Budayakan vote dan komen ketika membaca cerita
-----
"Rasa itu ada, terasa asing dan juga dekat."
------
Pemandangan di sepanjang jalan memanjakan mata. Deretan bus berbaris rapi melewati jalanan berliku secara hati-hati. Dari dalam bus, terdengar keramaian yang biasa ditemui ketika kendaraan beroda empat itu membawa penumpang untuk dharma wisata.
Diantara semua orang, ada seorang gadis yang sibuk memandang keluar jendela. Pepohonan yang nampak seolah berlari ke belakang, menarik perhatiannya. Sejak satu jam yang lalu penampakan gedung-gedung besar tergantikan oleh rimbunnya pohon dan tanaman hijau di kiri kanan jalan. Sania termenung.
Matanya memang mengamati pemandangan, namun pikirannya melayang entah kemana. Bus yang ditumpangi membawa Sania dan teman-teman satu angkatannya menuju ke lokasi live in. Hari ini dia berangkat pagi sekali, sengaja tidak membangunkan Damian yang masih terlelap di kamar.
Bukan dengan sengaja Sania menghindari ayahnya, dia merasa harus menenangkan diri. Apa yang dimimpikan malam itu membuat Sania dirundung perasaan canggung tiap menyadari sosok Damian berada di sekitarnya.
Membayangkan Damian membuat tubuh Sania meremang. Bagaimana alam bawah sadarnya bisa seliar itu. Sekuat tenaga Sania mengusir bayang-bayang Damian dari kepalanya. Semua terasa tidak benar. Ia meyakini perasaannya saat ini tidak lain bentuk rasa mengagumi seorang anak kepada ayahnya. Ya, perasaan memujanya ini hanya sementara, dia hanya sedang bingung mengartikan sesuatu yang baru dalam hidupnya. Perasaan baru yang memang biasa dimiliki gadis seusianya.
-----
Damian kesal.
Pagi ini saat bangun dia hampir murka karena mendapati ranjang di sebelahnya kosong. Untung saja, ingatan kejadian semalam membuat Damian bisa berpikir jernih dan segera memutuskan bangkit dari ranjangnya.
Rumah masih sepi, setelah bersiap dan berpakaian lengkap Damian keluar dari kamar. Dia harus membangunkan Sania karena hari ini gadis itu harus berangkat ke lokasi live in. Masih dengan senyum di bibirnya Damian berjalan menuju kamar Sania di lantai dua.
"Sania, sayang."
Damian mengetuk pintu di depannya sebelum memutar kenop pintu dan membuka pintu di depannya. Pemandangan ranjang kosong di tengah ruangan membuat dahi Damian berkerut. Pasalnya ranjang itu tampak rapi, seolah tidak pernah ditiduri.
Masih berpikir positif, Damian melangkah masuk, memeriksa kamar mandi yang berada di ruangan yang sama dengan kamar gadisnya.
"Sania. Sudah bangun?"
Damian mengetuk beberapa kali. Karena tidak mendapat respon dari dalam membuat Damian membuka pintu kayu itu. Pemandangan serupa dengan dalam kamar membuat Damian diam di kakinya.
"Sania!"
Setengah berteriak Damian memanggil gadisnya, masih berpikir mungkin saja Sania sudah di ruang makan menunggunya sarapan bersama. Setengah tergesa menuju ruang makan di lantai satu, Damian sibuk meneriakkan nama gadis itu. Amarah mulai menguar di udara. Membayangkan selama dia terlelap terjadi sesuatu pada gadisnya dan dia tidak bisa melakukan apa-apa.
Langkah Damian terhenti, mengumpat saat tidak menemukan Sania di ruang makan. Tangan kanannya mengembil ponsel di saku celana. Segera menghubungi orang yang ia tugaskan untuk mengawasi Sania 24 jam.
"Di mana dia?"
"Dalam perjalanan ke sekolah, tuan."
Damian tidak tahu harus merasa bersyukur atau marah saat ini. Dia lega karena ketakutannya tidak terjadi dan sangat marah karena Sania pergi tanpa sepengetahuannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damian's Love
RomanceBudayakan follow sebelum membaca. Cerita kolaborasi, cerita awal oleh akun @pussy_berry a.k.a @fana_merah_jambu a.k.a @eleutheria_mo (doi suka ganti-ganti nama akun) yang akan diselesaikan di akun ini. Cerita ini tidak plagiat, mencuri, meniru, meni...