Budayakan vote dan komen ketika membaca cerita
-----"Menemukanmu di sisiku ketika membuka mata adalah hal paling indah yang dunia berikan"
-----
Matahari sudah meninggi ketika Damian menggeliat, merasakan kesemutan pada lengan kanannya. Gerakan Damian berhenti saat sadar kepala siapa yang menjadikan lengannya sebagai bantalan.
Sania, gadis kesayangannya masih terlelap tanpa sehelai benang di tubuhnya. Tubuh gadis itu miring merapat ke arahnya, mencari kehangatan.
Mengingat bagaimana mereka menghabiskan malam bersama, membuat perasaan Damian menghangat. Atas apa yang ia lakukan semalam, Damian tidak menyesal. Lebih dari itu, dia merasa sangat bahagia.
Dengan lembut Damian mengangkat kepala Sania. Menarik tangannya kemudian menurunkan kepala gadis itu di atas bantal yang sebelumnya sudah di dekatkan. Matanya memperhatikan tubuh Sania yang terlelap, beberapa tanda yang dia tinggalkan tampak kontras dengan warna kulit gadisnya.
Damian menelan ludah, mendapati tubuh terbuka di depannya membuat kejantanannya kembali mengeras. Memilih mengedarkan pandangan, Damian mencari selimut yang entah sudah terlempar kemana. Berusaha menahan diri karena ingin menghormati pengalaman gadisnya.
Suara ponsel mengembalikan kesadaran Damian. Perlahan, setelah menyelimuti gadisnya, Damian mencari ponselnya yang berbunyi. Damian menjawab panggilan itu sambil berjalan ke arah toilet. Berencana mendinginkan tubuhnya yang mulai terasa panas.
------
Setelah menghabiskan waktu untuk mandi dan sudah berganti pakaian, Damian baru berani kembali ke dalam kamar. Pemandangan di depan mata begitu Damian keluar dari kamar mandi membuat senyumnya terkembang. Berusaha menjaga matanya Damian berjalan mendekat.
"Sudah bangun, sayang?"
Sania yang masih setengah sadar menoleh. Menemukan Damian yang sudah rapi dengan pakaian santai melangkah ke arahnya. Tadi Sania terbangun dan tidak menemukan Damian di sisinya. Dipikirnya pria itu sudah pergi bekerja dan meninggalkan dirinya sendiri setelah semalam.
Ingatan tentang semalam menyerang, membuat pandangan Sania berpindah ke bawah. Memindai dirinya dan merona mendapati tubuhnya yang tanpa busana. Tubuhnya memang masih terasa nyeri di beberapa tempat terutama daerah pribadinya. Tetapi rasa itu masih bisa ditoleransi. Dari pada sakit, Sania lebih merasa malu untuk saat ini.
Dengan cepat di tariknya selimut menutupi bagian atas tubuhnya yang terbuka sebelum tangan kekar menghentikan pergerakannya.
"Tidak usah. Daddy sudah melihat semua, bahkan mengingatnya dengan jelas. Untuk apa kau tutupi?"
Damian tersenyum menggoda, menyebabkan semburat merah itu semakin merah. Sania menunduk, berniat menyembunyikan wajahnya yang memerah. Damian yang melihat hal itu menahan dagu Sania, membuat wajah mereka sejajar.
"Sangat cantik."
Damian berujar tulus. Memberikan kecupan ringan di bibir ranum dan sentuhan menggoda di puncak merah muda yang terus menggodanya sedari tadi. Suara Damian serak ketika kembali bicara.
"Di kamar mandi?"
-----
Sania makan seorang diri dengan tenang. Setelah acara 'mandi' yang melelahkan, dia butuh energi untuk bisa bersikap wajar kepada ayahnya.
Damian sedang ke depan karena menerima panggilan di ponselnya. Sania termenung. Apa yang telah ia lakukan sudah melebihi batas yang seharusnya dilakukan oleh ayah dan anak. Entah sejak kapan perasaan yang dimilikinya saat ini lebih dari seharusnya. Pikiran akan kehilangan membuatnya ketakutan hingga dengan nekat melakukan hal itu semalam. Sania kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damian's Love
RomanceBudayakan follow sebelum membaca. Cerita kolaborasi, cerita awal oleh akun @pussy_berry a.k.a @fana_merah_jambu a.k.a @eleutheria_mo (doi suka ganti-ganti nama akun) yang akan diselesaikan di akun ini. Cerita ini tidak plagiat, mencuri, meniru, meni...