mo (doi suka ganti-ganti nama akun) yang akan diselesaikan di akun ini. Cerita ini tidak plagiat, mencuri, meniru, meni...