Sembilan

5.8K 286 2
                                    

Typo dimana-mana
Voment sebelum baca

Happy reading🍁

****

Vanesa masih saja duduk didepan kelasnya seraya menyapukan pandangannya kearah lapangan basket dimana dia melihat Nathan sedang bermain basket.

" Lo tunggu dulu bentar, 30 menit gue main habis itu gue langsung anter lo pulang, lo bisa makan ini"

Itulah kalimat yang diucapkan Nathan saat lelaki itu menyodorkan sebuah makanan ringan yang entah mengapa membuat Vanesa mengukir senyum tipis diwajah manisnya.

Vanesa kembali memperhatikan Nathan yang sedang bermain basket yang dengan lihainya lelaki itu merebut bola dari lawan dengan postur tubuhnya yang tinggi memudahkan semua gerakannya  memasukkan bola kedalam ring basket.

Nathan terlihat mengelap peluhnya, hingga peluit dibunyikan menandakan permainan itu telah selesai.

"Oke anak-anak cukup untuk hari ini!" Ucap pak Angga lantang

Membuat semua anggota dari masing-masing tim berhenti dengan kegiatannya dan berkemas untuk segeraa pulang.

"Nathan saya ingin bicara sebentar" Pak Angga menghampiri Nathan yang sedang memasukkan baju seragam kedalam tas nya.

Sejenak Nathan melihat kearah Vanesa yang terlihat sangat lelah.

"Tapi pak saya udah ditunggu"

"Hanya sebentar Nathan ini menyangkut Tim Basket sekolah kita"

"Oke pak 10 menit"

Pak Angga menghembuskan nafas pasrah kemudian mengangguk " Jadi begini beberapa minggu lagi kita akan mengadakan pertandingan bola basket yang akan diadakan di Jakarta, jadi kamu sebagai Kapten basket sekolah kita saya harapkan bisa memaksimalkan anggota tim mu" Jelas pak Angga panjang lebar

"Baik pak saya akan berusaha" Ucap Nathan

"Bagus! Ya sudah silahkan pulang" Pak angga mendahului Nathan meninggalkan Sekolah.

Nathan berjalan cepat kearah depan kelas Vanesa yang berhadapan langsung kearah lapangan basket.
Dari kejauhan lelaki itu dapat melihat raut wajah Vanesa yang kelelahan serta keringat dingin yang mengucur dipelipisnya.

"Nes"

Vanesa mendongak menatap Nathan yang diwajahnya masih mengalir keringat, Vanesa lantas mengambil sapu tangan didalam tas nya dan menyodorkannya kearah Nathan.
Nathan mengerutkan keningnya, apalagi dia jelas melihat wajah Vanesa yang kian memucat.

Vanesa mendengus lalu berdiri dan menyapukan sapu tangannya diwajah Nathan membersihkan wajah tampan Nathan dari keringat. Nathan tampak terkejut dengan gerakan tiba-tiba Vanesa namun dia mencoba menetralisir rasa aneh yang tiba-tiba muncul dalam dirinya.

"Lo sakit?" Tanya Nathan

Vanesa mengernyit " Gue? Sakit? Heh gue gak selemah itu" Ucap Vanesa sombong  meraih tangan kanan Nathan dan memberikan sapu tangan biru lautnya itu.

"Gausah banyak tanya lagi ayo pulang" Ucap Vanesa saat tau Nathan akan berbicara lagi, dia tidak mau perbincangan ini semakin jauh.

"Lo yakin gak sakit? Muka lo pucat banget Nes sumpah" Ucap Nathan berjalan mendahului Vanesa sehingga sekarang dia berada tepat didepan Vanesa.

"Sejak kapan lo jadi peduli gini?" Tanya Vanesa yang membuat Nathan tercekat dengan kata-katanya itu.

"Udahlah ayo" Vanesa berjalan seraya menahan pening dikepalanya yang semakin menjadi.

'Tolong jangan sekarang' Batinnya dalam hati

****

"Makasih Nath" Ucap Vanesa turun dari motor sport Nathan

Nathan menatap Vanesa yang wajahnya semakin memucat serta keringat dingin mengucur dari pelipisnya padahal cuaca pada saat itu sedang mendung tapi kenapa Vanesa berkeringat seperti orang sedang sakit saja?

"Nes lo yakin gak sakit?"

'Kenapa ni orang nanya itu mulu sih?!' Kesal Vanesa dalam hati

"Gue udah bilang gue baik, udahlah lo pulang aja udah mendung entar lo kehujanan" Ucap Vanesa lalu berjalan ingin memasuki gerbang rumahnya

"Nes!" Panggil Nathan

Vanesa berbalik " Apa lagi?"

"Helm"

Vanesa baru tersadar jika dia masih memakai helm milik Nathan dan dengan cepat dia menyerahkan helm itu kepada Nathan dan masuk begitu saja meninggalkan Nathan yang masih memandangi gedung yang menjulang itu.

"Kenapa sama diri gue? Kenapa tiba-tiba gue jadi merasa khawatir sama cewek pemarah itu?" Gumamnya sendiri saat merasakan rasa berbeda saat dia berada didekat Vanesa.

Tidak mau berpikir yang aneh-aneh Nathan segera menghidupkan mesin motornya dan melesat pergi.

****

Thanks yang udah baca sampe sejauh ini💛
Jangan lupa selalu vomment
See you next chapter

Salam manis

Karmelina

My Rival My Pacar [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang